Kerajaan Himyar terletak di jazirah Arabia Selatan, diperintah oleh raja Yudais bernama Dzu Nawas yang berkuasa antara tahun 517-527 masehi. Pada awal abad, penduduk Arab Selatan masih memuja dewa-dewa. Tetapi sejak Yerusalem dihancurkan oleh kaisar Titus pada tahun 70 masehi maka sebagian pengikut Yahudi bermigrasi ke wilayah selatan hingga mencapai pantai selatan jazirah. Dalam kurun waktu yang cukup panjang, wilayah Arab Selatan dikuasai oleh raja-raja Yudais sampai terjadinya peristiwa Arian dan Konsili Nicea I. Kaum Kristen Monofisit yang terdesak di Utara, terutama di Syiria, mulai bergerak menyelamatkan diri ke wilayah selatan jazirah Arabia.
Akan tetapi, Pemerintahan Yudais tak tinggal diam melihat situasi yang terus berkembang yang dapat mengancam pengaruh dan kekuasaannya di wilayah selatan. Dzu Nawas pun menjalankan rencana kejinya dengan membantai semua pengikut Kristen di Himyar, juga orang-orang dari kerajaan Aksum yang berada di sana.
Seorang tokoh Kristen bernama Dzu Tsa'laban yang selamat dari pembantaian tersebut melarikan diri ke kerajaan Bizantium dan meminta pertolongan kepada kaisar Justinus I. Sebagai penguasa dan pelindung terkuat agama Kristen, Justinus kemudian meminta sekutunya Negus Kalib, raja kerajaan Aksum, yang wilayah negaranya paling dekat dengan Himyar untuk melakukan serangan. Sebanyak tujuhpuluh ribu pasukan lantas dikirim di bawah pimpinan seorang jenderal bernama Aryat, namun berujung dengan kekalahan sehingga sang jenderal terpaksa menarik mundur sisa-sisa pasukannya dari wilayah Himyar.
Raja Negus yang memiliki keteguhan hati kembali mengumpulkan ribuan pasukan dan melancarkan serangan kedua di bawah komando panglima perangnya yang bernama Abrahah. Berkat strategi sang jenderal baru, pasukan Aksum pun menperoleh kemenangan.
Sebagai penakluk Himyar, Abrahah yang menjadi gubernur di wilayah koloni kerajaan Aksum perlahan namun pasti menunjukkan perilaku membangkang. Ia tidak lagi mengirim upeti ke istana Negus, membuat raja murka dan mengirim pasukan ke Himyar untuk mendisiplinkan sang panglima. Untuk kedua kalinya, jenderal Aryat gagal menaklukkan Himyar sehingga Abrahah mulai mengangkat dirinya sendiri sebagai raja Himyar yang baru dengan gelar al-Asyram "Yang Terbelah" dan memerintah negeri tersebut sesuai keinginannya; melindungi kaum Kristiani dan melakukan tekanan sekeras-kerasnya terhadap pengikut Yahudi.
Tak lama setelah berkuasa ia membangun katederal megah al-Qulays di atas reruntuhan kota Ma'arib kuno. Ia juga mendirikan katederal serupa di Najran, lalu di Taif, serta gereja Yareem dan Ghamdan di Yaman. Namun sang raja tak merasa puas juga. Betapapun megah ia membangun tempat-tempat ibadah di seluas penjuru negeri yang dikuasainya, yang ia lakukan tetap tak sebanding dengan Ka'bah yang dibangun Ibrahim dan putranya dari batu berbentuk kubus. Para peziarah dari berbagai negeri di muka bumi terus mengalir ke kota Mekkah, membuat kota tua itu terus-menerus berada di dalam keramaian dan hiruk pikuk manusia.
Setiap kali pergi ke Sana'a dan memandangi al-Qulays yang megah, hati Abrahah dikuasai amarah yang luar biasa. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jutaan orang yang terus mengunjungi bangunan tua yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemegahan yang ia dirikan. Kepada semua orang ia terus memuntahkan kata-kata menghina, bahwa bangunan suci di Mekkah bukan apa-apa saat kelak ia menghancurkannya sampai rata dengan tanah.
Bersama para bawahannya ia membuat skema penghancuran Ka'bah. Dimulai dengan para prajuritnya yang akan mengikatkan rantai besi pada setiap penopang utama bangunan. Ujung rantai lainnya diikatkan pada belalai sekumpulan gajah yang akan menariknya kuat-kuat hingga menghancurkan Ka'bah sampai berkeping-keping.
"Lalu bakar semua yang tersisa!" Abrahah terkekeh membayangkan keberhasilan rencananya. "Biarkan orang-orang Arab itu menangis dan meratap, bagaimanapun mereka akan kehilangan warisan nenek moyang mereka yang sangat berharga itu, tak lama lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MUHAMMAD Yang Agung
Non-FictionDi langit dan di bumi namanya disebut penuh kerinduan dan cinta; Ia adalah manusia pertama yang diciptakan Allah ketika Nabi Adam masih dalam keadaan antara roh dan jasadnya . Untuknya Allah membuat perjanjian dengan semua Nabi sebelum Nabi SAW, bah...