17

17 5 1
                                    

🌿Waspada, typo bertebaran dimana-mana kaya kenangan mantan.
Harap beritahu bila bertemu typo!🌿

Vote dulu, nanti lupa! ❤
Komen dulu, sebelum di sayang ayang
❤Share dulu sebelum di gombalin ayang❤

Q: Terus kalau ga punya ayang gimana? Ga vote?
A: Ya vote juga dong!  Itung berapa cowok fiksi yang lo akuin sebagai ayang?

Canda fiksi😂

Udah tenang, lo ga sendirian kok besti...gue juga banyak soalnya...ngomong pi suka ga ngaca/plak😭😭

(Revisi)

Welcome to  chapter  17

17. Tapi Siapa?

Mengandung adegan mengkampretkan yang bukan untuk di tiru. Ambil baiknya dan buang jauh buruknya.
Membeberkan opini penulis yang bisa kalian sanggah.

HAPPY READING


Seorang gadis terbaring di kasur rumah sakit. Keadaannya tidak baik-baik saja. Tetesan infus terus turun, perlahan merambat masuk ke selang dan menyebar masuk ke dalam tubuhnya. Sejak tadi ia terus melihat keatas, bayangan akan kejadian itu mengerogoti pikirannya. Wajahnya berubah pucat basi. Ia hendak berteriak tapi tenaganya telah lenyap akibat obat yang dokter berikan lima menit yang lalu.

Mata sayunya menatap arah lain. Ia melirik kedua tangannya yang terikat tali. Gadis itu tersenyum miris, ia merasa tidak dihargai di tempat ini. Ia ingin kembali ke rumahnya, ia ingin tinggal bersama keluarganya. Ia rindu akan kebahagian bersama sahabatnya. Dan ia juga mengkhawatirkan keadaan seseorang yang ia yakini saat ini tidaklah baik-baik saja.

Nyaris dua tahun ia terkurung di tempat menyeramkan ini. Orang-orang mengatakan bahwa sanya ia adalah orang gila. Bahkan orang tuanya sudah menganggap dirinya tiada.

Tidak. Ia tidak gila. Hanya saja emosinya akan sulit dikontrol saat ingatan masalalu itu kembali datang. Ia tidak bisa menangani dirinya sendiri.

Suara langkah kaki terdengar. Gadis itu berusaha kuat melawan efek obat   berusaha keras mengambil kesadarannya. Ia melirik arah pintu, dan tepat setelahnya matanya membole sempurna. Gadis itu memberontak walau batas kesadarannya perlahan mulai hilang.

Tepat saat ia hendak berteriak, seketika dunia menjadi gelap gulita.

“Kamu merindukan aku, sayang?”

***

Skara mendatangi markas Remorex yang berada di belakang sekolah. Puluhan motor berjejer parkir di depan bangunan tua dengan dua lantai. Skara sedikit berdecih dan menghalau aroma tidak sedap saat matanya melirik puluhan puntung rokok terserak di depan pintu.

Brak!

Gadis itu tak gentar saat membuka pintu dengan kasar. Ia bahkan bersikap acuh saat sebagian anggota Remorex menatap tajam padanya. Mereka semua menyeringai dengan rokok yang diapit diantara dua jari.

“Dimana Keenan?” tanya Skara dengan nada sedikit tinggi.

Namun bukan jawaban yang gadis itu dapatkan melainjan decakan decakan dari anggota  Remorex yang sibuk bermain game online di ponsel. Mereka adalah Arga, Jino, Cakra, dan Alvian.

“Liatkan, alasan lo terlalu basi. Ga satu dua kali alasan itu di pake sama cewek rendah modelan lo gini biar bisa ngeliat kita-kita!”

“Sekali murahan, tetap murahan!”

Ruang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang