💚Part 11💚

42 6 0
                                    

Selamat membaca ;)

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 😗

-------------------------------------------

Tania POV

Setelah guru keluar dari kelas. Aku segera merapikan buku-buku milik ku lalu memasukkan nya kedalam tas.

"Tan, gue sama Retta pulang duluan ya," pamit Milla dengan mata yang menatapku menggoda.

"Matanya biasa aja. Gue colok tau rasa lo," ketus ku.

"Aduh calon pacar siapa sih ini? Kok galak banget," goda Milla yang semakin menjadi-jadi.

Aku melotot kearah Milla, ia hanya tertawa terbahak-bahak. Retta hanya terkekeh kecil.

"Kita pulang dulu ya, Tan. Semoga cepet resmi biar kita dapet pajak jadian nya." Retta dan Milla tertawa dan meninggalkan diriku dikelas.

Hanya aku dan Rimba yang tersisa didalam kelas. Ia dengan sabar menungguku yang pura-pura lemot ini.

"Udah?" tanya Rimba.

"Udah nih. Yuk kita pergi," jawab ku tersenyum.

Rimba tersenyum tipis, ia menggandeng ku keluar dari kelas. Percayalah jantungnya rasanya berdetak cepat dan paling parah aku panas dingin.

"Biasa aja jangan tegang gini," bisik Rimba tertawa kecil.

"Lo tau nggak?"

"Apa?"

"Gue degdegan tau," ucapku jujur.

Bukan nya merespon Rimba malah tertawa keras. Membuatku bingung kenapa dia tertawa.

"Ada yang lucu? Perasaan enggak ada deh," ucapku bingung.

"Lo itu terlalu jujur atau polos sih?" tanya nya dengan tawa yang tak sudah sekeras tadi.

Untung saja keadaan sekolah sudah agak sepi, mungkin hanya ada murid yang ikut ekstrakurikuler atau murid yang memang sengaja pulang lebih lama.

"Gue ngomong jujur itu," ucapku apa adanya.

Rimba tersenyum dan menaruh tanganku pada dadanya. What the.... Gemeter adek mas ya allah.

"Bukan cuma lo yang degdegan. Gue juga kok, itu artinya kita punya perasaan yang sama. Bener apa nggak Tania?"

Tatapan Rimba serius tapi lembut. Ganteng nya pake banget, pengen nangis rasanya. Nggak tau apa kalo anak orang udah baper nggak bisa jawab.

"Kok diem ayo dong dijawab," godanya yang membuat pipiku bersemu merah.

"Apa sih Rim?" ujarku dengan malu-malu.

"Lucunya kalo lagi malu-malu," goda Rimba lagi.

Ia mengacak rambutku gemas. Seakan tak peduli jika rambut ku berantakan. Aku memekik dan itu menghentikan kegiatannya yang mengesalkan.

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang