Part 6 💚

48 11 0
                                    

'Masa lalu itu nggak perlu diingat lagi. Lupakan apa yang membuatmu merasa tak nyaman. Dan ingat-ingat apa yang membuatmu bahagia.'

•Confused•

---------------------------------------------------------

Tania POV

Huh, kenapa aku harus ketemu lagi sih sama dia. Mana pas aku lagi pake pakaian kayak gini. Bukan apa-apa nih ya cuman takut dianggap cewek murahan. Lagian sih kenapa pake pakaian kayak gini segala tadi.

Aku menghembuskan nafas kasar disaat aku sudah berada di tempat janjian ku dengan Milla. Sudah hambir setengah jam aku menunggu tapi Milla tak kunjung datang. Disaat aku ingin mengirimi pesan tiba-tiba ponselku berdering. Dan kebetulan yang mengirimi pesan adalah Milla yang isinya membuat ku ingin melemparkannya kedalam sungai.

MillaSoCan🤐
P
Sory Tan gue pulang duluan soalnya nyokap gue nyuruh gue balik cepet.
[09.07.pm]

Me:
Kampret lu emang. Gue udah nungguin lu dari tadi ampe pegel nih kaki eh lu malah udah pulang. Sahabat macem apa itu? Bgst emng!🙄😠
[09.09.pm]


MillaSoCan🤐
Ya maaf lah beb. Ibu ku nih bawel nyuruh pulang. Kalo nggak pulang ntar fasilitas ku disita semuanya beb.
[09.12.pm]

Read.

Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menahan emosi ku yang udah sampe ke ubun-ubun. Bener-bener ngeselin sumpah. Aku pun memutuskan untuk segera pulang, sebelum bunda Ratu marah dan berakhir uang jajan dipotong sebulan.

Baru beberapa langkah aku berjalan tiba-tiba ada seseorang yang memanggil ku. Aku pun langsung melihat ke arah orang itu.

"Tania," teriak seorang laki-laki yang kutemui di toko jam tadi.

Yap dia adalah Nico, aku jengah melihat wajahnya. Aku tetap melangkahkan kaki ku menjauh darinya. Males kalo liat dia apalagi keadaanku yang lagi nahan emosi.

"Ck, bikin gue makin sebel aja deh." Aku menggerutu karena Nico malah berjalan tepat dibelakangku.

"Kenapa malah ikutin gue sih? Dahlah males, sebel, jadi pengen ngamuk," ucapku dengan wajah tak bersahabat serta langkah kakiku yang semakin cepat.

Harapanku untuk lepas dari Nico tak dikabulkan oleh tuhan. Ia malah menarik tangan ku dan secara otomatis membuatku juga berhenti berjalan.

"Apa?!" tanyaku ketus.

"Kamu kenapa? Kok kayak badmood gitu," ujar Nico dengan suara lembutnya, adek bisa baper bang tapi sayang kamu mantanku jadinya aku sudah tak minat.

"Gapapa dan gak usah kepo ya. Gue mau pulang," ucapku cuek.

Aku berusaha melepaskan tangan Nico namun sia-sia saja, tenaga cowok itu benar-benar tidak bisa di anggap remeh.

"Ayo pulang. Kamu kayanya udah badmood banget, tenangin dulu diri kamu jangan sampai kelepasan, kalo kelepasan nakutin anak orang," canda Nico dengan tertawa kecil.

Tawanya masih sama seperti dulu manis juga tampan. Eits, apa-apaan aku ini malah memuji dia yang jelas-jelas adalah mantanku.

"Tania, kok ngalamun. Halo Tania." Aku tersentak kaget saat Nico mencubit pipiku gemas.

Aku berdehem agar suasana kembali seperti semula. "Lo mau antar gue pulang kan? Kalo iya, sekarang kita ke parkiran, gue udah capek banget pengen pulang terus tidur."

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang