Bab 10 Sebuah Nama Yang Istimewa

11 3 0
                                    

Di depan Ka'bah sedang berlangsung upacara adat pemberian nama bayi. Seorang tetua suku menggendong bayi merah dan membawanya ke hadapan salah satu berhala sesembahan mereka. Tetua itu kemudian menyebut sebuah nama, "Asaal!"

Seorang lelaki lain yang memegang tongkat kebesaran dengan suara keras kemudian meneriakkan nama si bayi yang diambil berdasarkan nama khas kesukuan mereka. "Asaal!!!"

Kerumunan orang yang mengikuti upacara tersebut kemudian menabuh alat music dan mendendangkan lagu-lagu yang gembira dan penuh semangat sambil mengulang-ulang nama si bayi di antara bait lagu.

Bayi kedua diberi nama Heeba. Orang-orang masih berjingkrak-jingkrak kegirangan sambil menyanyi dalam lingkaran besar ketika rahib Samuel tiba di lingkungan Ka'bah. Dari atas kudanya ia mengawasi sekitar, mencari satu-satunya bayi yang akan ia kenali begitu melihat tanda-tandanya yang telah ia hapal di luar kepala. Rahib yang menemani perjalanannya bertanya saat memandang ke tempat bayi Heeba, "Apakah itu calon Nabi yang sedang kita cari?"

Samuel tersenyum yakin, "Bukan itu. Bahkan aku tak merasakan apapun di hatiku."

Setelah beberapa waktu melakukan pengamatan yang teliti, rahib berkata pada temannya, "Mari kita pergi, tak ada apa-apa di sini."

Tuhan senantiasa berkuasa atas rencana-rencanaNya. Setelah Samuel pergi, tampak Abdul Muthallib sedang membasuh kedua tangannya dengan aliran air dari kendi yang dipegang Abu Thalib. Ketika waktunya tiba, seorang laki-laki mengumumkan mengenai prosesi pemberian nama pada cucu sang pemimpin Mekkah. 

... ... ...

MUHAMMAD Yang AgungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang