💚Part 12 💚

38 8 0
                                    

Author POV.

"Zean Rim, hiks dia ...," ucap Tania dengan air mata yang membanjiri kedua pipinya.

"Iya, udah jangan nangis. Zean anak yang kuat kok. Pasti dia nggak kenapa-kenapa."

Rimba pun memeluknya, sedikit memberi ketenangan untuk Tania. Ia sendiri agak khawatir dengan Tania, mukanya pucat. Sepertinya Tania belum makan apa-apa, Rimba pun berniat mengajak tania untuk makan dulu tetapi hanya gelengan yang ia dapat. Tania terlihat sangat sedih, membuat Rimba bertanya-tanya. Apakah gadis itu masih mempunyai perasaan dengan Zean? Bagaimana Rimba bisa tau kalau Zean adalah mantan nya Tania? Jawabannya Rimba tidak sengaja membaca surat dari Zean untuk Tania. Lancang memang tapi ia penasaran dan berakhir membaca nya.

Tania masih terisak, tiba-tiba seseorang berjas putih itu keluar dari UGD (Unit Gawat Darurat) dengan mimik wajah sendu. Tania dan Rimba berdoa dalam hati semoga tidak ada apa-apa dengan Zean.

"Bagaimana keadaan temen saya Dok?" tanya Tania.

"Maaf, kami sudah melakukan tindakan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain," jawab Dokter itu.

Tania dan Rimba tampak terkejut. Tania menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya jika Zean meninggal. Tania sudah menganggap Zean sebagai saudaranya sendiri. Tania kembali menangis, ia memeluk Rimba. Rimba hanya bisa mengelus-elus punggung Tania. Selepas Dokter tadi pergi Tania pun langsung masuk kedalam ruangan di mana ada Zean disana. Tania menutup mulutnya tak percaya, melihat Zean terbujur kaku dengan bibirnya yang pucat. Ia memeluk Zean sebentar sebagai tanda perpisahan. Ia mulai mengeluarkan ponselnya, untuk mengabari keluarganya Zean.

"Halo nak Tania. Ada apa ya tumben telepon tante siang-siang gini?"tanya Mama Zean

"Emm Tante sama keluarga tante bisa nggak ke Jakarta sekarang?"

"Memangnya ada apa nak?"

"Ada hal penting tan. Ini menyangkut ..., Zean."

"Ada apa nak sama Zean? Apa ada hal buruk yang menimpa Zean?"

"Tante kesini aja dulu nanti aku jelasin ya tan."

"Yaudah tante siap-siap dulu ya nak. Assalamualaikum."

"Iya Tan, waalaikumsalam."

Setelah sambungan telepon terputus Tania pun menatap Zean sebentar lalu berganti dengan ia menatap Rimba. Tania melihat tatapan Rimba yang sedikit kecewa. Tania pun segera mengajak Rimba keluar dari ruangan itu.

"Rim," panggil Tania.

"Iya ada apa Tan?"

"Maaf soal yang tadi. Aku mau ja-" disaat Tania belum sampai menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Rimba memotong ucapannya.

"Tan udah nggak usah dibahas hari ini gapapa kok," ujar Rimba dengan senyum yang semua orang bakalan tau kalo itu senyum yang dipaksakan.

"Tapi Rim-" lagi-lagi ucapan Tania langsung di potong oleh Rimba.

"Udah diem aja deh. Mau makan nggak?"tanya Rimba yang langsung di angguki oleh Tania.

Dua jam kemudian.

Datang lah kedua orang tua Zean beserta adik dan sepupunya. Bagaimana mereka tau kalau Zean berada di Rumah sakit? Tentu saja Tania yang mengirim alamatnya. Mereka menatap Tania dengan tatapan khawatir. Takut terjadi apa-apa dengan Zean.

"Tania," panggil Sataru, ibunya Zean.

"Tante," ucao Tania sembari menghammbur ke pelukannya sedangkan Sataru membalasnya dengan pelukan yang lebih erat.

"Ada apa nak? Zean kenapa?"tanya Sataru khawatir.

"Zean me ... ninggal tante. Tante yang sabar ya," jawab Tania sembari melepas pelukannya.

"Kamu bercanda kan Tania. Zean nggak kenapa-napa kan?"tanya Sataru lagi.

Semua yang berada di depan ruang UGD nampak terkejut. Sataru sudah menangis dipelukan suaminya. Mereka semua masuk di ruangan dimana Zean berada.

"Ya Allah Zean..." teriak Sataru.

Semua yang berada di situ menangis dalam diam. Hanya Sataru yang berteriak histeris.

⚛⚛⚛⚛

Hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, Zean dikebumikan di TPU Assalam. Sataru masih terisak di depan nisan anak laki-laki satunya itu. Tidak menyangka akan kepergian anaknya yang begitu mendadak.

Setelah selesai, Tania dan Rimba pun berpamitan dengan orang tua Zean. Sungguh melelahkan hari ini. Kepala Tania agak pusing namun ia tahan. Ia tidak mau kalau Rimba khawatir kepadanya. Mereka mulai berjalan meninggalkan TPU tersebut. Berjalan kearah di mana mobil Zean terparkir.

Tania pun langsung memasuki mobil itu setelah sang pemilik membukakan pintu mobil untuk ia masuki dan duduk.

Rimba pun langsung melajukan mobilnya, membelah jalanan yang padat ketika sore hari. Rimba menatap Tania yang sedang memegang kepalanya. Ia khawatir karena bibirnya juga terlihat pucat.

"Rim ... ba ber-hen-ti," ucap Tania.

Rimba pun segera meminggirkan mobilnya. Lantas Tania langsung turun dari mobil dan diikuti oleh Rimba. Nampak sangat jelas jika Tania muntah-muntah, Rimba hanya membantu mengolesi minyak kayu putih dan memijatnya di area leher.

Disaat Rimba sedang memijat tengkuknya tiba-tiba Tania pingsan. Rimba pun terlihat panik, is berusaha membangunkan Tania dengan cara menepuk-nepuk pipi Tania. Namun nihil mata Tania tetap Terpejam.

"Tan, bangun. Lo kenapa sih?"

Rimba pun menggendong Tania dan langsung menidurkan Tania di bangku samping pengemudi, memasangkan Seat belt nya lalu Rimba segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju ke sebuah rumah. Tujuan Rimba hanya ingin segera sampai di rumahnya dan segera membaringkan di rumahnya. Sekalian biar mama Rimba yang membantu untuk merawatnya sebelum Rimba mengantar nya pulang.

Rimba tidak mungkin membawa Tania yang tengah pingsan ke rumahnya, karena jaraknya yang jauh jadi ia memutuskan untuk membawa Tania ke rumah ibunya.

Sesampainya di Rumah, Rimba langsung masuk ke dalam rumah dengan kedua tangan yang menggendong Tania ala bridal style. Mama Rimba yang melihat seorang gadis pingsan di gendongan Rimba pun terkejut.

"Rimba, ini siapa? Terus kenapa pingsan kayak gini?"tanya mama Rimba.

"Kayaknya maag dia kambuh deh mah, soalnya tadi dia makan pedes pas waktu di rs. Dan satu lagi dia itu temen aku mah." jawab Rimba sembari berjalan menaiki tangga untuk membawa Tania ke kamarnya.

"What? Rumah sakit? Siapa yang sakit emang? Terus sakit apa orang itu?" tanya mama Rimba bertubi-tubi.

"Mah, bisa nggak sih nanya nya satu-satu Rimba pusing dengernya."

"Hhe iya maaf."

"Yaudah mama bantu Rimba ya ngurus dia sampai dia sadar. Nanti Rimba jelasin semuanya deh. Sekarang Rimba mau mandi dulu."

"Iya sayang."

Lima belas menit kemudian Rimba sudah selesai mandi dan langsung keluar dari kamar mandi. Alangkah terkejutnya Rimba ketika melihat Tania yang sudah sadar dan sedang di suapi oleh mamanya Rimba. Rimba pun mengambil alih mangkok yang ada di atas nakas. Karena mamanya yang ada urusan mendadak.

"Rim,"panggil Tania.

"Iya kenapa?"

"Soal yang tadi ...."

"Ck, aku bilang kan nggak usah bahas itu dulu."

"Aku em-"

<Tbc>

Typo bertebaran🍃
Gaje abis.

Jangan lupa vomentnya yaa.
Share ke temen-temen kalian, siapa tau suka😚

Salam:
YnAsteas & Rani.

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang