Merengut saat Jimin mengambil tempat di sampingnya, Taehyung mengomel saat tangan abangnya yang satu itu mencuri satu suapan strawberry cheesecake yang sengaja ia pesan. "Ih, abang, jangan makan punya adek dong. Abang kan bisa pesan sendiri~"
Jeongguk yang melihat laki-laki manis itu mulai manyun-manyun gemas, ia berinisiatif untuk kembali memesan makanan yang serupa. "Yaudah, biar mas pesen lagi, ya?"
Taehyung mengangguk dengan semangat. Dalam hati memuji Jeongguk yang begitu peka akan dirinya. Berbanding terbalik sekali dengan abangnya, Jimin, yang justru menghabiskan satu piring dessert miliknya. "Makasih ya, Mas Jeongguk."
Melihat Taehyung yang tampak begitu dekat dengan Jeongguk, membuat darah Jimin menggelegak hingga terbakar api cemburu. Entah kenapa eksistensinya sebagai abang selalu merasa terancam saat ada Jeongguk diantaranya. "Adek habis ini pulang sama abang, ya?"
"Loh? Tadi pas adek ajakin makan siang katanya sibuk pemotretan." Taehyung asik misuh-misuh saat Jimin memasang tampang tak berdosa. Lupa dengan sandiwara yang tadi ia jalani.
"Taehyung bisa pulang sama gue kalau lo sibuk buat pemotretan." Ujar Jeongguk sembari melirik Taehyung. Ingin lebih lama bersama dengan laki-laki manis itu kalau saja Jimin tak datang lalu mengacau. Lagipula itung-itung sebagai tahap pendekatan awal.
Mendengar ucapan Jeongguk yang seolah menantangnya, Jimin lirik laki-laki yang menggunakan jas hitam itu. "Gue rasa profesi lo sebagai CEO harusnya sih punya jadwal yang lebih sibuk dari gue. Am i right?"
"Itulah gunanya gue mempekerjakan sekertaris, Jimin." Tersenyum miring melihat kepalan tangan laki-laki yang akan menjadi abang iparnya itu, ia rasa—ia sudah memancing kesabaran seorang Kim Jimin. "Tapi gue sih terserah Taehyung. Gue gak bakal maksa dia buat pulang sama gue."
Sontak menoleh pada Taehyung untuk sebuah jawaban, Jimin tatap mata sang adik dalam-dalam. Niatnya, sih, ingin mengirim sinyal agar tak tergiur tawaran pulang oleh laki-laki bermulut manis seperti Jeongguk.
Taehyung yang ditatap oleh kedua laki-laki di hadapannya jelas mengernyit bingung. Ingin pulang bersama abangnya, tapi ia ingat jika Jimin sedang sibuk pemotretan. Tapi menerima tawaran dari Jeongguk juga bukan pilihan yang tepat. Taehyung tentu sadar—ada sesuatu yang terjadi di antara Jimin maupun Jeongguk. Sesuatu yang membuat keduanya sibuk melayangkan tatapan ingin membunuh satu sama lain.
"Adek pulang sama supir aja, deh." Keputusan final Taehyung menghindari terjadinya perang dunia ketiga lalu meringis pelan. "Lagian adek mau ke toko buku dulu sebentar."
Mendesah lega, Jimin bersyukur dengan pilihan bijak Taehyung. "Yaudah, pulangnya jangan malem-malem. Kabarin abang kalau kamu mau singgah kemana-mana lagi." Ujar Jimin sembari mengacak surai cokelat Taehyung lalu mengecup pipi gembil sang adik. Melirik Jeongguk yang menatapnya dengan tatapan penuh iri dengki.
Cih, memangnya Jimin tidak tahu jika Jeongguk asik memandang adik imutnya terus. Apalagi tatapan calon-calon bucin yang dilayangkan si pria tidak asik itu. Kalaupun pada akhirnya Taehyung akan pacaran dengan Jeongguk, maka Jimin harus pastikan jika laki-laki yang memandangnya tajam harus benar-benar bertekuk lutut di bawah kaki Taehyung.
"Iya~ Habis dari toko buku adek langsung pulang, kok." Ujar Taehyung bertepatan dengan strawberry cheesecake nya yang baru datang.
"Taehyung, kamu nanti malem ada acara gak?" Jeongguk bertanya seraya memperhatikan Taehyung yang memakan dessert nya dengan damai. "Kalau ngga ada acara, ma—"
"Sorry, ya, Jeongguk." Jimin sudah lebih dulu memotong ucapan Jeongguk. "Gue apalagi abang-abangnya Taehyung yang lain, gak ngebolehin Taehyung keluar malem-malem. Maklum, lagi musim penculikan anak."
"Abang—kok gitu ngomongnya." Taehyung protes tak terima. "Tae bukan anak-anak lagi, tahu!"
"Siapa bilang bukan anak-anak?! Kamu dimasukin karung juga muat! Apalagi kalo jalan terus tangannya gak digandeng, pasti suka nyasar kemana-mana." Jimin mengomel mengingat tiap kali ia mengajak Taehyung keluar. Pasti selalu ada saja insiden Taehyung menyasar lalu menelponnya sembari menangis. Gimana abang-abangnya tidak khawatir?
Tapi mendengar ucapan Jimin, hal itu justru informasi yang berguna bagi Jeongguk. Akan ia ingat betul-betul untuk selalu menggenggam tangan laki-laki mungil itu. Mana tega juga ia membiarkan Taehyung tersesat dan jauh darinya.
"Sebel sama abang!" Taehyung dengan lahap menghabiskan cheesecake nya. Ingin segera pergi ke toko buku dan terbebas dari abangnya yang satu itu. "Udah, ih~ Jangan toel-toel pipi adek terus!"
Jimin yang menggoda si bungsu sengaja melakukan hal tersebut demi memanas-manasi Jeongguk yang memandang lekat keduanya. Awas saja kalo pria tidak asik itu berani melakukan hal tersebut pada adiknya, akan ia habisi Jeongguk saat itu juga.
"Kayaknya lo sayang banget ya sama Taehyung, Jim?" Jeongguk yang sadar jika Jimin sedang meledeknya hanya bisa bersabar diri. Tunggu saatnya—maka Jeongguk akan ada diposisi itu juga. Posisi dimana ia bisa bebas untuk menguyel bahkan mencium Taehyung sepuas hatinya.
Jimin tersenyum miring. "Menurut lo? Gue bakalan ngehabisin siapapun orang yang berani nyakitin adik gue." Bangkit untuk kebas pakaiannya yang kusut, Jimin melangkahkan kakinya untuk pergi, sebelum sedikit menunduk lalu berbisik tepat pada telinga Jeongguk. "Termasuk lo, Jeongguk."
***
Adek asik mam strawberry cheesecake.
***
Kalo katanya Jimin sih, ini tatapan iri dengkinya si Jeongguk waktu Jimin sengaja kecup-kecup si adek.
***
Jimin lagi pemanasan. Awas aja kalo Jeongguk nyakitin si bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓!
FanfictionKisah perjuangan Mas Jeongguk; sang CEO perusahaan ternama dalam mendapatkan hati gebetan manisnya bernama Kim Taehyung; seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki lima abang over protektif.