11

36 16 7
                                    

🌿Waspada, typo bertebaran dimana-mana kaya kenangan mantan.
Harap beritahu bila bertemu typo!🌿

Vote dulu, nanti lupa! ❤
❤Komen dulu, sebelum di larang ayang❤
❤Share dulu sebelum di gombalin ayang❤

(Revisi)

Welcome to chapter 11

11. Zara dan Ucapan Anehnya

Oiya, cuma mau bilang, ambil baiknya dan buang buruknya ya!



Happy Reading❤

***

Pagi-pagi sekali Skara berjalan menuju lapangan parkir depan komplek. Gadis itu menggunakan hoodie hitam panjang berwarna soft pink.

Sejak keluar dari rumah, gadis itu tak henti-hentinya menghembus kedua tangannya.  Udara pagi begitu dingin, tadi malam kota Jakarta di guyur oleh hujan deras. Terlebih sekarang masih pukul setengah enam pagi.

Sesuai rencananya semalam, Skara berniat sarapan di café dengan pelayanan 24 jam, tempat dimana Zara bekerja. Dan pukul tujuh kurang lima belas ia akan bergerak menuju sekolah bersama dengan Zara. Hanya dengan cara seperti itu ia bisa menghindari Maudy ataupun Rachel.

Selama adik ayahnya, paman Aksa belum kembali dari penugasannya di luar kota, Skara harus bisa melakukan semua ini untuk mengantisipasi keributan yang bisa saja terjadi mengingat sifat Maudy dan juga ibunya yang sejak awal memang tidak pernah menyukasi kehadirannya di rumah itu.

***

Skara memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Gadis itu turun dengan dompet dan ponsel di genggaman tangan kirinya, sementara kunci mobil telah terlebih dahulu ia masukkan ke saku blazer sekolahnya.

Ting!

Lonceng café berbunyi saat Skara membuka pintu. Beberapa pelayan yang memegang sapun dan pel menoleh dan tersenyum, sejak beberapa hari terakhir Skara sering datang ke tempat ini, ia sudah berkenalan dengan bebarapa pelayan walaupun tidak begitu akrab.

Seperti biasa, Skara memilih kursi di pojok kanan. Ia membaca daftar menu dan menanyai keberadaan Zara pada Fania, pelayan café dengan rambut kucir kuda dan lesung pipi di pipi bagian kiri.

Sembari mencatat pesanan, Fania mengatakan bahwa Zara tengah berada di belakang. Membuat pesanan yang akan segera gadis itu hantarkan untuk beberapa guru di sekolah.

“Oke, Ska. Sandwich tanpa tomat dan satu lemon tea. Ada lagi?” Skara menggeleng. Fania tersenyum dan berlalu menuju dapur.

Sembari menunggu pesanan datang Skara kembali menyesuaikan diri dengan interior café. Walau sudah berkunjung beberapa kali Skara masih merasa asing dengan tempat ini. 

Café Kenangan. Sebuah café sederhana yang berdiri di pusat kota Jakarta sejak sembilan bulan yang lalu. Selain karena makanannya yang lezat, dan suasananya yang nyaman, pelayanannya yang ramah membuat siapa saja merasa betah dan ingin berlama-lama di café itu, termasuk Skara. 

Aroma khas bunga lili membuat Skara merasa tenang. Design café yang di dominasi warna hitam dengan ornament lampu gantung yang memancarkan cahaya oren nyaris padam membuat suasana pagi yang dingin menjadi temaram. Tidak hanya itu, keberadaan puluhan perabotan lama seperti telfon jadul dan dan sepeda lama menghadirkan suasana tenang tersendiri bagi pelanggannya.

Ruang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang