بسم الله الرحمن الرحيم
الخبيثت للخبيثين والخبيثون للخبيثت, والطيبت للطيبين والطيبون للطيبت, اللئك مبرئون مما يقولون, لهم مخفرة ورزق کريم. (النور : ٢٦)"Wanita wanita yang keji adalah untuk lakiblaki yang keji, laki laki yang keji adalah buat wanita wanita yang keji (pula). Dan wanita wanita yang baik adalah untuk laki laki yang baik, dan laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduh kan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
Qs. an-Nur ayat 26.Umi Faira pov:
"Abi, sekarang kan Fisya dan Rizky sudah datang. Gimana kalau kita perkenalkan aja dulu mereka. Tapi jangan sampai bilang ke fisya kalau kita menjodohkannya bi, gimana?"
Aku memanggil suami ku dan mengajaknya untuk memperkenalkan anak anak yang akan di jodohkan.
"Boleh mi, ayo lah. Eh tapi abi panggil Fauzan dulu ya."
Aku memberi jempol dan senyuman terbaik pada suami ku.
Keberadaan ku sekarang masih di rumah, baru selesai akad nya 'Azzam. Fisya dan kakak nya masih bersenda gurau. Kemudian aku memanggil 'Azzam, karna ya soal perjodohan ini 'Azzam sangat setuju. Katanya selama ini Fisya tidak pernah suka sama siapapun. Mungkin ada, tapi tidak terlalu mengharapkan kepada Allah.
Jadi ya biasa biasa saja. Maka dari itu Fisya tidak pernah sekali pun mencetitakan kepadaku tentang anak laki laki. Padahal aku sangat berharap sekali dia bisa menceritakan seseorang yang dia sukai padaku.
'Azzam sudah sampai di tempat ku, kemudian dia beraksi.
Sedangkan Rizky dan keluarganya sudah berada di ruang tamu serta abi. Aku menyusul mereka. Setelah bersenda gurau, akhirnya fisya turun setelah beres beres di kamar nya. Dia sudah mengganti bajunya, ya Allah anak ku ini cantik sekali.
'Azzam turun dari tangga bersama istrinya yang diikuti oleh fisya di belakang. Kemudian mereka duduk di samping ku.
Oh iya, aku suka sekali melihat Rizky ini bermain dengan adiknya yang paling kecil bernama fia.
Mereka tidak pernah lepas, sama seperti 'Azzam dan Fisya waktu kecil. Susah kalau sudah di pisahkan.
"Rizky, kenalkan ini anak perempuan nya Dokter Husein. Namanya Hafisya."
Rizky menoleh kepada sang ayah, dan dia tersenyum.
"Iya yah, kita udah kenal kok."
Aku terkejut, ternyata dua insan ini sudah saling kenal. Tapi kenapa fisya tidak pernah memberitahu ku ya.
"Dari mana kamu mengenalnya ky?"
Ayah nya kembali bertanya.
"Oh, waktu itu gak sengaja aja yah ky naik bus menuju rumah karna motor iky mogok. Jadi ketemu nya di bus semasa fisya hampir dilecehkan sama pengamen jalanan."
Penjelasan nya.
"Iya umi, abi. Kan dulu fisya udah pernah bilang sama umi" ungkap Fisya.
"Dan kenalan nya pas sama sama terlambat ke sekolah yah, bun. Makanya bisa kenal."
Rizky again.
"Waktu ke pusat, Fisya juga duet tilawah nya ya sama bang Kiky umi."
Tambahan Fisya.
Aku mengerti sekarang,
"Jadi sampai di rumah sakit pun, kalian juga udah kenal?" Bunda nya tak mau kalah.
"Iya bunda." Jawaban singkat tapi penuh arti.
"Kalo gitu gak perlu di perkenalkan lagi dong ya bi"
"Iya ya mi."
"Hahahaha" kami semua tertawa.Fisya pov:
Aku sudah sampai di kediaman nya Dokter Husein Muhammad alFatih.
Aku memasuki rumah yang masih ramai dengan tamu undangan. Aku masuk dengan menbaca salam. Tapi tidak ada yang menyahutkan kecuali para tamu. Umi dan abi kemana ya. Aku mencari ke penjuru rumah, yang ku dapati hanyalah bang 'Azzam yang sedang berbicara dengan pengantin wanita yang sudah berganti pakaian. Tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa dan apa bentuk rupa pengantin wanitanya itu.
Kemudian aku mengagetkan keduanya.
Dorrr....
Ya mereka kaget.
Aku pun cengengesan di depan mereka.
"Hehe, Assalamualaikum para bangsawan yang terhormat."
"Astagfirullahal'azdim fisya. Waalaikumussalam."
Aku tidak menoleh pada sang putri, tapi aku teriak sekencang kencang nya di telinga bang 'Azzam. Tanpa memedulikan bahwa aku menjadi pusat perhatian sekarang.
"Abaaaaaaaaaaaaaaang....."
Aku tahu kuping nya sedang panas kali ini. Si putri hanya teryawa melihat pipi ku yang sedang di cubit oleh bang 'Azzam. Dasar kejam.
"Kenalin dong fisya sama istri nyaaaaah"
"Iya sabar, tapi gendang telinga abang pecah nih karna kamu"
Aku menggandeng lengan nya bang 'Azzam dan kembali menggodanya.
"Eleh, gitu aja nya kok"
"Apanya yang gitu?"
"Apanya dong, apa apa nya dong" 🎶🎶🎶 aku bernyanyi ria didepan bang 'Azzam dan hanya mendapat senyuman manis nya. Wkwkw...
"Ya udah, dek kenalkan ini pengantin abang nama nya Azhariyatul Huda. Panggilan Ahda"
Aku terkejut dan menatap serta menangkupkan kedua tangan ku pada wajah nya bang 'Azzam pertanda sekarang aku tidak mempercayai nya dan juga melototkan mataku.
"Ada apa dek" bang 'Azzam mencoba melepaskan tangan ku.
Kemudian aku berbalik dan
"Hwaaa... Ahda. I love you so much. Akhir nya kamu di nikahi pria idaman mu da. Ya Allah. Syukurlah"
Aku teriak dan memeluknya senang serta histeris dan dia juga membalasnya.
"Alhamdulillah fisya" jawaban singkat dari ahda. Itu lah ahda yang ku kenal.
Ahda adalah teman ku waktu SMA, sama sama jurusan IPS dengan ku. Dia anak yang aktif, pintar dan menyenangkan kalau di ajak diskusi kelompok. Kalau masalah mood, ahda itu kadang kadang orang nya jutek, tapi dia sangat pencemas dengan hal hal kecil. Dia bisa diandalkan menjadi pemotivasi ku di sekolah waktu itu. Dia yang menasehati ku dan membangkitkan ku ketika aku terpuruk, apalagi saat aku yang berulang kali remedi ekonomi. Hahah....
Dia juga guru ku, yang ngajarin aku bila gak paham sama materi. Dan tempat aku bertanya semua hal yang tidak atau belum aku ketahui. Dia adalah sosok perempuan yang hebat bagi ku. Dan akhirnya teman ku ini sekarang menjadi istri dari kakak ku. Aku bisa langsung share nih sama dia. Hahah...
"Kok bisa bang?"
Aku kembali teriak di depan bang 'Azzam, kemudian aku membawa ahda ke kamar ku. Eh maksud nya kakak ahda. Wkwkw...
"Abang tunggu disini ya, jangan kemana mana loh"
"Iya iya."
Sesampainya di kamar ku, aku meminta Ahda untuk dusuk di kasur ku nan empuk.
Sambil mengambil hadiah untuk Ahda yang sudah ku persiapkan di oxford. Meskipun aku tidak tahu siapa pengantin perempuannya, yang jelas aku ingin memberikan ini untuknya. Siapapun itu. Aku pun ikut menggoda ahda yang dari tadi dia sudah malu malu.
"Cie... yang nikah sama pria idamannya." Yang di cie cie kan hanya diam dan tersenyum.
Ahda itu seumuran dengan ku, dia menyukai bang 'Azzam karna aku selalu menjodoh jodoh kan mereka berdua. Dulu bang 'Azzam pernah curhat gitu sama aku, bahwa dia menyukai gadis yang seumuran dengan ku. Dan gadis itu sering dengan ku. Yang sering dengan ku adalah Fania. Tapi tidak mungkin. Pasti ada yang lain. Dan nyatanya ya gadis itu adalah Ahda.
Ternyata mereka saling menyukai tapi tidak tahu dengan kondisi perasaan lawannya.
Tapi sudah lah, akhirnya Allah mempertemukan mereka bukan.
Nah setelah aku mendapati hadiah nya, aku memberikan pada Ahda.
"Apa ini sya?"
"Buka aja dulu."
Dia membuka hadiah kecil itu, dan melihat kearah ku penuh tanya.
"Aku tahu da, kamu tidak akan mengenakan itu selagi kamu belum siap. Tapi aku harap kamu bisa memakainya jika kamu sudah siap. Tentu kamu harus izin dulu sama suami mu da."
Ahda menangis, dan memelukku.
"Syukran ya sya"
"Udah udah, di hapus tu air mata. Ntar kalo keliatan sama bang 'Azzam, aku dimarahin lho. Emang kamu mau liatin adek ipar kamu ini di marahin sama bang 'Azzam?"
"Hahah... emang bang 'Azzam pernah memarahi mu sya?"
"Hehe... nggak sih da, eh kita kasih kejutan buat bang 'Azzam yok? Mana tahu dia kaget."
Ahda tersenyum bahagia melihat ku.
Aku mengenakan niqab tersebut untuk ahda. Kemudian dengan membaca basmalah kami turun.
"Abaaaaang, liat kakak ipar ku cantik nian kan?"
Bang 'Azzam yang tadi sedang makan pisang di ruang keluarga, melihat ke arah kami. Saat melihat, Dia kaget sekali. Pandangan nya tak bisa mengelak pada Ahda. Dia pun berdiri dari duduknya. Ah iya, Pisang yang baru dimasukkan ke mulutnya masih tersangkut di bibir nya. Ahda menahan tawa melihat tingkah suami nya. Sedangkan aku malu melihat diri ku sendiri bahwa tahu tahu sudah ada bang Rizky di sebelah bang 'Azzam. Aku lari ke dapur dan mengintip mereka. Setelah mereka mengetahui kebaradaan bang Kiky, ada pembicaraan singkat di antara mereka yang tidak dapat ku dengar dengan jelas. Bang Kiky pun pergi menuju ruang tamu, dan aku kembali ke tempat bang 'Azzam dan ahda berada. Dari belakang aku melihat Ahda memasukkan sisa pisang ke mulut nya bang 'Azzam. Abang ku ini sepertinya tidak percaya kalau Ahda memang sangat cantik bila memakai niqab.
"Uuuu.... sosweet nya"
Bang 'Azzam tidak melihat ku tapi terus saja menatap ahda.
"Kalo udah sah gini enak ya, mau sampe kapan pun di pandang terus juga gak masalah. Gak dapat dosa dan dapat pahala pun alhamdulillah."
Tiba tiba umi mendatangi ku. Dan memberi sebuah kode pada bang 'Azzam. Bamg 'Azzam seakan mengerti dengan kode itu.
"Sya, ke ruang tamu yuk"
"Iya umi"
Aku berjalan di belakang umi dan disusul oleh pengantin baru di belakangku. Nah untuk Ahda, dia melepaskan niqab yang ku pakai tadi. Mungkin belum terbiasa. Lagian dia juga belum siap untuk mennggunakannya.
Sesampai nya di ruang tamu, hanya ada dua pihak keluarga disini, tamu tamu yang lain sudah pada pulang.
Tanpa sengaja aku melihat ke arah bang Kiky, adem ya kalau lihat anak laki laki akrab dengan saudari nya yang perempuan. Itu tandanya mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Rizky, kenalkan ini anak perempuan nya Dokter Husein. Nama nya Hafisya"
Bang Kiky melihat kearah ku, dan bergantian ke arah ayah nya.
"Iya yah, kita udah kenal kok."
Perkataan itu sukses membuat pihak orang tua kaget. Aku pun bingung. Kok jadi begini ya?
"Dari mana kamu mengenal Fisya, ky?"
Ayah nya bang Kiky kembali bertanya.
"Oh waktu itu gak sengaja aja yah, ky naik bus menuju rumah karna motor iky mogok. Jadi ketemunya di bus semasa fisya hampir dilecehkan sama pengamen jalanan."
Penjelasan bang Kiky, yang membuat pihak orang tua mengangguk paham. Tak lupa aku mengingatkan kejadian itu pada umi.
"Iya umi abi, kan dulu fisya udah pernah bilang."
"Dan kenalan nya pas sama sama terlambat ke sekolah yah bun, makanya bisa kenal."
Ungkap bang Kiky lagi.
"Waktu ke pusat, fisya duet tilawah nya juga sama bang Kiky abi."
Tambahan ku.
"Jadi sampai Kiky dirawat di rumah sakit pun, kalian udah kenal?"
Bunda bang Kiky menyanggah.
"Iya bunda." Jawaban singkat, tapi penuh arti. Maybe.
"Wah wah wah... berarti gak perlu kita perkenalkan lagi dong ya bi?"
"Iya ya mi"
Kini, semua orang tertawa. Ups hanya yang tua tua saja. Pengantin juga ikut tertawa, tapi biasa aja. Dan yang paling muda malah kebingungan.
Wkwkw.... aku ketawa sendiri. Dasar gila.
Setelah lama nya berbincang bincang, adzan maghrib datang menyapa. Kami melaksanakan sholat berjama'ah di ruang tengah. Kali ini sebenarnya yang jadi imam adalah abi. Tapi api mundur ke saf belakang dan meminta bang Kiky untuk menjadi imam. Tentu dia menolak, dengan berbagai cara abi meminta agar bang Kiky mau maju. Dan pada akhir nya bang Kiky mau jadi imam.
Iqamah sudah di kumandangkan oleh bang 'Azzam.
Allahu Akbar.
Sholat maghrib sudah dilaksanakan. Dzikir di pimpin oleh bang 'Azzam. Dan do'a abi yang mimpin
Selesai melaksanakan ibadah bersama.
"Begini rasa nya Dokter, kalau kita sudah jadi besan. Tidak sempat pulang ke rumah saat maghrib, di tawar sholat berjama'ah disini."
"Benar pak direktur. Jadi kapan kita akan jadi besan?"
Umi dan bunda saling mengode. Aku bingung dengan maksud abi dan ayah nya bang Kiky.
Besan?
Sedangkan pihak keluarga nya Ahda saja sudah pergi dari tadi siang.
Hah... sudahlah.
Sekarang waktu nya para perempuan mengemasi makanan di dapur. Yang laki laki duduk di ruang tamu. Bang Kiky? Dia pergi ke taman depan mengajak fia bermain, tak lama kemudian gadis kecil bernama fia mendatangi ku, kini ia berumur 5 tahun. Gadis itu masih imut saat aku bertemu dengannya di rumah sakit dulu. "Kakak Fisya, ayo ikut fia"
Dia menarik tangan ku. Umi mengizinkan aku pergi. Aku di tarik hingga taman depan yang melihatkan bang Kiky sedang duduk diteras sambil menchat temannya.
Aku dimintanya untuk duduk disamping bang Kiky. Aku menolak. Tapi tetap saja gadis itu bersikeras.
"Assalamualaikum bang. Maaf, Fisya diminta fia untuk duduk disini."
Yang di panggil menoleh, dan menutup handphone yang dia pegang tadi.
"Waalaikumsalam. Iya silahkan."
Hening.
"Dapat kuliah di oxford ya sya?"
Bang Kiky memulai pembicaraan.
"Alhamdulillah bang, oh iya. Selamat ya buat abang yang dapat kukiah di jerman."
"Alhamdulillah, terima kasih Fisya"
Sebenar nya aku gugup sekarang, tapi aku harus terbiasa dengan kondisi seperti ini. Kan aku gak biasa dekat dengan anak laki laki. Apa lagi dia kakak tingkat ku.
Tak lama kemudian, abi memanggilku dengan cara sedikit menggoda.
"Udah fisya, ayo makan. Jangan pacaran mulu. Kalo mau pacaran ntar abis nikah ya nak."
"Iya ky, nikahin dulu baru berdua dua. Ayo makan dulu."
Sambungan ayah nya bang Kiky.
Bang Kiky pun bangkit, dia tersenyum dan mengajak fia untuk masuk. Tak lupa dengan ku.
"Ayo fisya, pihak orang tua sudah menunggu."
Aku mengangguk dan berjalan di belakangnya.
Sebenar nya kalau di lihat lihat bang Kiky ini sangat tampan. Apa lagi sekarang saja dia hanya mengenakan baju koko putih yang di beri motif garis hitam di bagian pundak. Celana lepis yang tidak terlalu ketat. Tampan. Oalah. Kok aku begini ya.
Kemudian umi dan abi mengajak satu keluarga ini untuk makan bersama di meja makan. Setelah umi bersuara dan mengarah kepada bang Kiky,
"Nah Rizky, ayo dimakan."
"Iya umi."
Bang Kiky selalu membalas nya dengan senyuman.
Kami makan, dan yang terdengar hanya lah candaan ayah dan abi. Serta di lanjutkan oleh candaan umi dan bunda. Mereka selalu mengatakan "gini ya rasa nya kalau kita jadi besan."
Selalu saja. Kadang kadang umi juga menggoda bang Kiky yang dari tadi tidak berkutik. Termasuk diriku ikut di goda.__________________________________________________________
Nah untuk hari ini, ini dulu ya.
Next day kita up lagi.
Jangan lupa ikutin terus, dan ++votenya ya++ gais.
Maaf kalo ada yang typo.
Syukran.
Assalamualaikum.😊
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA dan TAKDIR
Teen FictionDestiny... Aku tidak tahu bagaimana kelak Allah pertemukan ku dengan mu, tapi aku selalu yakin bahwa ketetapan-Nya adalah yang terbaik. ~Author~