3. Bukan lagi Nyebrang

274 40 0
                                    

Rapat udah selesai, pas banget sama bel istirahat yang ikut-ikutan berbunyi.

Gue berjalan bersampingan dengan Adit, berusaha untuk mengikuti langkah besarnya dengan susah payah. Mantap juga nih cowok, kakinya panjang banget, kalo gue disebelahnya keliatan kecil banget, untung gue gak dilindes.

"Dit, gak mau pegangan?" gue mengangkat telapak tangan ke arahnya.

Adit memelankan langkahnya, gue jadi bisa bernafas legah, akhirnya gak harus lari-lari kayak orang dikejar utang lagi.

Tapi dia cuma natap tangan gue, agak bingung dan lugu untuk merespon.

"Ngapain? Ini nggak lagi nyebrang." balasnya dengan bego.

Sabar. Sabar. Sabar. Cowok depan lo ini gak punya pengalaman dipdkt-in sama cewek, jadi wajar aja kalo gak paham sama kode simpel macam itu.

Gue cuma senyum lebar, padahal hati udah menggerutu gak nahan buat tebas kepalanya, untung gebetan, kalo bukan udah gue patahin lehernya saking gemes.

"Ntar kalo gue diculik gimana???" tangan gue mulai pegel terangkat tanpa di respon, gila nih cowok gak ada rasa kepekaan banget.

Adit menunduk lagi memandang gue dengan wajah kalem andalannya, anjir lah, dari bawah sini gantengnya bersinar banget. Gue tanpa sadar malah senyum-senyum gila.

"Siapa yang mau culik cewek bawel kayak lo?" anjay, udah berani rupanya.

Gue menurunkan tangan, bisa lemes otot tangan gue ngangkat tangan terus.

"Ntar kalo gue diculik, lo kangen."



"Bisa gila lo gak ketemu gue walau cuma sedetik."

Adit mengangkat alis, tertawa ringan seolah meledek kata-kata gue, dia kembali meluruskan tatapannya, tak lagi memandang gue.

"Emang lo siapa gue sih?" pertanyannya seolah meledek gue.

Gue gak terburu-buru untuk membalas kalimatnya. Dengan gerakan cepat tangan kiri gue bergerak menggerayangi lengan Adit, dari atas hingga bawah, sampai akhirnya turun dan tergenggam sempurna.

Gue menekan kuat tangannya, gak membiarkan ada celah sedikitpun, membuat Adit tersentak dan menjauh dari gue sambil reflek melepaskan tangannya. Untung aja, insting ngalus gue bagus banget, gue cuma bisa nyengir ngeliat tangannya tetap terikat kuat dengan tangan gue.

Adit memandang pegangan tangan itu dengan pandangan aneh, dia jadi berhenti untuk melangkah dan memilih mengamati jari-jarinya yang bersembunyi di jari-jari kecil gue.

"Kan udah gue bilang, gue ini calon istri lo. Lo bakalan nikah sama gue cepat atau lambat." dia memandang gue horor, duh bibirnya seksi banget kalo nganga kecil gitu. "I love you."

"Gila ya lo?" Adit memandang gue tak percaya.

"Iya, dong. Gila karena jatuh cinta sama lo." jawab gue blak-blakan.

Adit memandang gue spechless, gak berani berkata asal selain ngomong: "Gue gak mau nikah sama lo cewek stress!"

Enak aja dia gak mau kawin sama gue.

Gue melotot, mendongak melihat wajah Adit dengan susah payah. "Gampang, kalo lo gak mau nikah sama gue. Kita mantap-mantap aja seterusnya, soalnya kalo di deket lo gue nahan terus."



"Stress lo!"


"I love you too."

Look at Me (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang