"Ijab Qabul"

35 3 0
                                        

Pagi iti ia tidak kuasa
Melihat matamu ketika
Kau mengucap sumpah perkawinan.
Ia hanya sanggup
Melihat punggungmu
Dan berpura pura turut bahagia.

Sudah cukup lama
Kau tidak singgah dirumahnya.
Terakhir kali kau tanggal
Ia memintamu untuk
Tidak meninggalkan
Hatimu di pintu.

Jangan berkata apapun
Sayonara hanya milik
Penggemar roman picisan.

Ia ingin kalian diceraikan
Oleh perpisahan yang ikhlas.
Cinta adalah kemarin
Dan esok menjadi hari hari
Ketika kalian belum bertemu.

Pamekasan,2019.

Fisya pov:
Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 wib, aku mulai mengambil wudhu dan menggelar sajadah.
Selesai tahajud aku berdoa kepada Allah

Bismillahirrahmaanirrahiiim.
Ya Allah,
Bantu hati hamba untuk menetralisir kegugupan ini
Bantu hamba agar sang air mata tak memberontak untuk keluar begitu saja
Bantu kaki hamba agar tidak bergemetaran saat melangkah
Dan bantu tangan hamba agar tidak menahan saat setelah sah menjadi permaisuri nya.
Kuatkan hamba ya Allah
Bantu lah.
Engkau maha penolong serta maha pelindung.
Aammmiiin.

Seperti biasa, aku melakukan tadarus hingga pukul 03.00 pagi, dan kembali terlelap hingga seseorang membangunkan ku dengan adzannya di seberang sana.
Akupun terlelap,
"Dik, bangun sudah mau fajar ini bentar lagi. Gak sholat shubuh?"
Terdengar suara yang sangat samar samar dekat tempat tidurku,
Perlahan lahan mata ku mulai terbuka dan sadar yang membangunkan adalah bang 'Azzam.
Aku masih menggeliat dalam selimut ku, sedangkan gorden jendela sudah terbuka membuat fajar menusuk mataku pagi ini.
Sadar, sangat sadar. Aku terduduk dan...
"Aaaa.... Fisya belum shubuh"
Bang 'Azzam yang masih standby duduk di sofa dekat jendela tertawa melihat ku.
Aku langsung ke kamar mandi dan menggelar sajadah. Selepas sholat,
Bang 'Azzam masih tetap di sana sambil memperhatikan ku,
"Pas, sudah waktunya fajar" kata bang  'Azzam sambil memberikan sebuah mangkuk berisi bubur ayam.
Huh untung lah, tepat waktu.
Maafkan Fisya ya Allah.
Aku membantin.
"Sya, makanlah. Setelah itu mandi ya. Bentar lagi perias nya datang. Abis itu pukul 08.30 wib kita udah harus berangkat ke mesjid al-Ukhuwah."
"Kok abang yang nganterin? Kenapa gak mbak ahda?"
"Mbak ahda pergi ambil cincin kamu di toko emas yang sudah kalian datengin kemaren, sebenarnya Rizky yang mau ambil. Cuma dia ada meeting mendadak dan gak bisa di tinggalin. Tapi insya Allah dia tepat waktu kok ke mesjid nya"
Aku bingung dengan pernyataan abang ku ini. Kenapa gak dia aja yang pergi? Kenapa harus mbak ahda?
Aku pun bertanya,
Dan jawabannya karna mbak ahda diajak sama bunda nya bang Kiky.
Ok fix.
"Ouh, gitu ya. Hm, udah hari H gini masih mentingin pekerjaan"
"Abang juga dapat kabar dari Shaqeel, katanya kalo gak meeting pagi ini juga. Kerja sama nya di batalin dan perusahaan nya bakal bangkrut.
Kalo bangkrut emang kamu nanti mau makan sama apa sya? Mau makan sama batu?"
Aku menggeleng tanda tidak setuju.
Baiklah, semoga semua nya Engkau perlancar ya Allah.

Abis makan, aku pun kedatangan tamu dari balik pintu.
Tok...tok...tok...
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam, masuk lah"
Mbak mbak perias itu sudah datang. Katanya diminta Bunda Zahara kemari untuk merias sang pengantin.
Untungnya aku sudah selesai mandi.
"Nah, sebelum kami merias wajah permaisuri nya. Ada reques dulu gak nih?"
Aku mengangguk dan
"Iya mbak, make up nya yang natural aja ya. Trus jangan kebanyakan pake bedak nya."
"Siaaap kalo gitu mah"
Riasan wajah pun dimulai.
Eits, aku diminta memakai gaun terlebih dahulu barulah merias wajah.
Sembari memolesi wajah ku, ada dua mbak lagi yang sedang melukis tangan ku dengan inai berwarna putih. Terkesan mewah.
Tak butuh waktu yang lama dengan requesan ku ini. Sejam selesai.
Sudah pukul 07.30 wib, waktunya memasang mahkota ku. Maksudku hijab dari gaun ini.
Pukul 08.00 wib, selesai.
Semua yang tadinya berantakan, rapi begitu saja dalam waktu 10 menit.
Aku gugup saat di bawa seorang mbak perias ke bawah.
Abi dan bang 'Azzam sudah menungguku diruang tamu. Syukurlah hanya mereka saja. Sepupuku yang lain sudah duluan ke mesjid untuk mempersiapkan sesuatu di sana.
Mbak ahda, masih membersihkan meja makan yang di bantu oleh mbok ati.
Mbok ati dan kang asep juga ikut, karna aku tidak mau ada satupun yang tinggal. Semua nya harus pergi.
Titik.
Aku berjalan perlahan, sepatu yang kugunakan tidak sesulit yang ku minta.
Aku masih mengenakan sendal tidurku, yang membuat abi dan bang 'Azzam tertawa.
Kemudian bang 'Azzam pergi kekamar nya dan kembali membawa sebuah kotak yang kuyakini isi nya adalah sepatu putih polos.
Sepatu gaya, sepatu anak milenial kekinian. Katanya. Ya aku akan menggunakan sepatu itu.
Sudah terpasang, kini
Aku menggunakan gaun bergaya embroider dengan dominan warna putih dan hijab panjang yang menutupi dada.
Tak lupa sebuah mahkota yang melingkar pada dahi bagian atasku.
Sedangkan untuk pemilihan hijab, aku mengenakan hijab putih polos dengan tambahan kain tulle yang dihiasi manik manik ditepinya.

RASA dan TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang