Sudah ku bersih kan
Sampai tak ada yang terlihat
Retina ini berkata
Masih ada noda
Kubersihkan lagi, lagi, dan lagi
Sehingga...
Trak...!!!
Retak sudah
Bingung
Tatapan kosong
Menyelimuti
Terlihat ada goresan
Beberapa sudah menjadi serpihan
Bagaikan
Nasi sudah menjadi bubur
Gelas sudah terhempas
Sekarang
Rapuh,
Tak berdaya
Hanya berlinang
~Author~Fisya pov:
Kata besok sudah datang, mentari menyapa ku pukul 06.45. Cahaya nya bersinar sangat terik, tidak ada awan yang hendak menghalangi cerahnya. Tak lupa langit nan biru juga melambaikan angin padaku, benda bergerak itu sebentar lagi akan pergi. Kuminta pada langkah ini untuk mempercepatnya, akhirnya tak perlu berlari juga. Retina ku melihat ke seliling, tidak ada yang kosong. Ku memilih untuk berdiri, ada yang menyebut nama, harapan bukan yang aneh aneh. Berbalik, syukurlah yang kulihat seorang laki laki yang ku kenali. Rizky Maulana.
Dia tersenyum, aku menunduk. Hati bertanya pada otak, kenapa dia naik bus? Padahal dia punya motor. Otak ini berfikir sejenak, dan berkata bahwa motornya di bengkel. Aku lupa.
"Sudah di muraja'ah irama nya fisya?" Suara itu sedang bertanya. Hanya anggukan yang ia dapati. Seperti nya tak masalah, 15 menit berlalu aku turun. Untung kali ini tidak terlambat. Senangnya.
Tapi, kenapa banyak yang memperhatikanku. Suara itu kembali berkata "Biarkan saja, tak usah di hiraukan. Apalagi masuk ke hati, sakit." Dia pergi mendahului ku dan tak lupa mengucap salam. Lalu hilang di telan pintu gerbang yang lumayan besar dan tinggi.
Mereka tetap menatap dengan sinis, berbisik tanpa ku ketahui apa yang di bicarakan, tak menghiraukan apakah aku terasa sakit atau tidak. Hanya bisa menunduk, seseorang mengejutkan ku dari belakang. Intan, tersenyum saat wajah nya sudah sangat sempurna dapat ku lihat.
Selepas gerbang itu, aku dipanggil ustad ilham serta kudapati bang Kiky juga disana. "Nak Fisya dan nak Rizky, untuk latihan bersama kita mulai setelah ishoma nanti ya. Untuk pagi ini terserah kalian, mau latihan hingga ishoma atau mengikuti pelajaran. Sebab ustad tidak bisa hadir pagi ini karna ada rapat di SMP 2". "Baik ustad". Jawab kami serempak. Ustad ilham pun melangkah menuju parkiran tanda akan segera pergi rapat. Pria tadi berkata lagi "jadi, kamu mau belajar atau latihan?". "Terserah abang". "Baik, setelah istirahat saja kita latihannya ya. Dua jam ini kita tetap belajar". Aku hanya mengangguk tanda setuju, dan pria tadi pun berangsur menjauh. Hari ini kelas berasa sepi, beberapa siwa tidak hadir. Kutanyai salah diantara nya, jawaban hanya gelengan dan kedikan bahu. Dua jam pelajaran tidak ada guru yang masuk, tidak ada tugas. Membosankan. Ku beranjak dari kayu ini kemudian mengarah ke IPA mencari sosok perempuan, fania. Kutanyai pada seorang lelaki seumuran dengan ku. "Fania gak sekolah hari ini, kabarnya sih ibunya meninggal karna abis ngelahirin adek baru nya. Hmm, pemakaman nya pagi ini". Penjelasannya. Aku terkejut dan mengucap tarji'. Dan berterima kasih pada laki laki yang sudah memberi tahu kabar fania padaku serta kembali ke kelasku. Aku berfikir, tumben fania tidak menelvon ku kalo ibunya akan melahirkan apalagi beliau sudah meninggal. Aku menepis prasangka buruk itu. Sepulang sekolah aku akan langsung ke rumah fania tak lupa harus mengabari umi terlebih dahulu.Sebentar lagi jam istirahat.
Aku akan mengulang kembali irama yang akan di tampilkan besok di pusat. Mumpung kelas cuma ada tiara yang sibuk baca novel, aku pun meminta izin dulu pada tiara. Takutnya suaraku mengganggu konsentrasi membaca nya. Saat sudah mendapat izin dari tiara, aku pun memulainya dengen membaca ta'awudz. Setelah selesai membaca ayat, terdengar tepukan tangan yang ramai dan sorakan takbir menggema di seluruh ruangan kelas ini.yah teman teman kelas ku sudah kembali dari kesibukan mereka. Ternyata 5 menit belakangan mereka mendengar kan ku bertilawah. "Suara kamu ternyata bagus fisya, kenapa gak ikut rohis aja?" Firman memberi pernyataan dan pertanyaan padaku. Aku hanya tersenyum. Pun di balas oleh dirinya. Bel istirahat sudah berbunyi, aku menyegerakan diri untuk ke musholla bertemu bang Kiky . Sesampainya di musholla, pria itu tidak ada. Aku pun menunggunya. Jam istirahat mulai habis. Beberapa siswa terdengar oleh ku sedang berbisik. Aku merasa bahwa diri ku lah yang sedang di bisikkan. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka katakan. Aku pun menghampiri mereka dengan sopan. Karna aku tidak tahu mereka adik kelas ku atau teman, atau pun kakak kelas, tetap aku harus merendah dan memanggil mereka dengan sebutan "kakak". "Maaf kak, kakak seperti nya membicarakan fisya. Ada apa ya kak? Kalo fisya boleh tahu", aku memulai dengan sopan dan penuh ke hati hatian.
"Oh jadi kamu yang namanya fisya, Miftahul Hafisya kan?".
"Iya benar, saya Miftahul Hafisya kak. Ada apa ya kak?".
"Eh, harus nya tu ya lo ngaca. Ngaca tu di cermin woy".
"Maksud kakak?".
"Eh, loe gak tahu apa. Semua orang di sini tu tahu, kalo loe yang menyebabkan handsome kita masuk rumah sakit".
"Maksud kakak bang Kiky".
"Iya, loe kan yang menyebabkan dia masuk rumah sakit, eh loe tu ya tahu diri dong. Loe itu siapa nya Kiky".
Aku sangat bingung sekali, apa coba maksudnya. Akupun mengerutkan keningku saking bingungnya. Aku tetap diam mendengarkan.
"Eh loe mending jauhin Kiky deh, lo sadar loe itu cuma cewek murahan. (Sambil mendorong fisya), Kiky itu gak pantas buat cewek kaya loe. Loe bisa mikir gak?"
"Bisa kak, saya masih punya otak. Maaf, saya sama bang Kiky nggak ada apa apa kok, kita kebetulan di minta ustad ilham untuk duel tilawah qur'an aja kok kak".
"Alaaaah, alesan loe. Bilang aja loe yang minta sendiri sama ustad ilham kan. Ngaku loe, ngaku nggak (memaki)".
"Demi Allah kak, saya tidak pernah berfikiran seperti itu. Buat apa coba saya minta hal sebodoh itu kepada ustad ilham", aku tidak terima ada yang memaki ku, aku pun berlinang air mata.
"Eh dasar cewek cupu, loe gak usah sok alim deh. Jilbab doang yang panjang, baju doang yang lebar, rok aja yang ke gedean, tapi itu cuma tipuan belaka buat ngedekatin Rizky Maulana. Dasar cewek murahan".
Aku tidak bisa menahan ini lagi,
"Astaghfirullah kak, Wallahi aku tidak pernah mempunyai niatan seperti itu kepada bang Kiky. Aku hanya diminta ustad ilham kak" aku menekankan kali ini.
"Eh denger ya, kalo sampe sekali lagi gue liat lo sama Kiky, gue abisin loe. Paham!!. Selepas mereka berbiacar sepuasnya, Hati ku sekarang berasa pilu mendengarnya. Tiba tiba seorang lria menghampiri kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA dan TAKDIR
Novela JuvenilDestiny... Aku tidak tahu bagaimana kelak Allah pertemukan ku dengan mu, tapi aku selalu yakin bahwa ketetapan-Nya adalah yang terbaik. ~Author~