10

66 30 16
                                    

🌿Waspada, typo bertebaran dimana-mana kaya kenangan mantan.
Harap beritahu bila bertemu typo!🌿

Vote dulu, nanti lupa! ❤
❤Komen dulu, sebelum di larang ayang❤
❤Share dulu sebelum di gombalin ayang❤

(Revisi)

Welcome to chapter 10

10. Orang Tepat untuk Bercerita

Oiya, cuma mau bilang, ambil baiknya dan buang buruknya ya!


Happy Reading

Skara pulang ke rumahnya tepat pukul enam sore. Dua jam lebih lama dari jam pulang yang seharusnya.

Tadi ia bertemu Zara lebih dulu, menceritakan semua masalahnya. Sejak kejadian tempo hari, Skara memutuskan untuk membagi semua masalahnya dengan Zara.

Bukan berarti ia tidak percaya pada Elsa ataupun Alora, tapi membincangkan masalah ini dengan seseorang yang nyaris memiliki kisah yang sama rasanya akan lebih lega.

Selain itu, gadis berhijab yang kini bekerja sebagai pelayan part time di sebuah café juga memiliki pikiran yang amat dewasa.  Walau sesaat Zara tidak mampu memberikannya solusi, gadis itu berhasil membuat Skara merasa lebih baik.

Sebab Zara mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Ia tidak  pernah menghakimi Skara, tidak pula  berniat untuk menceramahi walau pun tau hal yang di lakukan Skara adalah Zara.

Terkadang ceramah yang bersembunyi sebagai kata motivasi hanyalah sepenggal kalimat bodoh yang diutarakan oleh seorang mengaku bijak pada orang terdekatnya yang tengah terpuruk. Motivasi itu mudah di karang oleh mereka yang tidak pernah merasakan bagaimana buruknya perjuangan hidup di tengah fase terendah.

“Motivasi itu mudah diutarakan, Ska, tapi percaya samaa aku, bakalan susah buat kamu terapin dalam keseharian kamu. Aku pernah dengar guru ekonomi di sekolah lama aku bilang kaya gini, motivasi yang baik adalah motivasi yang kamu pernah lakukan untuk dirimu sendiri dan itu berhasil. Tidak semua motivasi itu berlaku untuk semua orang.”

Bahkan saat Skara memperlihatkan pergelangan tangannya yang penuh sayatan, Zara langsung memeluknya, mengelus pundaknya, dan berbisik meminta Skara untuk melampiaskan semua emosinya dengan menangis. Tidak mudah untuk melewati itu semua,
Mungkin terlihat instan jika menyakiti diri sendiri, tapi akan bertahan berapa lama?

Emosi itu layaknya letusan gunung merapi, magma itu seperti emosi yang menggelora, sekali kesabaran yang diabaratkan layaknya tekanan gas dari dalam perut bumi  yang di artikan sebagai diri seseorang keluar , dampaknya akan sangat payah. Menimbulkan bencana besar, ntah itu muntahan lava yang disamakan layaknya teriakan keras, muntahan abu vulkanik yang didefinisikan layaknya hilang kontrol diri yang bisa saja menyebabkan seseorang kehilangan nyawa.

Dan detik itu juga streotip yang Skara anut selama ini bahwa menangis adalah tindakan lemah perlahan menghilang. Ia berjanji akan berusaha berubah, tapi tidak dalam waktu dekat. Semuanya butuh waktu.

***

Seperti biasa, Skara masuk mengendap-mengendap ke dalam rumahnya sendiri. Ia sengaja memarkirkan mobil di lapangan parkir depan komplek, ia enggan kepulangannya di prediksi oleh orang rumah. Skara malas memancing keributan, Skara lelah, ia butuh istirahat.

Namun semuanya tidak berjalan lancar. Sosok wanita yang hindarinya ternyata sudah menunggunya di meja ruang tengah sembari membaca berkas klien yang kasus hukumnya sedang wanita itu tangani.

Ruang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang