Anneth punya Deven

364 47 1
                                    

Senin, 4 Mei 2020.

--------------

Lima orang berdiri di depan Anneth saat Anneth berjalan di koridor membuat langkah nya terhenti.

Anneth meremas roknya saat salah satu dari mereka yang Anneth ketahui bernama Jenita mendekat ke arah Anneth.

Mereka adalah anak kelas dua belas yang kemarin bertemu Anneth di koridor bersama Deven. Sekumpulan kakak kelas paling jutek yang disegani oleh teman-teman Anneth yang lain.

Dan Anneth sendiri.

"Hai," sapa Jenita lembut namun terasa mengerikan di telinga Anneth.

"Kenapa? Kok takut gitu sih, gue kan gak gigit." Jenita semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Anneth membuat Anneth refleks mundur dan itu membuat Jenita semakin mendekat.

"Lo anak kelas sebelas yang deket sama Andrian, kan?"

"Lo tau gue?"

Anneth hanya diam sembari menatap wajah Jenita dengan raut wajah takut.

"Jadi karena pas deket sama Andrian gue biarin jadi makin ngelunjak sekarang mau deketin Deven juga? Centil banget lo ya,"

Anneth menoleh ke belakang ketika tubuhnya terasa menubruk sesuatu. Sial, tidak ada jalan lagi dibelakang. Tubuh Anneth sudah menubruk dinding yang paling ujung.

Jenita menyingkirkan rambut yang menutupi name tag Anneth agar dapat mengetahui nama gadis itu membuat Anneth memejamkan mata dan memekik pelan.

"Anneth Artamevia," gumam nya.

Jenita mengusap kepala Anneth dengan senyuman miring. "Dont cry," ucapnya sebab Anneth sudah mengeluarkan air mata.

Jenita melipat kedua tangannya di depan dada. "Karena lo keliatan polos gue gak mau terlalu jahat lah ya sama lo."

Jenita mengusap pipi Anneth dengan telunjuknya, lalu beralih menepuk pipi Anneth berulang kali.

Jenita berbalik dan berjalan ke arah teman-temannya. "Cabut."

Dan akhirnya kelima orang itu pergi.

Namun Anneth masih sangat ketakutan, bahkan kaki nya sudah bergetar sejak tadi.

"Abang.."

"Neth,"

Anneth mengangkat kepalanya.

Anneth semakin melengkungkan bibirnya ketika melihat Deven ada di hadapannya. Dirinya semakin menangis melihat Deven di hadapannya. Anneth takut. Takut sekali. Padahal Anneth sendiri tidak tahu salahnya apa.

Deven hendak ke gudang sebab dirinya disuruh membawa kursi yang ada di gudang ke aula. Namun saat hendak ke gudang, Deven tak sengaja melihat Anneth disini.

"Kenapa?" Tanya Deven.

Anneth hanya diam.

Anak itu masih saja menangis membuat Deven bingung harus apa.

Deven menggaruk tengkuknya.

Lalu dengan ragu Deven menggendong tubuh Anneth di punggungnya dan membawa gadis itu ke UKS. Ia mendadak lupa dengan tugasnya.

Saat berada di gendongan Deven, Anneth hanya diam sembari meremas seragam Deven.

🍬

Deven menghapus jejak air mata Anneth yang sedari tadi keluar. Mereka berdua tengah duduk di ranjang UKS dengan keadaan Anneth masih menangis. Anneth meremas ujung seragam Deven yang dikeluarkan karena masih sangat takut.

ANNETH ARTAMEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang