PROLOG

805 93 10
                                    



I just want you to know that
If I could I swear I'll go back
Make everything all better


*


Dingin. 

Itu mungkin salah satu kata yang dapat mendeskripsikan hubungan Yena dan Yohan akhir-akhir ini. 

Hubungan yang mereka jalani tidak lagi sehangat lalu ketika pertama kali mereka saling menyatakan cinta, hubungan mereka tidak lagi  sehangat pelukan yang dulu sering mereka dapatkan – hubungan mereka tidak lagi sama dan mereka sadar akan itu.

Yohan yang sibuk akan jadwal Taekwondo yang padat harus terus menerus membatalkan janji-janji manisnya bersama Yena yang akhirnya memilih untuk menjadi yang pertama untuk mengatakan kata pisah di dalam hubungan dua tahun mereka setelah pertengkaran-pertengkaran yang sering berakhir dengan tangisan akhir-akhir ini.

"Aku mau putus, Han," 

Jari-jari Yohan yang sedari tadi mengetuk-ngetuk setir seketika berhenti ketika mendengar ucapan Yena malam itu. 

Lagu cinta dari radio yang menemani hening mereka sama sekali tidak membantu membangkitkan suasana mereka. Suara tarikan nafas Yena kerap terdengar untuk menutupi tangisannya pun ikut mengisi keheningan mereka setelah kata-kata itu terucap dari bibir mungilnya dan memori-memori manis antara mereka berdua menimpa dirinya bagai ombak yang menenggelamkan.

Yohan menyenderkan badannya, mencoba menahan segala emosinya yang sedang ia alami. Dia sadar hari ini akan datang dari bagaimana Yena menanggapinya setelah pertengkaran hebat terakhir mereka.

"Harus ya, Na?" Yohan menatap keluar kaca di depannya dengan datar.

Butuh beberapa saat untuk Yena membalas pertanyaannya meski nada suaranya masih bergetar karena tangisannya, "Ini yang terbaik, Han..."

Kepala lelaki itu tertunduk lemah, tangan yang mencoba meraih tangan wanitanya kini telah terhempas begitu saja. Matanya melirik ke arah Yena yang memilih untuk melihat ke arah lain agar Yohan tidak melihatnya menangis – yang lagi-lagi dikarenakan olehnya untuk ke sekian kalinya.

Tanpa balasan, Yohan memeluk erat badan sang puan dengan erat, membuat tangisan Yena semakin memecah ketika kehangatan Yohan menyelimuti dirinya. Yohan tidak peduli bagaimana air mata Yena membasahi dadanya atau pukulan-pukulan lemah dari Yena melukai dirinya ketika bibirnya memilih untuk mencium milik Yena sebelum akhirnya terbalas. 

Yohan hanya ingin merasakan rasa hangat yang muncul ketika dirinya memiliki Yena dulu.

Karena Yohan tahu, setelah malam terakhir mereka yang dihabiskan dengan tangisan kala itu, mereka tidak akan sama lagi. Yena akan menghilang dari hidup Yohan, sebagaimana Yohan akan lenyap dari kehidupan Yena.

Kini, mereka hanya bisa membiarkan diri mereka menjadi permainan milik takdir dan waktu yang hadir untuk merporak-porandakan perasaan mereka yang masih terkait dengan satu yang lainnya.




Meski hingga tujuh tahun berlalu.




"Yena," Yohan mengucap namanya tanpa suara.

Mata mereka saling memperlihatkan rindu yang mendalam. Kaki rasanya ingin menyerah dan membiarkan badan mereka jatuh ke permukaan yang mungkin sakitnya tidak sebanding dengan sakit yang mereka rasakan di dada sekarang.

"Yohan..." 

Butuh waktu tujuh tahun untuk waktu dan takdir mempertemukan mereka lagi. Di umur mereka yang menginjak 27 tahun, di umur mereka yang seharusnya tidak lagi memikirkan mantan kekasih yang pernah menjadi milik mereka di masa lalu namun kenyataannya, mereka tahu betul bahwa setengah hati mereka masih untuk satu dan lainnya.

Tapi keadaan mereka tak lagi sama. 

"Papa kenal Bu Yena?



*



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Back to you, it always comes around,
Back to you, I tried to forget you.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



*

a/n: semoga suka! jangan lupa tinggalin vote sama comment ya, setidaknya biar aku tau ada yang suka sama fanfic ini juga walaupun baru awalan sih hehehe...

HALF OF ME | yohan x yena.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang