Di dalam bangunan suci, Abdul Muthallib memikirkan cucunya dengan perasaan gundah gulana. Ia bimbang jika harus memisahkan lagi antara Aminah dan putranya. Wanita muda itu telah sedemikian menderita sejak lama, bagaimana ia tega mengambil keputusan yang berat itu sekali lagi?
Ketika Abdul Muthallib berdiri di halaman rumah Aminah, ia merasa pilu manakala menangkap bayangan Aminah yang sedang memandikan Muhammad. Diam-diam laki-laki tua itu menangis, menjadi limbung akibat kesedihan yang akan menyesahnya lagi. Kemudian ia teringat lagi pada gerombolan Samuel atau Ismail, menurut lidah Arab. Tak bisa tidak ia harus melaksanakan rencananya, sekali lagi, demi keselamatan sang cucu nan agung.
Malam itu mereka berkumpul di ruang tamu kediaman Aminah. Ia menyiapkan makan malam seraya terus mencuri pandang ke arah putranya yang tampak riang di atas pangkuan sang kakek. Lalu bergabung dengan semua orang menikmati hidangan. Saat itulah ia menyadari roman muka orang-orang yang tak ingin ia tafsirkan dalam arti apapun karena tak ingin merusak kebahagiannya yang luar biasa setelah kembali berkumpul dengan buah hatinya setelah perpisahan bertahun-tahun.
... ... ...
KAMU SEDANG MEMBACA
MUHAMMAD Yang Agung
Non-FictionDi langit dan di bumi namanya disebut penuh kerinduan dan cinta; Ia adalah manusia pertama yang diciptakan Allah ketika Nabi Adam masih dalam keadaan antara roh dan jasadnya . Untuknya Allah membuat perjanjian dengan semua Nabi sebelum Nabi SAW, bah...