XII: Pesan Ibu.

340 46 8
                                    









I was so happy
after meeting you.






*







Rasa beruntung menyelimuti Yena ketika kehangatan keluarga Kim tersalurkan dari pelukan yang mereka berikan untuk  Yena. Pelukan yang berhasil menangkat segala ketakutan yang selama ini puan itu miliki dengan mudahnya.

Segala afeksi dari Adik maupun Nyonya Kim, Yena langsung dapatkan ketika dirinya muncul di hadapan mereka setelah mengumpat di belakang bahu bidang milik Yohan tersebut. Yura bahkan tertawa gemas ketika melihat Mama-nya diserang oleh ketiga wanita itu.

Yena jadi merasa bersalah dengan Yohan karena harus mendapatkan reaksi yang berbanding terbalik dari keluarganya. Andai saja keluarganya menerimanya kembali sama hangatnya dengan seperti ini.

"Udahan dulu pelukannya," celetuk Yohan sambil mengetuk keras kepala kedua adiknya untuk berhenti memeluki Yena seakan-akan perempuan itu takkan kembali lagi. "Laper nih,"

Yujin, adik paling kecil keluarga Kim tersebut mendesis sebal ke arah Kakaknya, "Ih, Kak Yohan mah udah sering ketemu! Kita kan jarang! Apalagi udah lama banget gak ketemu!"

"Ya, makanya pacaran sama Yena! Bwek!" balas Yohan sembari menjulurkan lidahnya seperti anak-anak yang mengejek teman sebayanya.

Nyonya Kim terkekeh melihat perdebatan kecil antara si sulung dan si bungsu yang hingga sekarang masih saja suka bertengkar karena hal-hal sepele. Padahal umur mereka terpaut jarak 10 tahun, jarak yang cukup jauh untuk Yohan bersikap seperti teman-teman Yura di sekolahnya alias kekanak-kanakan jika sudah berhubungan dengan Yujin.

Beda dengan anak tengah, Kim Yuri. Dibandingkan dengan Yohan dan Yujin, Yuri bisa dikatakan yang paling pendiam tetapi entah mengapa, Yena merasa Yuri mempunyai pikiran yang paling dewasa, terlebih lagi dengan umur mereka hanya terpaut 2 tahun saja membuat Yena menyukai keberadaan Yuri yang bisa dijadikan tempat curhat mendadaknya.

"Gak berubah banyak kan, Kak?"

Yena setuju dengan ujaran Yuri, mengikuti pula pergerakan kepala perempuan muda itu yang menggeleng ke arah kedua saudaranya.

Senyuman tipis terlihat di bibir Yuri ketika gadis itu menatap Yena, "Ayah pasti seneng kalau tahu Kak Yohan sama Kak Yena lagi,"

Yena menipiskan kedua bibirnya lalu mengelus pelan kepala Yuri yang ia biarkan beristirahat di bahunya. Rasa penyesalan jelas masih tersimpan di dalam hati Yena dan rasa itu semakin membesar ketika dirinya menyadari banyaknya perpisahan yang Yohan hadapi sendiri tanpanya selama tujuh tahun ini.

Saeron, Ayahnya — Yena.

Kalau saja Yena tahu bagaimana masa depan berkerja untuknya. Mungkin Yena tidak akan menyelesaikan masalah mereka dengan berpisah di masa lalu. Tapi ini lah mengapa mereka bilang penyesalan selalu datang di akhir, kan?

"Udah punya pacar masih aja ngintilin pacar Kakak," Yohan, yang entah muncul darimana, memisahkan keduanya lalu mendekap erat Yena dari belakang, membuyarkan segala pikiran perempuan sebelumnya.

Yuri memutar kedua bola matanya namun tidak memberontak layaknya Yujin. Gadis itu hanya berdecak sebal dan lagi-lagi menggelengkan kepalanya ke arah Yohan yang memasang muka menyebalkan.

"Posesif banget, Pak! Kayaknya takut banget Kak Yenanya ilang lagi," decak Yuri dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.

"Iyalah, susah tau ketemunya lagi, Dek!" jawab Yohan.

Ketukan keras di pucuk kepala dari Yena membuat Yohan meringis kesakitan hingga melepaskan dekapannya untuk mengelus-ngelus bagian kepala yang Yena sakiti barusan dengan bibir manyun ke depan. Sepertinya Yohan benar-benar lupa kalau umurnya itu sudah mendekati angka 30 tahun.

HALF OF ME | yohan x yena.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang