Part 3 💚

62 12 0
                                    

Jangan lupa untuk vote, komen, dan share cerita ini ☺

Selamat membaca 💕

-------------------------------------------

Author POV

Setelah melewati pelajaran yang sangat membosankan, akhirnya bel istirahat pertama berbunyi. Membuat seluruh siswa berteriak kegirangan didalam hati.

"Yes, akhirnya istirahat juga. Laper banget gue, udah gitu ngantuk banget," gumam Milla yang masih dapat didengar kedua sahabat nya.

Posisi duduk yaitu dengan Milla yang ada dipojok belakang, Tania di depan Milla, dan bangku Retta di samping Milla.

"Definisi orang yang masa depan nya suram," sindir Retta kepada Milla.

Milla hanya menatap Retta kesal, jika ia balas nanti dirinya juga yang kalah. Jadi lebih baik diam sedangkan Tania menahan tawanya agar tak meledak.

"Pelajar kita hari ini cukup sampai disini, saya harap kalian paham dan kerjakan buku paket halaman 120-136. Ingat-ingat materinya hari ini, jangan pacar terus yang kalian ingat," ucap Pak Alam receh membuat satu kelas bersorak.

Bersorak karena tugas yang diberkan banyak juga bersorak karena ucapan guru mereka yang bucin.

"Pak Alam bucin," teriak Milla heboh.

"Tugas banyak banget, Pak. Nggak asik," teriak Retta kesal.

"Pak, jangan bucin. Inget umur pak," teriak salah satu teman sekelas Tania.

"Dimohon kalem semua, kayak Tania itu lo. Kalem, cantik, juga rajin. Sayang masih SMA kalo seumuran saya udah saya pinang," goda Pak Alam yang membuat sekelas kembali menyorakinya.

"Pak, jangan pedofil ya," balas Tania tertawa.

Pak Alam mengacungkan jempol nya dengan tertawa tentunya. Lalu ia keluar dari kelas Tania.

"Cie Tania," goda Milla.

Tania menatap sahabatnya aneh, "Kenapa lo?"

"Ck, dahlah orangnya gapaham." Milla berdecak malas dengan sifat sahabatnya yang kadang lola.

"Lo juga gitu, malah lebih parah daripada Tania. Jangan sok dulu lo," ketus Retta.

"Lo kayaknya punya dendam tersembunyi buat gue deh," ucap Milla menatap Retta heran.

"Udah-udah, ribut terus lo berdua itu. Yuk ke kantin, udah pada laperkan." Tania menggandeng tangan kedua sahabatnya.

Retta hanya diam menurut sedangkan Milla terus saja berbicara tak jelas membuat Retta ingin sekali memukul kepala gadis itu.

"Ngomong terus gak capek mulutnya?" tanya Tania dengan malas.

"Seorang Milla capek karena bacot terus? Oh itu sangat mustahil." Retta mengejek Milla.

Tania hanya diam, ia malas untuk menyahut obrolan tidak penting dari Retta juga Milla.

"Eh iya, gimana kerja kelompok lo sama Rimba kemarin? Udah resmi apa belum?"

Tania menyentil dahi Milla dengan penuh kasih sayang membuat sang korban meringis.

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang