You think it's over, that it's our last time
But I can't accept those thoughts
I can't let go because you never know
*
Arah jarum jam yang menunjuk ke angka tiga membuat Yena tersenyum lebar sebelum merenggangkan kedua tangannya. Ini lah enaknya menjadi guru playgroup di tempatnya, pada hari jumat mereka bisa pulang lebih cepat dan untuk wanita seumur Yena yang belum menikah ataupun mempunyai anak itu bagaikan surga karena berarti dia memiliki waktu yang banyak untuk dirinya sendiri setelah ini."Balik yuk, Na!" ajak Yuqi yang sudah siap dengan tas yang bergantung di pundaknya.
Yena mengangguk semangat setelah melihat sekitar mereka sudah sepi. Pasti guru-guru yang lain sudah pulang terlebih dahulu pikir Yena selagi memasukan seluruh barangnya masuk ke dalam tasnya. Tapi baru saja Yena memasangkan tasnya, panggilan dari Bu Boa dari jendela ruang guru terdengar di kupingnya.
"Bu Yena, itu kayaknya anak murid Ibu?"
Dengan rasa ingin tahu, Yena menghampiri jendela untuk melihat ke arah luar dan disanalah Yura duduk sendirian dengan boneka barbie yang dia pamerkan seharian ini. Katanya, itu adalah hadiah dari Ayahnya yang baik hati dan tampan – ya, tidak salah sih. Yena akui memang mantan kekasihnya itu persis apa yang anaknya deskripsikan.
Tapi sepertinya Yura lupa mendeskripsikan kalau Ayahnya adalah orang yang paling sering telat.
Tanpa basa-basi, Yena menghampiri Yura yang sedang sibuk dengan bonekanya di kursi depan pintu playgroup mereka. Seharusnya anak ini telah dijemput dari satu jam yang lalu, tapi Yohan pasti lupa akan jadwal Yura karena terlalu sibuk dengan entah apapun itu. Memikirkan kelalaian Yohan terhadap anaknya benar-benar membuat Yena menggelengkan kepalanya karena kesal sendiri.
"Yura kok di luar?" tanya Yena yang sudah duduk di sebelahnya.
Yura menengok ke arah Yena sesaat sebelum kembali memainkan bonekanya dengan pipi yang mengembung, "Yura nunggu Papa, Bu... tapi Papa lamaaaaaaaaaaaaa banget."
Yena tertawa kecil melihat reaksi kesal Yura. Entah siapa yang mengajarkan anak ini untuk bisa bereaksi seperti itu. Yohan kah? Pria itu memang sering kali merengek semasa dulu, tapi masa iya sifat itu turun juga ke anaknya? Atau mungkin, Istrinya kah?
Yena, buat apa kau peduli juga?
"Yura nunggu Papa di dalam aja yuk," Yena mengulurkan tangannya di depan Yura, "Ibu temenin main deh."
Yura menatapnya dengan tatapan penuh harap sebelum menaruh tangannya diatas telapak Yena, "Main barbie ya, Bu!"
"Siap, cantik!"
Perjalanan yang biasanya hanya mengambil 30 menit, hari ini mengambil lebih dari dua kali lipat waktu Yohan dan itu membuatnya sangat kesal walaupun ada kesalahan dari dirinya juga sih, dia terlalu asyik berbincang-bincang dengan salah satu rekan di tempat latihan hingga lupa harus menjemput anak satu-satunya.
Suasana playgroup sudah dapat dibilang sepi ketika Yohan melangkahkan kakinya masuk ke area playgroup. Yang biasanya banyak ibu-ibu ceriwis yang kerap menyapa (dan menganggunya dengan goda-godaan) saat menjemput putra putrinya, kini hanya menyisakan dirinya dan seorang satpam tua yang menjaga tempat tersebut.
"Pak, Yura masih di dalam kan?"
"Iya, Pak," Satpam itu mengangguk, "Yura ditemenin Bu Yena di dalam, tadi saya lihat."

KAMU SEDANG MEMBACA
HALF OF ME | yohan x yena.
FanfictionYohan harus sadar kalau alasannya selama ini tidak bisa kembali memberikan cintanya kepada wanita lain adalah karena Yena membawa sebagian dirinya meski setelah mereka berpisah dan keadaan tak lagi sama.