💚Part 16💚

34 7 0
                                    

Selamat membaca ☺

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ya 😍

---------------------------------------------

Author POV

Prang....

Suara seperti benda yang pecah itu membuat ketiga orang yang berada di ruangan itu menatap ke sumber suara.

"Ya allah, kacanya pecah liat," pekik Milla dengan menunjuk salah satu jendela dengan kaca yang sudah hancur.

Rimba mendekati kaca itu, ia melihat sekeliling namun sama sekali tak menemukan orang yang melakukan ini.

Tanpa sengaja mata Rimba melihat sebuah kertas yang berisikan batu. Ia berjongkok untuk mengambil kertas itu dan membacanya.

"Lo pembunuh Tania. Zean mati gara-gara lo. Hidup lo gak bakal tenang mulai sekarang," gumam Rimba membaca isi surat tersebut.

Rimba mengepalkan tangan nya, rahangnya mengeras tak terima. Ia akan mencari orang yang sudah berani meneror kekasihnya.

"Ada apa, Rim?" tanya Retta.

Retta mendekati Rimba yang tengah dilanda emosi. Cowok itu menyerahkan kertas yang berisi teror kepada sahabat kekasihnya.

Retta hanya menerima surat itu lalu membacanya. Gadis itu sangat terkejut saat mengetahui isi dari surat itu.

"Tugas kita sekarang jaga Tania. Dia dalam bahaya," tutur Retta dengan pandangan kosong.

Milla hanya dapat menangis, dengan menggenggam tangan Tania. Gadis itu takut jika sahabat nya kenapa-napa.

"Gue bakal cari siapa peneror ini. Sebenernya gue juga takut kalo Tania down lagi, gue gak mau hal kayak gini terjadi lagi di dia." Rimba menghela nafas panjang.

"Gue ikut kalo lo mau cari siapa peneror itu. Dan masalah Tania, gue sama Milla sebisa mungkin bakal jaga dia," tutur Retta dengan wajah dingin nya.

"Makasih, lo udah mau bantu gue," kata Rimba tulus. Retta hanya mengangguk singkat.

Milla merasakan pergerakan pada jari tangan Tania. Ia terdiam menatap wajah Tania penuh harap, tak lama mata Tania mulai terbuka sedikit demi sedikit.

"Tania bangun. Woy, lo berdua Tania bangun ini," ucap Milla heboh.

Rimba segera berdiri dan menghampiri Tania begitu juga dengan Retta. Raut bahagia tampak jelas pada wajah Rimba.

"Pusing? Atau kamu mau apa? Bentar ya aku panggilin dokter," ucap Rimba.

Tania tersenyun kecil melihat perhatian yang diberikan Rimba. Namun gadis itu menggelengkan kepalanya pertanda tak ingin Rimba memanggil dokter.

"Kenapa gak mau?"

"Gak mau pokoknya," ujar Tania lirih.

Rimba menghembuskan nafas, ia tersenyum dan mengusap lembut kepala Tania. "Ya udah kalo gak mau. Kamu mau nya apa? Aku turuti asal jangan yang aneh-aneh."

"Kamu disini aja aku udah seneng."

Sementara Retta juga Milla hanya menjadi penonton atas ke-uwuan Rimba juga Tania.

"Nasib jomblo gini amat ya," gumam Milla yang terdengar oleh Retta.

"Gue biasa aja. Lo kan jomblo ngenes," sahut Retta dengan wajah mengejek.

CONFUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang