16

25 4 4
                                    

🌿Waspada, typo bertebaran dimana-mana kaya kenangan mantan.
Harap beritahu bila bertemu typo!🌿

Vote dulu, nanti lupa! ❤
Komen dulu, sebelum di sayang ayang
❤Share dulu sebelum di gombalin ayang❤

Q: Terus kalau ga punya ayang gimana? Ga vote?
A: Ya vote juga dong!  Itung berapa cowok fiksi yang lo akuin sebagai ayang?

Canda fiksi😂

Udah tenang, lo ga sendirian kok besti...gue juga banyak soalnya...ngomong pi suka ga ngaca/plak😭😭

(Revisi)

Welcome to  chapter  16

16. Teror yang Mulai Merusak

Mengandung adegan mengkampretkan yang bukan untuk di tiru. Ambil baiknya dan buang jauh buruknya.
Membeberkan opini penulis yang bisa kalian sanggah.




HAPPY READING


“Please, Sa. Kasih tau gue apa maksud dari Bu Nida?”

“Kenapa gue terus terlihat bodoh dengan ga tau apa-apa. Pertama, luka di pelipis dan kedua, siapa yang Bu Nida bicarain tadi? Ada apa sebenarnya?”

Skara menggeram frustasi sebab sejak tadi baik Elsa maupun Alora tidak ada yang mau membuka suara untuk menjawab pertanyaannya.

Skara menghela nafas kasar, gadis itu berjalan mendekat dan menggenggam tangan Alora erat-erat, tatapannya tajam tertuju pada Alora, menyatakan tegas bahwa ia tidak sedang main-main.

“Lo tau kenapa gue semalam ke rumah lo?”

Diam. Alora menghela nafas kasar, menggeleng.

“Gue capek. Gue ngerasa di dunia ini gak ada seorang pun yang pernah nganggap gue sebagai manusia,” keluh Skara, garis lekung terbit di wajahnya. Ia menatap langit, berusaha membendung air mata.

“ Gue ngerasa mereka nganggap gue benda mati yang ga punya perasaan. Gue yakin, lo paham betul gimana kehidupan gue di rumah. Dan gue yakin lo juga tau gimana keadaan hubungan gue sama Kafka. Cuma lo atau Elsa yang bisa ngertiin gue, makanya tadi malam, tanpa pikir panjang gue nekat nyamperin lo walau gue tau hidup gue udah ngak bebas lagi. Ya, tadi pagi orang itu juga ngikutin gue.” Tambah Skara, ia menatap Alora dan Elsa bergantian. Tatapan matanya menyiratkan makna luka. Sontak kedua gadis di depannya menunduk, merasa bersalah.

“Tapi sekarang akhirnya gue sadar. Dunia ini gue memang benar-benar sendirian.” Tawa nyaring mengudara, sarat akan makna meremehkan.

“Ska, lo ngomong apa? Gue sama Alora itu selalu ada buat lo. Please, gue sama Lora punya alasan sendiri Skara!” bentak Elsa hilang kesabaran.

Gadis berkaca mata itu tidak suka melihat Skara yang bertingkah seperti sekarang. Sahabatnya adalah gadis yang kuat, bukan gadis yang mudah putus asa.

“Alasan apa?!”

Peryanyaan Skara hanya mendapat jawaban dari angin yang berhembus. Dingin, Skara mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri. Wajah gadis itu memerah, perlahan air matanya tumpah sebab tidak tau lagi harus bereaksi seperti apa.

Skara merasa di bohongi. Ia merasa tidak dianggap dalam relasi persahabatan ini. Bukankah hubungan persahabatan di bangun kokoh oleh rasa saling percaya? Jika terus seperti ini, apa arti Skara di antara mereka berdua? Bukankah lebih baik ia menjauh saja?

Ruang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang