"Penetapan"

21 3 0
                                        

الحمد لله رب العالمين

Fisya pov:
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah mempermudah urusanku dalam menjawab pertanyaan yang minggu lalu pernah kuragukan. Terima kasih ya Allah.
Engkaulah yang berkuasa atas segala nya. Terima kasih ku untuk kesekian kalinya.

Hari ini adalah hari dimana kedua belah pihak keluarga akan menentukan dimana dan kapan akad akan di laksanakan. Kali ini keluarga ku yang mendatangi rumah pria lelaki. Karena letak rumah sakit tempat abi bekerja lebih dekat lewat sana dari pada dari rumah. Jadi mana tahu beliau di telvon sama sekre nya untuk memeriksa pasien, dan tempat tujuan lebih dekat. Akad lebih baik di percepat, agar tidak terjadi problem nantinya.
Kalau kapan akad dilaksanakan, aku meminta di hari jum'at. Alhamdulilah semua nya setuju. Sekarang tempat nya. Kata ayah, maksud ku calon mertua ku. Pelaksanaan akad akan di lakukan di mesjid al-Ukhuwah. Segala puji bagi Allah, semua pihak setuju dengan pendapat yang di berikan.

Umi, putri mu akan menikahi pria yang engkau impikan mi. Fisya harap umi hadir saat pernikahan Fisya nanti umi. Fisya sayang umi.

Tanpa terasa, air mata ku tumpah. Dan ahda berhasil menenangkan ku.
"Terima kasih mbak"
Ahda tersenyum lembut pada ku.
"Ingat umi ya?"
Aku mengangguk dan menunduk untuk menyembunyikan derai yang berusan keluar dari bang 'Azzam yang berdiri di belakang ahda tengah melihat ku.
Ahda melepaskan pelukannya, kemudian pelukan itu beralih pada bang 'Azzam.
"Biar tenang, kita doain umi yuk. Dekat sini ada mesjid. Kita sholat dhuha di sana yuk."
Aku mengangguk, kemudian bang 'Azzam meminta izin pada yang punya rumah untuk membawa ku pergi. Ahda tidak ikut karna sedang berhalangan. Ahda serta bunda nya bang Kiky akan mencari tahu siapa saja yang akan mereka undang untuk pernikahan ini.

Sesampainya di mesjid yang di sebut bang 'Azzam, aku langsung mengambil wudhu. Selepas aholat dhuha, aku berdo'a pada Allah atas segala urusan ku.
Kemudian bang 'Azzam mengajak ku ke sebuah taman yang ada di dekat mesjid ini. Sudah pukul 11.00 wib, kami harus kembali ke rumah pihak lelaki. Karna persiapan belum sangat matang.

"Sya, lihat. Di sana ada boutique. Mau lihat kesana bentar gak? Mana tahu suka sama baju yang ada disana. Ntar kalo gak suka kita cari tempat yang lain."
Bang 'Azzam mengajak ku untuk pergi ke toko baju pernikahan di seberang jalan, aku mengiyakan.
Mobil agya merah ini pun terparkir tepat di depan toko itu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, silahkan masuk Mas. Ada yang bisa kami bantu?"
Seorang perempuan sekitar umur 30'an menyambut kami dengan hangat.
"Saya mau lihat lihat dulu boleh mbak? "
"Boleh, silahkan. Kalau jas pengantin ada di sini Mas, mari ikuti saya"
Seperti nya bang 'Azzam salah mengucapkan kalimat. Hahaha...
"Eh, maaf mbak. Sebenarnya adik saya yang mau lihat baju pengantinnya. Bukan saya. Maaf sekali lagi."
"Ouh, tentu. Mari ikuti saya mbak."
"Baiklah, abang ayo ikut"
Aku menarik lengan bang 'Azzam.
"Iya, adik duluan aja. Ntar abang nyusul. Abang kabari mbak Ahda dulu"
"Oke lah"
Aku mengikuti mbak yang bernama Kina. Aku mengetahui nama nya karna ada sebuah pin nama di hijab nya.
"Baiklah, ini adalah baju pengantin yang kami punya. Sebelumnya mbak mau baju yang seperti apa?"
Aku berfikir.
"Hm, saya mau yang longgar, kembang, tidak terlalu rame, kemudian hijab yang panjang mbak. Hehe... yang kaya gitu ada ya mbak?"
"Baiklah, tunggu sebentar ya"
Aku dipersilahkan duduk terlebih dahulu. Mbak kina sudah mendapatkan baju yang ku inginkan.
"Ini, lihat lah dulu. Mana tahu mbak nya suka"
Aku melihat pakaian itu. Persis seperti yang ku pinta.
Aku suka, cuma...
Hiasan nya lebih mencolok di bagian atas, itu artinya aku menggunakan hijab yang pendek.
Tidak, aku tidak mau.
Aku menggeleng pada mbak kina.
"Maaf mbak, hanya ini yang kami punya"
"Baik lah, kalo begitu saya fikirkan dulu ya mbak. Kalo nanti rasanya pas, saya akan kembali lagi kemari. Sekali lagi maaf ya mbak"
Mbak kina terlihat biasa saja.
"Tidak apa apa. Mari saya antar keluar"
"Baiklah"
Aku pun keluar dari boutique tersebut, tapi bang 'Azzam kemana ya, aku tidak dapat melihat nya.
"Terima kasih ya mbak"
Perjumpaan ku yang terakhir dengan pemilik toko tersebut.

Hm...
Mobilnya ada,
Orang nya kemana ya?
Aku melihat ke kanan, lalu kekiri.
Kemudian bolak balik di sekitaran toko tadi.
Tidak ada.
Aku tidak menemukan sosok bang 'Azzam.
Kemana ya?
Dwaaar...!!!!
Seseorang mengagetiku, aku berbalik.
"Abaaang"
Aku memukul bagian pundak nya. Tidak keras. Kaya mukul manjaaah gitu. Hahaha...
"Nyariin pangeran ya?"
Bang 'Azzam mencolek dagu ku. Dasar genit.
"Pangeran? Hello..."
Aku memutar bola mata ku malas.
"Maaf maaf neng, abang tadi kebelet pipis, jadi wc umum nya lumayan jauh"
Bang 'Azzam berbisik kepadaku.
"Kenapa gak di dalam aja?"
"Segan kali neng"
"Oh"
"Gimana ada baju yang di sukai dik?"
"Ada sih, tapi harus pake hijab yang pendek bang. Gak suka"
"Oalah, katanya suka trus gak suka lagi. Gimana sih?
"Heheh"
"Ya udah kalo gitu kita balik aja dulu"
Aku mengangguk, kemudian mobil agya merah itu berputar dan menyusuri kota bandung yang tidak terlalu ramai.

Sesampainya di rumah, eh maksud ku rumah nya bang Kiky.
Aku langsung disuguhi bolu rasa vanila oleh calon ibunda ku.
"Aaaa"
Belum sempat aku mengucap salam, satu suapan bolu itu sudah sampai di mulutku. Tak ketinggalan, mbak ahda juga melakukan hal yang sama pada suami nya. Sosweet bener.
"Enak?"
"Enak bunda, eh iya. Assalamualaikum bun"
"Waalaikumussalam, ayo masuk dan duduk lah"
Aku pun duduk di ruang tamu. Disana masih terdapat ayah dan abi sedang mengurusi pendaftaran pernikahan pada KUA,
"Fisya, besok pergilah ke boutique bersama bunda dan mbak ahda ya. Tempat nya sudah abi bilang sama ahda. Besok perginya pukul 9 pagi aja"
Ujar abi pada ku.
Aku hanya mengangguk karna aku sedang menikmati bolu yang di buat bunda.
Aku teringat suatu hal,
Bang Kiky,
Kemana dia?
Aku memutar kepalaku 180° ke sekeliling pandangan ku. Aku tidak menemukan dia dari tadi.
"Fisya nyari Rizky ya?"
Ayah nya bang Kiky langsung menanyakan hal itu pada ku, aku kaget dan sedikit malu.
"Bilang aja iya nak"
Abi memggoda ku.
Mumpung gak ada orang yang di bicarakan, aku menampakkan jejeran gigi putih ku pada abi. Hingga mata ku terlihat seperti sebuah garis.
"Rizky tadi pergi keluar, bentar lagi juga balik"
Ayah nya bang Kiky memberi tahuku.

Rizky pov:
Ayah dan abi Husein sedang memperbincagkan masalah pernikahan ku.
Drrrttt.... Drrrttt....
Handphone ku bergetar,
Tertera nama Shaqeel disana.
"Assalamualaikum"
"Lo Rizky? Apa kabar?"
Ini hukan suara Shaqeel, aku pergi keluar agar tidak ada yang tahu dengan siapa aku bicara. Takut menimbulkan masalah.
"Ini siapa? Dimana Shaqeel?"
Suara nya lembut seperti perempuan.
Tiiit.... Tiiit.... Tiiit....
Mati,
Sambungan nya mati.
Aku menelvon kembali.
'Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Mohon periksa kembali nomor tujuan anda.'
Aku mengulangi nya kembali.
Saat hendak kembali masuk ke rumah, sebuah pesan muncul di layar handphone ku.
Pesan ini berisi sebuah alamat.
Aku meminta izin pada orang yang ada di rumah untuk pergi ke alamat ini. Tapi dengan tampang yang biasa biasa saja.

_________________________________________________________

Shaqeel kenapa ya?
Dijebak?
Maybe.
Nah tunggu next part ya. Kaya nya happy happy nya di tunda dulu.
Wkwkw...
Vote nya ya tem.
Makasih.
Maaf kalo ada yang typo.
Assalamualaikum. 😊

RASA dan TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang