💚 Part 10 💚

44 9 1
                                    

Author POV

"TANIA BANGUN SAYANG! UDAH MAU JAM TUJUH INI!" teriak Winna (mama Tania)

" Ihh mama kok nggak bangunin aku sih," balas teriak Tania.

"Lah orang udah dibangunin dari tadi juga."

Tania pun langsung bergegas masuk ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian Tania keluar dengan seragam yang sedikit berantakan, dasi yang sudah terpasang di tempatnya, dan rambutnya masih sedikit acak-acakan. Tas yang sudah ia tenggerkan di bahu kanannya. Tania pun segera memakai sepatu kets nya dan langsung turun kebawah untuk sarapan. Dia kemudian mencium pipi mamanya yang tengah menyiapkan sarapannga. Jika kalian  bertanya di mana ayahnya Tania? Jawabannya sedang mengurus kantornya yang berada di luar kota.

6.50 AM Sepuluh menit lagi bel berbunyi, Tania pun segera pamit dengan mamanya. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju ke sekolah. Dan sialnya ia terjebak macet.

Tania yang tidak sabaran pun akhirnya turun dari mobil dan segera menguncinya. Dia langsung berlari menuju sekolahnya. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada motor yang berhenti di sampingnya. Dan Tania tau motor siapa yang berhenti di sampingnya itu.

"Kamu terlambat Tan?" tanya Zean.

Yap, Zean pemilik motor ninja berwarna hitam itu.

"Iya nih, gue nggak bisa tidur semalem. Dan baru bisa tidur pas udah jam dua."

"Oh, yaudah bareng aja yuk.  naik Cepet, pegangan yaa. Kalo pake motor cukup bisa buat  nerobos."

Tania akhirnya naik ke motor Zean. Setelah memastikan jika Tania aman Zean mulai menjalankan motornya. Menit ke  menit Zean  menambah kecepatan laju motornya itu. Membuat Tania terpaksa memeluknya. Lima menit kemudian Zean dan Tania ke sekolah. Meski sudah ngebut, tetap saja telat. Huh, terpaksa Tania harus menunggu  guru piket untuk menghukumya. Tania yang teringat dengan barang yang diberikan oleh Zean pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Ze," panggil Tania.

"Ada apa, Tan?"

"Lo yang ngasih kalung bandul kucing ini?" Tanya Tania sembari menunjukkan kalung berbandul kucing itu.

"Iya, sebagai permintaan maaf dari aku."

"Ngapain pake beliin kalung segala sih Ze. Lagian aku udah maafin kamu kok."

"Udah lah terima aja Tan. Pliss sebagai hadiah terakhir dari aku."

"Iya deh. Makasih yaa."ucap Tania sembari menyunggingkan senyumnya.

"Sama-sama." Tampak sekilas senyum   menawan di wajah Zean. Menatap gadis di depan ini yang terlihat begitu manis dan cantik ketika melihat kalung yang dia berikan. Sungguh, hati Zean menghangat melihat Tania yang suka dengan hadiah yang ia berika.

Lima menit kemudian nampak seorang wanita paruh baya tampak menatap tajam muridnya yang terlambat.

"Telat?"

"Iya, bu," jawab Zean dan Tania kompak.

"Lari keliling lapangan sepuluh kali, dan bersihkan gudang belakang!"

"Baik bu." Zean dan Tania pun segera melaksanakan hukuman mereka. Sudah hampir satu jam mereka menjalankan  hukumannya. Setelah selesai, Tania memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Zean menatap kepergian Tania dengan tatapan yang sulit dibaca.

Author POV off

--------------------------

Tania POV.

Gila, capek bener euy, lari keliling lapangan. Mana sepuluh kali lagi, masih mending uy kalo larinya di lapangan yang buat upacara.  Bayangin guys lu harus lari keliling lapangan outdoor.  Di lapangan yang buat upacara aja udah capek pake banget apalagi di lapangan Outdoor? Eh, kenapa aku malah curcol gini yaa.

Sesampainya di kelas aku pun langsung duduk di bangku yang biasa aku duduki dan meminum air mineral yang aku bawa dari rumah. Kebetulan guru yang mengajar di kelas ku juga belum masuk.

Tumben-pikirku.

Reta yang penasaran mengapa Tania baru masuk dan terlihat ngos-ngosan pun langsung menanyakannya pada Tania.

"Lu kenapa si Tan," tanya Retta.

Milla yang sibuk dengan kacanya juga berbalik ke Tania yang masih terlihat mengatur napasnya.

"Lu kenapa tan?"

"Apa lu ikut-ikut  Upil Dugong," omel Retta.

"Aku habis dihukum gegara semalem nggak bisa tidur dan berakhir kesiangan."

"Emang kenapa? Tumben nggak bisa tidur," tanya Milla.

"Kemal Lo Mil," Cibir Retta

"Kayak elo enggak aja," Sinis Milla dan hanya dibalas cengiran oleh Retta.

"Ini gue dikasih sama  Zean. Semalem Nyokap gue ngasih kotak yang isinya kalung ini dan sebuah surat. Dan coklat ini adalah Niko Plus ada surat juga,"ucap Tania sembari memperlihatkan barang-barang yang diberikan oleh sang mantan.

"Uwu Gess, Tania Dapet hadiah dari para msntan," teriak Milla.

"Heh Kampret Lo! Nggak usah teriak-teriak bisa nggak sih!"omel Tania sementara Retta dan Milla hanya menunjukkan deretan gigi putihnya.

Disaat Tania ingin menlanjutkan sesi curhatnya kembali tiba-tiba guru yang harusnya masuk satu jam yang lalu baru masuk setelah mempet jam istirahat. Tania segera memperhatikan  dan melihat guru yang tengah memberikan tugas kepada siswa kelas XI IPS 2.

Akhirnya istirahat juga. Aku pun langsung meregangkan tanganku sebentar. Dan disaat aku ingin pergi ke kantin tiba-tiba Rimba memanggilku. Aku sedikit was-was. Mengingat Rimba yang menyukaiku. Ya meski hanya melalui obrolan tapi tetap saja aku deg-deg an sekarang.

"Ada apa Rim?"

"Nanti pulang sekolah kamu ada aca nggak?"

"Emm aku nggak ada acara. Emang kenapa?"

"Mau nggak jalan-jalan sama aku?"

"Di mana?"

"Ada lah rahasia pokokknya. Mau nggak?"

"Emm oke."

"Sipp, btw kamu mau ke kantin yaa?" tanya Rimba.

"Ya, kenapa kamu mau bareng?"

"Hhe tau aja, yuk ke kantin," kata Rimba sembari menggandeng tanganku. Aku sedikit terkejut, tapi aku langsung buru-buru untuk merubah raut wajah ku. Jujur aku juga nyaman dalam posisi ini. Selama perjalanan ke kantin, banyak siswa-siswi SMAPUR yang melihat Tania dan Rimba. Mereka menatap Tania dengan tatapan memuja, iri ataupun sinis. Tak terkecuali Retta dan Milla.

Sesampainya di kantin,  aku pun langsung  duduk di tempat yang sering aku gunakan dengan sahabat-sahabatku. Aku membuka Sosmed sambil menunggu Rimba yang tengah memesan makanan untuknya.

Lima menit kemudian, Rimba datang dengan membawa nampan berisi dua gelas jus mangga, satu nasi goreng dan satu mangkok bakso. Tania pun segera melahap nasi gorengnya, sesekali diselingi untuk meminum air. Karena ia pesan Nasi goreng super pedas. Rimba yang melihat Tania kepedesan pun hanya terkekeh sembari membersihkan nasi yang berada di bibir Tania.

Jujur Tania baper jika terus-terusan begini. Ia tak mau salah dalam menentukan pilihannya kembali. Ia berusaha untuk tetap bersikap biasa saja sampai akhirnya bel masuk pun berbunyi.

Tania POV off

-----------------------------------

⚛⚛⚛⚛
Sumpah part ini ancur banget!😩😩
Kesel, gara gara sesuatu jadi nggak mood buat nulis:((

Maaf typo bertebaran.
Dan juga maaf kalo part ini nggak nyambung atau gimana.

Share ke temen-temen kalian yaa:))
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri.
Krisarnya juga boleh.

Salam:
YnASteas dan Rani

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang