"Kesepakatan"

31 3 0
                                    

Menentukan
Kapan dan di mana
Kesepakatan
Yeng berujung kebahagiaan
Syukran
For everythings

~Umi Faira~

Setelah mendapat kabar bahwa Rizky kini telah menjadi karyawan di perusahaan terkenal di jerman. Selama 1 tahun menjadi bawahan, sudah masuk tahun ke dua dalam pekerjaan nya kini ia di minta menjadi manajer perusahaan tersebut. Sebelum nya Rizky sudah wisuda dan akan kembali ke Indonesia, mendengar dari dosen nya yang meminta Rizky bekerja di perusahaan nya. Ia meminta izin pada orang tuanya dan Alhamdulillah mendapat izin. Dan Alhamdulillah pula gaji nya mencukupi hidup nya. Bukan, malahan berlebih hingga tahun lalu ia mengirimi tiket haji untuk kedua orang tuanya. Dan itu sudah di laksanakan.
Umur nya sekarang sudah mau masuk 25 tahun, ia belum menikah. Sebelum nya ia pernah berangan angan menikahi gadis yang bernama Fisya, selalu berdoa dan meminta kepada Allah. Tahun ini ia akan pulang ke Indonesia, bukan untuk menikahi perempuan itu. Tapi karna sangat merindukan keluarganya. Semenjak umi faira meninggal dia tak lagi pernah pulang kurang lebih 4 tahun lamanya.

Bunda zahara pov:
"Ayah, besok katanya Iky bakalan pulang. Gimana sehari setelah iky di rumah, kita langsung ke rumah Dokter Husein? Tentu kita kabari beliau soal perjodohan ini lo yah."
"Boleh bun, nanti malam ayah kabari beliau ya."
"Baiklah"
Aku tersenyum mendengar persetujuan suami ku. Sebelum mbak faira pergi, beliau menitipkan pesan padaku. Waktu itu kami oergi ke rumah sakit untuk menanyai penyakit yang di derita mbak faira. Dia tidak ingin suami nya mengetahui apabila penyakit itu sangat parah. Dokter hanya mengatakan, bahwa penyakit yang diderita bu faira tidak ada. Beliau sehat walafiat. Tidak ada penyakit uang ada dalam tubuh nya. Waktu itu juga kami bingung. Bagaimana bisa bu faira pernah muntah darah tapi saat di periksa ke dokter tubuh nya tidak memiliki penyakit apapun. Hingga Allah pun berkuasa, Dia mengambil nyawa beliau setelah mbak faira memberikan pesan terakhir nya kepada putri nya yang bernama Hafisya. Pesan yang dititipkan untukku adalah, agar perjodohan itu tetap dilaksanakan. Jika Fisya dan Rizky tidak saling mencintai, mbak faira memohon kepada ku untuk tidak memaksakan kehendak. Aku pin setuju. Karna kalau kedua pasangan itu tidak saling mencintai takut nya ada pertikaian yang akan terjadi ketika sudah berumah tangga. Jadi besok Kiky akan kembali. Aku akan bersiap siap untuk mencari kalimat yang tepat kepada Hafisya.
Sekarang jarum jam menunjukkan pukul 3 sore. Biasanya jam segini adalah waktu istirahat semua muslim. Aku hendak menelvon Rizky tapi takut mengganggu jam kerjanya. Karna dulu Rizky pernah curhat padaku. Ternyata kerja nyari uang itu gak semudah yang dipikirkan, ada sampe kerja lembur ampe jam 2 malam. Balik rumah, eh pukul 4 balik kekantor lagi. 'Capek' katanya.
Baru saja aku meletakkan handphone ku, tiba tiba handphone ku bergetar. Disana tertera nama "pangeran ku". Itu nama kontak yang ku berikan untuk putra ku 'Rizky'.
"Assalamualaikum my queen."
"Waalaikumussalam, ya Allah. Abang bisa aja."
"Hehhe, bunda."
"Iya bang kenapa sayang?"
"Iky gak jadi pulang besok ya"
"Lah trus kapan dong bang? Gak kangen apa sama bunda?"
Fia menghampiri ku. Aku tahu tadi dia pasti menguping dengan siapa aku berbicara. Kalau dia tahu aku sedang menelvon dengan abang nya, dia akan mendekat kepadaku. Fia akan diam, sampai anak kecil ini benar benar diizinkan untuk berbicara dengan abang nya.
"Ya Allah bunda, maksud iky tu, Iky gak nunda penerbangan besok bun. Cuma...."
Anak ini pintar sekali membuat aku penasaran.
"Cuma apa bang?"
"Ayo cuma apa ayo bun? Bunda kepo ya?"
"Abaaaang."
"Hehe iya bunda. Cuma abang mempercapat penerbangan. Insya Allah sekitar satu jam lagi abang akan berangkat. Dan mungkin besok siang di indonesia abang nyampe bun."
"Alhamdulillah, bunda kira apaan ya, trus kerjaan abang disana gimana?"
"Alhamdulillah udah beres bunda, tenang. Semuanya udah iky atur bun. Iky dapat cuti lumayan lama lah bun."
"Berapa hari nak?"
"Bunda maunya berapa hari? Atau berapa minggu atau berapa bulan?"
"Emang nya sampai berapa bulan gitu?"
"Sampai lah bun."
"Masya Allah, pulang lama dong anak bunda?"
"Iya lah bun."
"Berapa bulan sayang?"
"Nanti kalo iky udah nyampe di bandung, iky kasih tahu bunda ya. Hehehe..."
"Ya udah deh,"
Aku tersenyum mendengar kan suara yang sudah lama tidak aku jumpai ini.
"Ya udah kalo gitu iky tutup ya bun."
"Eh jangan dulu bang."
"Kenapa bun?"
"Nih si adek, udah nungguin dari kemarin kemarin nih. Katanya, 'bunda, abang ada nelvon gak?'. Bunda jadi bingung mau jawab gimana, lah abang nya kan lagi kerja."
"Haha.. ya udah sini mana si adek nya bun"
"Ntar ya."
Aku pun memberikan handphone ku kepada Fia.
"Makasih bunda"
Fia berkata sambil menampakkan jejeran gigi nya yang putih.
Aku pun tersenyum, dan pergi ke dapur untuk memasak.

RASA dan TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang