Taehyung tak menyangka—jika alamat yang diberikan Mama Jeon tak jauh dari tempat tinggalnya. Oke, ralat. Malah begitu dekat. Hanya berbeda beberapa rumah saja darinya.
Pantas saja saat Taehyung kehujanan tempo hari, cowok berparas malaikat itu dengan sigap mengantarnya pulang menggunakan payung. Rumahnya saja persis berada di samping taman—tempat dimana ia bertemu dengan Kitty, kucing kesayangannya.
"Ya ampuuun, udah pada besar semua ya~" Itu Mama Jeon yang mempersilahkan Taehyung dan keempat abang-abangnya masuk. Wanita paruh baya itu semakin terlihat berseri-seri saat melirik Taehyung yang berjalan paling belakang sembari menunduk malu. "Mama jadi pangling lihatnya—mana cakep-cakep lagi."
Seokjin yang berhadapan langsung dengan Mama Jeon justru tersipu malu. "Kangen banget sama Mama. Udah lama banget gak ketemu."
"Seokjin~ Tinggi banget kamu sekarang. Padahal dulu pas kecil kamu cuma sepinggang Mama. Mama aja sampe kalah tinggi sekarang sama kamu." Mama Jeon merengkuh Seokjin dalam pelukannya. Membelai lembut punggung pria jangkung itu disertai dengan senyum hangat khas keibuan.
"Mama juga tambah cantik. Gak ada bedanya sama yang dulu, masih awet muda." Itu Hoseok, yang kini bergantian merengkuh Mama Jeon. Memang jika dipandang, wanita paruh baya itu masih tampak begitu segar walau sudah menginjak kepala lima.
Mama Jeon terkekeh, malu mendengar tutur kata Hoseok yang memujinya. Sedari kecil memang Hoseok pandai sekali mengambil hati seseorang. Perangainya yang riang dan ramah membuat Papa Jeon, suaminya Mama Jeon, gemar bermain dengan anak itu. "Ah—masa sih? Mama udah tua banget loh ini."
"Tua nya begini, mudanya gimana, Ma?" Hoseok tetap memuji wanita paruh baya itu. Mengabaikan dengusan Yoongi yang menunggu giliran untuk bersalaman. Taehyung yang berada paling belakang juga tak menyangka jika abang-abangnya pun tampak dekat dengan Mama Jeon.
Maklumlah. Memorinya tidak begitu baik untuk mengingat momen-momen masa kecilnya saat ia berumur empat tahun. Taehyung masih begitu kecil saat itu. Masih belum memahami keadaan dan orang-orang sekitarnya.
Kini tiba giliran Mama Jeon merengkuh Yoongi. "Yoongi—daritadi Mama gak denger suara Yoongi? Masih yang paling pendiem ya diantar saudara-saudaramu yang lain?"
"Bang Yoongi cerewetnya kalau sama si bontot aja, Ma. Kalau sama kita-kita mah paling digalakin terus. Kayak kucing betin—"
Belum sempat Hoseok mengakhiri ucapannya, Yoongi sudah lebih dulu menyela. "Ngomong apa lo?"
"Ampun, bang. Becanda~" Hoseok beringsut mundur. Bersembunyi pada punggung Seokjin, satu-satunya orang yang bisa membuat Yoongi berhenti. Sebab tak mungkin kan ia melawan kakak tertuanya?
"Adeeek kenapa berdiri di depan pintu?" Mama Jeon menarik lengan Taehyung. Mengabaikan pria mungil itu yang kini salah tingkah sebab sejujurnya ia takut jika anak semata wayang Mama Jeon muncul di hadapannya. Ia masih belum bisa mengontrol debaran jantungnya yang menggila.
Taehyung terkekeh. Dengan canggung menggaruk kepala bagian belakangnya saat Mama Jeon dengan lembut merangkul bahunya. Bahkan mengecup kedua pipinya dengan sayang. Persis seperti yang biasa Bundanya lakukan dulu.
"Loh? Kok personilnya kurang? Mana Namjoon sama Jimin?" Mama Jeon menyadari ada yang kurang.
Berbarengan dengan pertanyaan Mama Jeon, Jimin hadir dengan nafas yang tersengal. Tampaknya ia berlari menuju rumah ini. Terbukti dengan bulir keringat yang mengalir di dahi pria itu. "Jimin hadir, Ma!"
"Namjoon lagi ada kerjaan di Jepang, Ma." Jawab Seokjin.
"Ya ampun, Jimin kok lari-lari sih, Nak?" Mama Jeon mengeluarkan sapu tangannya saat Jimin menghampiri untuk bersalaman. Di usapnya peluh Jimin dengan lembut dan keibuan. Mau tak mau membuat ke empat saudaranya yang lain merasa hangat sebab lama tak merasa kasih sayang seorang ibu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓!
FanfictionKisah perjuangan Mas Jeongguk; sang CEO perusahaan ternama dalam mendapatkan hati gebetan manisnya bernama Kim Taehyung; seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki lima abang over protektif.