Bab 6 Malam Bertabur Cahaya

18 2 0
                                    

Di malam kelahiran Muhammad SAW, sekumpulan budak kaum Yahudi berada di atas hamparan pasir sebuah gurun sahara yang berbukit-bukit. Kaki, tangan, bahkan leher mereka dalam keadaan terikat. Seorang budak laki-laki masih terjaga di tengah gelapnya malam yang penuh bintang itu. Ia melihat ke angkasa raya dan mendapati langit bercahaya. Sontak ia bangkit lalu berdiri sambil berteriak membangunkan orang-orang. "Cahaya apakah itu? Bangun kalian semua! Aku telah melihat Cahaya! Itu adalah Bintang Pembawa Kabar Bahagia! Bangunlah, itu adalah Bintang! Ayo bangun, itu adalah Pembawa Kabar Kebahagiaan!"

Para budak mengikuti budak yang membangunkan mereka, melihat ke langit dan merasa sangat takjub. Keadaan yang tenang berubah berisik. "Lihat itu! Lihatlah di sana!" kata mereka satu sama lain.

Rahib mereka, yang tidur lelap di dalam tenda di atas kasur yang nyaman menjadi terganggu. Ia pun bangun dalam keadaan marah seraya berjalan keluar.

"Diam semuanya! Ada apa ini? Halau mereka!" perintah rahib pada para pengawal pribadinya.

Para budak dikejar dan dipukuli, membuat keadaan bertambah gaduh. Rahib terus berteriak, "Pukul mereka semuanya!"

Tak sengaja rahib mendongak lalu didapatinya cahaya terang yang menakjubkan memenuhi angkasa. Buru-buru ia memasuki kemah dan membuka peti yang menyimpan kitab suci Musa as. Meletakkan kitab di dadanya lalu berlari kencang ke atas bukit seraya memanggil-manggil Tuhannya.

"Ya Tuhanku, Ya Tuhan Musa. Demi kematian dan agamanya, berilah bangsa Israel berkah-Mu."

Ia terus berlari sampai tiba di ketinggian bukit, masih memanggil-manggil Tuhan Musa as.

Dengan berlinangan air mata ia berdoa, "Apakah yang kusaksikan ini adalah berkah-Mu? Itu sangat bersinar sekali. Wahai Tuhanku, dengarkan aku. aku merasa Engkau hendak mengutus kepada kami seorang Utusan yang baru. Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan Hak Cahaya ini, semoga dia mengasihi bangsaku. Sebagaimana Musa mengasihi bangsaku dan semoga kami mencintai Utusan-Mu ini. Semoga dia bisa membimbing umatnya Nabi Musa. Semoga Engkau mengasihi kami. Ya Tuhan, belasilah kami Ahli Ya'qub.

Sementara di gereja al-Masih, seorang pendeta berjalan tenang melewati pintu utama menuju halaman depan. Di dalam hatinya yang penuh iman, ia telah memahami apa yang sedang terjadi. Wajah sepuhnya yang elegan memandang takjub ke atas langit. Ia berbisik pada dirinya sendiri, "Akan muncul di antara kalian setelah Peristiwa ini Putusan Allah. Sungguh aku melihat, akan muncul seorang Utusan Agung yang akan memurnikan kita semua."

Di sebuah pedalaman yang jauh dari kota, Halimah berada di dalam hutan mengumpulkan kayu bakar. Angin berhembus sepoi-sepoi dan malam tampak sangat indah ketika cahaya benderang dari langit menerpa wajahnya. Perempuan itu terpesona.

Abu Thalib berada di pekarangan rumahnya di Mekkah, berjaga dan hanya sedikit tidur seperti kebiasaannya setiap malam. Ia senang melakukan tafakkur, mengasah jiwa menjadi lebih dekat kepada Tuhannya Ibrahim as. Ia masih berdiri dalam perasaan takjub, terus saja memandangi Cahaya Benderang yang menerangi seluruh kota dengan keindahannya. 

MUHAMMAD Yang AgungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang