Hujan

422 41 5
                                    

Rabu, 22 April 2020.

--------------------

Sekarang adalah waktunya pulang sekolah, namun mereka yang seharusnya bahagia sebab bisa kembali ke rumah malah berdecak sembari meneduh di koridor sekolah sebab hujan tengah turun begitu deras saat ini. Membuat mereka yang tadinya ingin langsung sampai dirumah dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk harus ditunda beberapa saat hingga hujan yang turun mulai reda. Beberapa dari mereka yang pulang dengan dijemput oleh orang tua atau supir masih bisa bernapas lega, sama hal nya dengan mereka yang pulang menggunakan mobil.

Sedangkan yang pulang dengan sepeda motor dan berjalan kaki lebih memilih untuk menunggu sebentar daripada harus membuat tubuh mereka basah dan kedinginan.

Deven ikut berdiri diantara kerumunan siswa-siswi yang sedang meneduh. Matanya menatap rintik hujan yang turun deras membasahi jalanan dan tumbuhan. Mata Deven beralih menatap seorang gadis yang tengah tersenyum lebar sembari melepas tas yang tadinya tergantung dikedua bahu, ia adalah Anneth.

"Gapapa, Anneth gak akan sakit." Ucap Anneth saat ketiga temannya berbicara dengan raut wajah khawatir.

Melihat Anneth malah berlari untuk bermain hujan, Deven mengerti mengapa baru saja teman-teman Anneth terlihat khawatir.

Anneth tersenyum senang sembari merentangkan kedua tangannya menikmati rintikan hujan yang membuat seluruh bagian tubuh Anneth menjadi basah. Matanya terpejam dengan senyum yang mengembang. Berbeda dengan mereka yang menghindar dari tetesan air hujan, Anneth begitu senang dan memilih untuk menyambut rintik hujan yang datang. Seakan tidak peduli jika tubuhnya akan sakit nanti, gadis itu terlihat begitu bahagia.

Tanpa disadari, Deven tersenyum tipis melihat pemandangan yang sedang terjadi.

Deven diam sebentar, lalu memilih untuk melepas tas yang tadinya tersampir di bahu kanan lalu melepas hoodie yang menutupi seragam sekolahnya. Berjalan, menerobos hujan, untuk akhirnya mendekat kepada Anneth.

🍬

Bagi Anneth, hujan adalah sebuah kebahagiaan yang datang tiba-tiba. Kesejukan yang membuat dirinya ingin terus menyambut setiap kali datang. Gemericik yang ramai namun bisa membuatnya tenang. Tidak peduli bahwa nantinya ia akan terbaring lemas setelah mandi air hujan, tidak peduli tubuhnya akan menggigil kedinginan.

Hujan mengajarkan kepada Anneth bahwa, kegembiraan tidak akan berlangsung lama. Contohnya seperti apabila kita sedang bermain hujan. Yang tadinya kita merasa senang saat bermain hujan, tiba-tiba sakit akibat bermain hujan. Namun itu tidak akan berlangsung lama selagi ada obatnya, sakit yang kita rasakan perlahan akan membaik. Karena memang itu kodrat manusia, bahagia- terluka-sembuh-dan bahagia lagi. Terus begitu.Tuhan tidak akan menciptakan manusia tanpa bahagia, tapi Tuhan juga tidak akan menciptakan manusia tanpa sedih. Dan yang harus kita lakukan sebagai manusia adalah mensyukuri.

Dari kejauhan, Anneth menatap ketiga temannya yang masih setia berteduh di koridor sekolah bersama anak-anak lainnya. Namun, sedetik setelahnya, pandangan teman-teman Anneth teralihkan ke samping Anneth. Anneth mengikuti arah pandang mereka, dan Anneth sangat terkejut ketika Deven tiba-tiba datang mendekatinya.

"Deven, ngapain?" Tanya Anneth.

Deven hanya diam sembari menatap wajah Anneth dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku. Rambut Deven yang basah sedikit menutupi dahi nya.

"Dingin," ucapnya sembari tersenyum.

Anneth malah tertawa, untuk kali kedua semenjak kali pertama mereka kenal, Anneth melihat lengkungan manis tercipta dibibir Deven. Yang pertama saat mereka makan malam, dan yang kedua sekarang.

ANNETH ARTAMEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang