Hari ini keluarga Yusuf datang lagi untuk membahas masalah pernikahan.
"Jadi kapan pernikahannya?" Tanya mama Yusuf to the point.
"Kalau saya terserah anak-anak aja jeng, Raisa kalau maunya kamu kapan nak?" Sejujurnya Raisa yang ditanya seperti itu sama mamanya pun tak tau kapan yang tepat untuk melangsungkan pernikahan mereka.
"Aku, aku terserah sama Yusufnya aja ma, Raisa ngikut aja," kata Raisa pada akhirnya.
"Kalau saya sih maunya secepatnya ma," dengan senyuman diwajah Yusuf.
"Bagaimana kalau bulan depan," semuanya mengangguk menyetujuinya.
"Ma, pa, aku sama Raisa ngomong diluar yah," kata Yusuf.
"Yaudah, sana gih,"
"Tante, om, pinjam Raisanya sebentar,"
"Pinjam selamanya juga nggak papa Yusuf," perkataan papa Raisa itu mengundang tawa dari semua orang yang ada disana.
Raisa dan Yusuf pun berbincang di taman belakang rumah Raisa.
"Bunga buat kamu," kata Yusuf seraya memberikan sebuah bunga yang dipetiknya dihalaman belakang itu.
"Iihhh, kamu tuh nggak modal banget sih, masa cabut bunga dari kebun rumah aku," ujar Raisa yang membuat Yusuf terkekeh.
"Ini dulu Raisa, nanti aku akan ganti bunga ini dengan cincin pernikahan kita,"
Blushhh
Pipi Raisa seakan memanas saat mendengar perkataan Yusuf, yah memang dia tidak mencintai Yusuf, tapi mungkin semua perempuan akan merona jika mendapatkan pernyataan itu.
"Owh yah Yusuf, kamu pernah nggak kasih bunga keperempuan?" Menurut Raisa, Yusuf adalah lelaki yang hangat, lelaki itu juga pandai menggombal, rasanya Raisa tak percaya jika Yusuf belum pernah pacaran.
"Pernah," tuh kan, Raisa sudah menduganya, pasti perkataan Yusuf kemarin yang bilang bahwa dirinya belum pernah pacaran bohong.
"Owh yah siapa?" tanya Raisa penasaran.
"Kamu, barusan," rasa penasaran Raisa sontak berubah menjadi rasa kesal, yah kalau itu mah dia tau.
"Selain aku Yusuf!"
"Ada, satu orang yang lebih spesial dari kamu," lebih spesial? Apakah itu tandanya Raisa cukup spesial di mata Yusuf, tapi siapakah perempuan yang Yusuf bilang lebih spesial.
"Siapa?"
"Mama,"
"Ihk selain aku sama mama kamu!!" Ingin rasanya Raisa meneriaki kuping Yusuf, ternyata lelaki itu cukup mengesalkan.
"Nggak ada,"
Dua jam kemudian keluarga Yusuf pun pulang dan Raisa segera memasuki kamarnya, tapi belum sampai dia dalam kamarnya, mamanya pun datang dan mengajak Raisa untuk mengobrol berdua.
"Raisa, mama mau kalau kamu dan Yusuf sudah menikah, tolong hormati dan turuti semua perkataannya selagi itu baik karena surgamu sudah terganti disuami mu nak," ada perasaan khawatir dilubuk hati mama Raisa, biar bagaimanapun Yusuf dan Raisa menikah bukan karena cinta, dia takut Raisa akan berlaku semena-mena pada lelaki itu kelak.
"Iya ma, Raisa ngerti,"
Owh yah nama mama Raisa adalah nyonya Wanda dan nama papa Raisa adalah tuan Farhan, sedangkan papa Yusuf bernama tuan Mansur dan mama Yusuf bernama nyonya Dewi.
Setelah berbincang dengan mamanya, Raisa pun menaiki kamarnya dan membongkar barang-barang pemberian Arga yang masih disimpannya hingga saat ini.
Raisa mengambil gelang yang Arga kasih terakhir kali sebelum Arga menuju Inggris, yah sekitaran tiga tahun yang lalu.
Raisa sangat ingat kata-kata Arga terakhir kali yaitu, aku akan kembali secepatnya dan melamar kamu, setelah itu kita akan hidup bahagia, indah bukan kalimat yang Arga ucapkan, tapi untuk apa indah jika itu semua hanya janji palsu, jangankan untuk hidup berdua selamanya, bahkan datang melamar pun tidak.
Raisa mengambil semua barang yang Arga berikan dan meletakkan semua barang itu disebuah kardus bekas, lalu dengan berat hati Raisa membakar semua barang itu di halaman belakang rumahnya.
Kadang cinta memang rumit untuk kita sendiri mengerti.
"Raisa, kamu lagi apa nak? Itu kamu bakar apa?" Nyonya Wanda cukup terkejut mendapati putrinya membakar sesuatu, apalagi saat melihat wajah putrinya yang terlihat sedih.
"Itu barang-barang pemberian Arga ma, aku mau lupain Arga dan mulai mencintai Yusuf, dan inilah cara pertama, membakar semua kenangan yang ia berikan,"
Sungguh, ini berat untuk Raisa, melupakan Arga tak pernah ada dalam list hidupnya, bahkan sampai dihari dimana dia mendengar ijab qabul yang Arga katakan, Raisa masih berharap bahwa semua itu mimpi, karena sejak dulu menikah dengan Arga salah satu list terpenting dalam hidupnya.
"Mama yakin kamu bisa," nyonya Wanda mengusap lembut bahu Raisa, dia tau tak mudah melupakan seseorang. Dirinya pun tau bagaimana menderitanya putrinya itu dua tahun terakhir ini tanpa kabar dari Arga, namun sekalinya Raisa bertemu dengan Arga, kesakitan yang lelaki itu berikan, bukan cinta yang selama ini Raisa harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart (End)
Losowe3 tahun aku menunggumu, menolak semua cinta yang datang kepadaku, itu kulakukan karena aku masih menunggu, dan berharap kehadiranmu, tapi kepercayaan yang telah kubangun dengan susah payah selama 3 tahun itu lenyap dalam sekejap, ketika terdengar di...