"Gangguan semata"

17 3 0
                                    

2 tahun kemudian....

Rizky pov:
Selesai sudah semester 4 ku kali ini, sekarang aku di beri cuti oleh univ selama 3 hari, ya hanya untuk merehatkan badan saja. Hari masih pagi, mentari sudah masuk ke sela sela jendela rumah ini. Ah iya, aku tidak lagi tinggal di asrama. Karna nilai ipk ku semester kemarin alhamdulillah mencukupi. Hingga aku di pindah kan ke sebuah rumah khusus. Tapi di sini aku masih bergabung dengan orang asing yang sejurusan dengan ku. Untuk mempermudah aku agar mencari info tentang perbisnisan.
"Hi man, wake up, let's go walking this morning. Around looking for breakfast. Come on"
"Oh ok, you guys go first, I'll catch up"
"Ok, by"
Aku tersenyum pada Manfred, kemudian aku bergegas untuk mandi selesai kamar ini sudah kosong. Aku sekamar dengan 3 orang dari berbeda negara. Tiba tiba hp ku bergetar. Saat ku lihat layar hp, ada nama tak di kenal di sana, aku membuka whatsApp tersebut...

"Assalamualaikum. Rizky, stell me Mina vor. Ich weifs dass sie heute beschaftigt sind, ich bin nur eine gewohnliche frau. Taoist konnen wir uns in dem cafe treffen, in dem sie jetzt leben? Ich habe etwas zu sagen bitte seien sei in 30 minuten da. Ich werde jetzt gehen. Danke Rizky. Assalamualaikum."

Mina?
Siapa dia?
Dia meminta ku untuk bertemu di cafe terdekat. Apa jangan jangan....
Astaghfirullah...
Aku tidak boleh suudzan ya Allah, sebelum aku mengetahu kebenarannya.
Aku pun bersiap siap, kali ini aku menggunakan sweater putih dan training hitam, serta sepatu hitam bis putih. Tak lupa aku juga mengenakan topi hitam dan masker berwarna hitam. Biar kereeen...

Sesampai nya di cafe, ternyata sudah ada karyawan yang menyambut ku.
"Mit Rizky? Bitte setder setzen sie sich an tisch nummer 6, der tisch wurde bestellt. Lass mich liefern"
"Na ja, Danke"
Pria itu tersenyum, dia mengantar ku ke meja nomor 6, mejanya sudah di pesan?
Ada apa ya?
Saat sampai di meja tersebut, aku lihat mewah sekali. Sudah di sediakan makanan yang mahal, minuman dua macam. Minuman beralkohol dan minuman biasa, semua tertata rapi. Meja dan kursi dialasi oleh kain putih yang menawan. Terletak di bagian dekat jendela yang menampak kan ibu kota Distrik Goettingen di pagi hari. Aku belum yakin bahwa ini tempat yang di pesan untukku, untung nya pria tadi belum pergi. Aku menanyakan kembali, hanya untuk memastikan saja.
"Entschuldigung, tut mir leid, ist es wahr, dass dieser tisch in meinem namem bestellt wurde?"
"Oh ja, sir. Heifst du Muhammad Rizky Maulana? Wenn ja, wurde der tisch von einer frau namens Mina bestellt."
Aku pun meangguk paham. Lalu aku duduk dan meminta untuk di buat kan kopi susu, pria itu menerima. Dan aku pun menunggu wanita yang bernama Mina tersebut.
Selama 10 menit aku sudah menunggu sambil minum kopi susu, perempuan itu datang dengan nengenakan rok hitam, baju dan hijab yang senada berwarna pink pich soft.
Dia pun duduk di depan ku, karna memang meja ini di khususkan untuk dua orang saja.
Aku tak terlalu menatap nya, karna dia bukan mahram ku. Tapi aku tahu dia tengah menatap ku kali ini. Selama 5 menit aku sangat risih, dia juga tidak memulai pembicaraan.
"Ehm", wanita ini sontak kaget dengannya aku berdehm, dia sedikit malu malu.
"Oh sorry, my name Mina"
Dia mengulurkan tangan nya padaku. Tapi aku menolak dan menyatukan kedua telapak tangan ku di depan dada. Dia paham.
"Rizky" akupun memperkanalkan.
"Yeah, I know"
"So, why and what do you want yo meet me?"
"Ich mag dich Rizky und mehr als das wort. Lass mich in dein leben eintreten."
Kaget nya bukan main, baru saja aku meminum kopi susu tegukan terakhir, berhasil keluar dari mulutku. Membuat meja beralaskan kain putih itu tampak kotor. Aku tersendat dan terbatuk batuk. Seorang pria yang mengantarkan ku tadi membawakan ku air putih dan beberapa tissue. Aku mengelap mulut ku, dan ikut serta membersih kan meja itu. Tapi pria tadi melarangku, dan melanjutkan pembicaraan kami. Aku meminum air putih yang di berikan. Dia menyukai ku? Kenal saja belum. Emang aku artist apa?
"Sorry, Im sorry. But, why you can like me? Whereas we never met let alone get acquainted."
"Kita memang tidak pernah kenalan Rizky, tapi aku yang mengenal dirimu."
Dia pandai bahasa indonesia?
"You can speak indonesia?"
"Yes, cause my father married a german women and he is my mother."
"Oh, begitu. Jadi, kalau kamu menyukai saya. Saya harus melakukan apa agar kamu tidak menyukai saya?"
"Maksudmu, kamu meminta ku untuk melupakan mu rizky?"
"Hmm...maybe like that"
"Are you sure about your words?"
"Yeah Im sure, why not."
"Apakah ada perempuan yang sedang kamu cintai?"
"Nothing. I just want to be alone first."
Dia tak percaya aku mengatakan hal itu tanpa jeda.
"Rizky, aku mencintai kamu. Aku mau kamu nikahin aku setelah kamu wisuda sua tahun lagi, aku akan menemuimu lagi. Permisi"
Sekarang aku yang terkejut. Astaghfirullah ya Allah, kenapa ini. Tanpa mengucapkan salam dia pergi. Dan pria tadi memberikan tagihan padaku atas makanan yang di pesan ternyata belum dibayar. Jika nominal nya di ganti dengan uang indoneaia, makanan dengan porsi kecil ini dapat mencapai 500rbuan. Astaghfirullah...
Aku pun membayar makanan teraebut, dan meminta kepada pria itu untuk membungkuskan nya. Akan ku berikan kepada orang yang membutuhkan, dari pada mubadzir.
Kemuadian aku berjalan menyusuri kota yang ramai, semua orang tampak bahagia dengam kegiatan masing2. Sedang kan aku, aku berusaha mencerna yang dikatakan wanita tadi...
Apakah aku harus cerita sama bunda ya? Tidak, bunda tidak akan setuju. Dan akan menarahi ku nanti.

________________________________________________________

Ok tem, ikutin terus ya...
+votenya+ jangan lupa.
Maaf kalo ada uang typo ya.
Danke.
Assalamualaikum.

RASA dan TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang