Through the sorrow and the fights,
Don't you worry, cause everything is
gonna be alright*
Yena mengetuk-ngetukan ujung ponselnya ke dahinya, sesekali berdoa itu dapat menghilangkan pesan yang Jihoon kirimkan kepadanya beberapa hari lalu. Yena kesal, mengapa setiap semuanya mulai berjalan baik, ada saja yang mengganggu hubungannya dengan Yohan? Memang, perselisihan dapat mempererat suatu hubungan — tapi bagaimana jika salah satu dari mereka, lagi-lagi, lebih memilih untuk menyerah?
Tanpa berniat untuk membalas ataupun membuka pesannya, Yena melemparkan ponsel miliknya ke sembarang arah di kasurnya. Hari-hari yang seharusnya menjadi indah, berakhir membuat Yena harus berpura-pura. Dia tidak ingin melibatkan Yohan ke dalam permasalahannya, dia juga tidak ingin melihat Yohan bersikap liar seperti sebelumnya.
Ting!
Mata Yena melirik ke arah ponselnya dan dipandangnya balasan pesan dari Yohan di layar, membuatnya sedikit bersalah karena menyembunyikan keresahannya semenjak pulang tadi.
"Na,"
Atensinya kembali runyam ketika suara Ibu terdengar dari ujung pintu. Dia bahkan tidak menyadari berapa lama sang Ibu menyembulkan kepalanya dari balik pintu dengan wajah sedikit panik seperti itu.
"Ada Jihoon, katanya mau bicara sama kamu,"
Yena memenjamkan matanya erat, kepalanya pun terasa berat. Lelaki itu selalu bertindak seduka hatinya dan Yena lupa akan satu hal itu.
"Yena turun nanti," Yena memaksakan senyumnya sebelum merapihkan dirinya agar tidak terlihat seperti orang yang tidak terurus.
Setiap langkah yang ia bawa mendekati Jihoon, rasa bersalah Yena terhadap Yohan semakin membesar. Kepercayaan dan kejujuran adalah kunci utama suatu hubungan, tapi nyatanya, Yena tidak bisa memberikan kunci itu kepada Yohan untuk saat ini — ah, tidak! Tidak! Maksudnya belum bisa. Dia pasti akan memberikannya, entah kapan.
Tangannya menarik gagang pintu ke arah balkon rumahnya dan mendapati seseorang yang telah lama hilang dalam hidupnya, orang yang sejujurnya enggan Yena temui.
"Ada perlu apa, Hoon?"
Jihoon menoleh cepat ke arah Yena. Matanya yang gelap, telah bersinar ketika mendapati Yena yang terlihat sebaliknya. Yena tidak senang akan pertemuan ini. Tidak setelah apa yang terjadi di akhir hubungan mereka.
"Aku kangen sama kamu, Yena—"
Usaha Jihoon untuk memeluk Yena telah ditolak mentah oleh Yena yang memilih untuk menghindar, membuat Jihoon menggeram dan menarik tangannya keras agar perempuan itu masuk ke dalam dekapannya yang sama sekali tidak membawa kenyamanan untuk Yena.
"Jihoon, lepasin gue!" desis Yena ketika mencoba mendorong Jihoon jauh dari badannya, "Lepas!"
Eratan Jihoon melonggar, namun tidak sepenuhnya melepaskan. Matanya kembali terlihat kosong, raut wajahnya pun terlihat gelap, membuat Yena merinding di tempatnya.
"Kamu dulu suka aku peluk kayak gitu, kenapa sekarang kamu kayak gini? Hm?"
Yena mendorong Jihoon sekali lagi sebelum memeluk erat tubuhnya sendiri sembari menggelengkan kepalanya, "Gue udah bukan punya lo lagi,"
"Kenapa?" tanya Jihoon dengan nada yang semakin meninggi, "Kenapa, Yena? Jawab aku, kenapa!"
"Gue udah sama Yohan, Jihoon," balas Yena setenang mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALF OF ME | yohan x yena.
FanfictionYohan harus sadar kalau alasannya selama ini tidak bisa kembali memberikan cintanya kepada wanita lain adalah karena Yena membawa sebagian dirinya meski setelah mereka berpisah dan keadaan tak lagi sama.