02 ; Fate

2.1K 241 29
                                    

Angin malam berhembus lembut dan sejuk malam itu. Jeonghan terlihat sedang makan corndog bersama kakak laki - lakinya di trotoar jalan. 

"Hyung, ayo pulang! Minggu depan aku ada ujian."

"Oh ayolah Jeonghan, itu masih minggu depan!"

"Walaupun minggu depan, itu tetap ujian, Jooheon hyung!"

"Iya iya, bawel. Bentar deh, kamu tunggu sini, hyung mau beli coklat panas dulu. Kalau mau sesuatu, jangan jauh - jauh ok?"

Jeonghan mengangguk dan duduk di bangku panjang sambil menatap punggung Jooheon yang semakin menjauh. Jeonghan mengedarkan pandangannya ke seluruh stand makanan di sekitarnya. Pandangannya terhenti pada nenek tua peramal yang tidak jauh darinya. Nenek itu tampak pucat, stand kecilnya sepi tanpa seorangpun yang mampir. 

Jeonghan merasa sedih saat melihat bibir ungu nenek tersebut. Jeonghan tak tahan hanya duduk dan tak berbuat apa -apa, ia melangkahkan kakinya ke stand kecil nenek itu. Jeonghan menatap wajah nenek itu yang tersenyum tulus seraya duduk di depannya. 

"Nek, aku ada makanan lebih, terimalah." ucap Jeonghan seraya memberikan satu kantung berisi banyak makanan dan air mineral di dalamnya. Nenek itu menerimanya dengan mata berkaca - kaca. 

"Surga telah mengirim anak tampan sepertimu untuk mengasihaniku ini! Sungguh sebuah berkat! Mari sini nak, nenek lihat masa depan cemerlangmu." ucap sang nenek sambil memegang tangan Jeonghan. 

Saat pertama kali menyentuh telapak tangannya, mata nenek itu membesar kaget dan alisnya mengerut. Hal ini membuat Jeonghan tidak tenang. Setelah beberapa kali mengusap tangan Jeonghan, nenek itu mengangkat tangannya dan mengelus pipi Jeonghan lembut. Tatapannya sedih dan dalam. 

"Sungguh dunia yang kejam. Takdir memang suka bermain- main di hidup kita. Bagaimana bisa anak seindah ini kau beri rintangan yang sangat sulit?" Air mata nenek itu perlahan mengalir turun di pipinya. Jeonghan tak tau mengapa air matanya juga ikut mengalir. Dadanya sesak dan ia merasa terluka. 

Nenek itu menggenggam tangan Jeonghan dengan erat. "Takdir mempertemukan kalian. Kau akan dipaksa memilih, dan kedua pilihan itu sama beratnya. Tak ada yang lebih benar maupun lebih salah. Hidupmu akan berubah. Baik dan buruknya, biarkan dirimu sendiri yang menilai. Ikuti kata hatimu, nak. Jalanmu mungkin tak mulus, tapi percayalah, hatimu pasti punya alasan mengapa ia memilih jalan itu."

"Si-siapa yang akan bertemu denganku? Kenapa hidupku berubah? A-apa yang harus aku lakukan?"

Nenek itu menatap mata Jeonghan dalam - dalam, "Jangan dengarkan omongan orang lain. Jawabannya ada di sini," sang nenek menunjuk ke dada Jeonghan lalu berkata lagi, "Ada di hatimu." 

Tiba - tiba badan Jeonghan ditarik dan dipaksa berdiri. "Terima kasih, Nek. Tapi kami tidak butuh ramalan kunomu," ucap Jooheon sambil menarik Jeonghan menjauhi stand itu. Jeonghan masih terdiam dan berusaha mencerna ramalan dirinya itu. 

Jooheon menangkup pipi Jeonghan dan berkata, "Dengar, jangan biarkan apapun memengaruhi pikiranmu. Bila ramalan itu tak sesuai harapan, yasudah lupakan saja! itu cuma kekonyolan biasa! ini, pegang coklat hangatmu. Ayo pulang!"

Jeonghan menerima cup coklat panasnya dan menggenggam erat tangan kakak laki - lakinya itu. 

"Setidaknya aku punya hyungku yang selalu ada untukku," batin Jeonghan dalam hati.

"Jeonghan, ayo duduk sini."

Jeonghan baru saja pulang dan orang tuanya sudah memanggilnya untuk duduk di sofa keluarga. Tak hanya Jeonghan, Jooheon juga ikut duduk di sebelah Jeonghan.

Demon's Angel (Seungcheol x Jeonghan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang