Selamat membaca 😊
•••
“Never judges a book by it's cover. ”
•
•
•
Sesampainya di sekolah, Sastra masih menggerutu. Sampai-sampai Adriel harus menahan tawa melihatnya.“Entar pulang sama gue. ” ujar Adriel lalu langsung berlari mendahuluinya.
Sastra memutar bola matanya. Tiba-tiba ada yang merangkul bahunya. Ketika menengok ke samping, Sastra kembali memutar bola matanya.
“Kenapa, bu? Masih pagi kok udah kusut aja tuh muka. ” ujar Evan dengan senyum jahilnya.
Sastra menghentikan langkahnya diikuti juga oleh Evan. Ia melepas rangkulan Evan lalu menghadap cowok itu sepenuhnya.
“Gue udah pernah cerita sama lo nggak si? ”
“Kagak. ”
“Ya udah. ” Sastra pun kembali menghadap depan dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Evan menjitak kepala Sastra membuat sang empu mengaduh kesakitan.
“Paan si lo?! Kepala gue kan udah di fitrahin. ”
“Lagian lo mah aneh, kesurupan lo ya? ”
“Kesurupan mata lo! ”
Evan kembali merangkul Sastra. Sastra sempat menengok ke arah wajah Evan yang memang tak dapat diragukan kadar kegantengannya lagi. Untung iman Sastra kuat memiliki sahabat seperti Evan. Meski ganteng tapi kelakuannya berbanding terbalik sama wajahnya.
“Btw, apa kabar lo sama si doi? ” tanya Sastra.
Evan mengendikkan bahu. “Masih doyan dugem dia. ”
“Kasian, ”
“Gue nggak butuh dikasian-”
“dia. ”
“Anjay lu! ”
“Tapi serius deh, dia tuh butuh orang yang tepat buat nglurusin dia yang udah belok. Dia nggak bisa bawa jalannya sendiri, dia butuh orang buat bantu dia, Pan. ”
“Maksud lo gue bukan orang yang tepat gitu? ”
“La, baru nyadar. ” ejek Sastra dengan kekehannya.
Keduanya terlihat melangkah bersama menaiki tangga dekat laboratorium.
“Gue nggak niat nglepasin dia. ” ujar Evan serius sambil terus menatap ke depan.
“Siapa yang nyuruh lo nglepasin? Ya perjuangin lah, bambang. Cinta itu butuh perjuangan. ”
“Dih, kaya pernah jatuh cinta aja. ”
Sastra tertawa hambar sambil menatap seseorang yang beberapa meter berdiri di depannya. “Pernah, tapi diselip sama Valentino Rosi. ”
---
“Gaes, minta perhatiannya sebentar. ” Terlihat sang ketua kelas berdiri di depan.
“Yah si ketua minta perhatian. ” celetuk Eko si Bintang kelas sekaligus tukang bully mipa 3.
“Maklum, 'kan dia jomblo karatan. Ups! ” kelakar Ahmad teman komplotannya.
Sontak seisi kelas pun tertawa. Ayu yang menjadi bahan tertawaan hanya bisa mendengus kesal menatap Eko dan Ahmad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preordination | Sebuah Takdir
Teen Fiction⚠ AWAS BAPER ⚠ - - - Sastra Visha Handini. Namanya saja Sastra, pasti menyukai sajak dan gemar menulis. Gadis yang suka mencepol rambutnya dan memiliki masa lalu yang belum sempat dituntaskannya. Adriel Cendric Einstein. Namanya saja Einstei...