Jalan dengan Yusuf

1.9K 109 1
                                    

"Raisa, ada apa dengan mu Nak?" Mamanya Raisa tentu saja mengetahui bahwa anaknya pasti sedang ada masalah dan dia yakin ini tentang Arga.

"Ma...Arga..Arga," bahkan untuk bercerita pun rasanya Raisa tak sanggup, suara Arga saat mengucapkan ijab qabul terus terngiang di pikirannya.

"Arga kenapa? Apa yang terjadi nak?" Wanita paruh baya itu mengusap lembut bahu anaknya, tangan satunya dia pakai itu menggenggam tangan Raisa, dia berharap apa yang dia lakukan mampu membuat rasa nyaman dan mau bercerita.

"Arga selingkuh ma, dia menikah sama orang lain, dia..." Air mata lagi-lagi membanjiri pipi wanita itu, ternyata rasa sakit itu masih sangat terasa.

"Sudahlah sayang, sekarang mending kamu istirahat saja, percuma kamu menangis untuk orang yang tidak perduli terhadap perasaan mu," kali ini Raisa setuju dengan mamanya, untuk apa dia menangisi seseorang yang bahkan tak mau memperjuangkannya.

Tak terasa hari berganti.
Raisa menuruni tangga rumahnya dan mendapati Yusuf tengah asik mengobrol dengan mama dan papanya.

"Raisa sini nak," terdengar suara mamanya memanggil dirinya, Raisa pun mendekat.

"Ada apa ma?"

"Kamu pergi gih jalan-jalan sama Yusuf supaya kalian tambah dekat dan nggak canggung nantinya,"

Sebenarnya Raisa sangat malas untuk kemana-mana, tapi Raisa berfikir lagi, mungkin dia akan melupakan kesedihannya jika dia jalan-jalan dengan Yusuf.

"Yaudah, Raisa ambil tas dulu"

Raisa dan Yusuf pun memilih untuk pergi ketaman, tadi Yusuf sudah mengajak Raisa ke tempat makan, tapi Raisa menolaknya, dia tidak nafsu makan saat ini.

"Kenapa kamu menerima perjodohan itu?" Raisa membuka percakapan karena sejak tadi hening, dia juga penasaran kenapa lelaki dihadapannya ini pasrah saja dijodohkan dengan orang yang tidak dikenalnya.

"Saya hanya percaya kalau mama saya tidak mungkin menikahkan saya dengan orang yang salah, kalau kamu sendiri?"

"Saya juga sama kayak kamu, tidak mungkin mama memberikan saya pada lelaki yang salah," perlahan Raisa akan mencoba untuk menerima takdirnya.

Hening

"Raisa, Yusuf" ujar mereka bersamaan.

"kamu aja dulu" kata Yusuf seraya tersenyum.

"Nggak, kamu aja dulu" ujar Raisa.

"Kamu pernah pacaran?" Raisa mengernyitkan dahinya, dia cukup kaget dengan pertanyaan Yusuf, untuk apa juga lelaki itu menanyakan hal tersebut, bukan kah itu tidak penting.

"Ya, saya pernah pacaran sekali, tapi sama orang yang salah,"

"Maksudnya?"

"Nanti aku akan cerita sama kamu tentang dia kalau kita sudah menikah," sebenarnya Raisa hanya tak ingin membicarakan Arga saat ini, karena setiap kali dia membahas tentang Arga, dia akan bersedih.

"Baiklah,"

"Kamu sendiri?" Sebenarnya hal ini tidaklah penting untuk Raisa tanyakan, tapi daripada mereka kembali hening, jadi Raisa tanyakan saja.

"Aku belum pernah pacaran,"

"Serius?" Raisa serasa tak percaya pada lelaki itu, masa sih di zaman sekarang ada orang yang belum pernah pacaran?

"Iya,"

Setelah menghabiskan waktu bersama, yusuf pun mengantar Raisa pulang kerumahnya.

"Makasih untuk hari ini,"

"Sama-sama calon istri," kata Yusuf tak lupa dengan senyumannya.

"Yaudah, pulang gih sana!"

"Ini ngusir yah?" Raisa menggeleng, sungguh dia tak bermaksud seperti itu.

"Ehm, bukan, maksud aku..."

"Udah, aku cuman bercanda kok, yaudah aku pulang," ucap lelaki itu masih dengan senyumannya.

"Hati-hati dijalan," Raisa menatap mobil Yusuf yang perlahan menjauh. Mungkin kah tidak ada perempuan yang tertarik dengan lelaki itu atau malah lelaki itu yang memang tak ingin pacaran, sebab jika Raisa melihat Yusuf, pria itu adalah pria yang hangat.

"Gimana Yusuf, sayang?" tanya mama Raisa saat Raisa sudah masuk kedalam rumahnya.

"Baik,"

"Jadi kamu udah nerima perjodohan ini?" tanya mamanya lagi.

"Biarpun Raisa nolak, mama dan papa akan tetap paksa Raisa kan?" Karena mamanya hanya terdiam, Raisa pun mempercepat langkahnya menuju kamar dan langsung merebahkan tubuhnya saat tiba di kamarnya.

"Kenapa aku nggak bisa benci sama kamu, Arga?" gumam Raisa.

Semua kenangan indahnya dengan Arga berputar jelas diotaknya, janji-janji Arga yang membuat Raisa terbang tinggi sekarang hanyalah sebuah angan-angan saja.

Sebuah kalimat yang diakhiri dengan kata sah, mampu membuat Raisa sadar jika Arga, lelaki yang ia bela didepan kedua orang tuanya hanya memberikannya balasan sebuah kesakitan dalam hatinya.

Raisa mencoba menutup matanya, tapi lagi-lagi bayangan Arga muncul diotaknya, tak lama air matanya menetes.

"Aku benci!!" teriak Raisa, dia bukan benci pada Arga dan mungkin tak akan pernah bisa benci pada lelaki itu, tapi Raisa benci dirinya sendiri, dia benci ketika mengingat Arga, air matanya langsung terjatuh, dia benci sosok lemah dalam dirinya itu.

Broken Heart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang