🍁
Lima tahun yang lalu, Atta membeli bangunan tiga lantai itu dalam kondisi setengah jadi, sengaja untuk mempermudah proses pengerjaan interior yang sesuai dengan style-nya. Seperti pada umumnya, di lantai satu konsepnya lebih fun dengan live music dan juga tersedia beberapa spot foto instagramable, sementara di lantai dua sendiri lebih intimate, cocok untuk pasangan atau sekedar untuk menikmati momen. Sedangkan lantai tiga sendiri khusus untuk ruang kerja Atta. Setelah hampir setahun melewati proses yang panjang, Cafe yang menyediakan berbagai menu dengan bahan dasar kopi ini akhirnya di beri nama Nightfall, yang artinya waktu menjelang malam. Tidak ada alasan tertentu di balik nama itu, Atta hanya menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan senja. 'Kala Senja, langit berubah menjadi jingga' sebuah Mahakarya yang Tuhan lukiskan di angkasa. Pemandangan yang selalu menenangkan hati.
"Mas Atta, di bawah ada yang mau ketemu."
Atta mengangkat wajahnya dari layar tab di hadapannya, menatap salah satu pegawai yang baru saja masuk ke ruang kerjanya, "Siapa?"
"Namanya Aleanara."
Atta mengangguk sekilas, "Suruh masuk aja, Ji." Perintahnya kepada Oji, laki-laki itu mengangguk paham, sebelum berlalu.
Tidak lama kemudian, suara ketukan pintu kembali menarik atensi Atta dari game yang sedang di mainkannya. "Ah, shit!" Atta mengumpat kesal. Fokusnya terpecah, suara ketukan itu membuatnya lengah dan akhirnya mati konyol karena di serang oleh musuh. Atta berkali-kali menarik lalu menghembuskan napasnya, berusaha menyurutkan emosi dan kekesalannya pada sosok di balik pintu.
"Masuk." ujarnya setenang mungkin.
Klek!
"Permisi!"
Atta melihat perempuan di depannya dengan seksama, berusaha mencari kesan baik sebelum membuat keputusan sekalipun calon pegawainya itu di rekomendasikan oleh sahabatnya sendiri. Secara fisik, penampilan perempuan itu cukup menarik dengan rok pencil hitam selutut, di padukan dengan blouse berwarna ungu pastel dan stiletto yang membuat sepasang kaki putih itu terlihat lebih jenjang. Namun bukan itu yang menarik perhatian Atta, tatapan perempuan itu seolah sudah mengenalnya. Tadi ketika pandangan keduanya bertemu, Atta sempat melihat keterkejutan di mata itu.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Hah?" Perempuan itu mengerjap beberapa kali, terlihat bingung.
"Tatapan kamu---kayaknya kamu kaget banget pas lihat saya." Jelas Atta, kini tatapannya semakin intens.
Alea menelan ludahnya susah payah, lidahnya kelu ketika tatapan Atta terasa semakin menusuk. Benar-benar mengganggu sistem kerja jantungnya.
"Oh, itu... Bapak---"
"Atthar. Panggil aja Atta, nggak perlu seformal itu." Sela Atta, tiba-tiba merasa kesal karena panggilan yang membuatnya merasa sepuluh tahun lebih tua dari usianya.
Alea mengangguk paham meskipun gerakan yang di timbulkan terasa kaku ketika mendengar suara berat Atta, "Itu... kamu mirip sama orang yang saya kenal."
Atta mengangguk lalu kembali menatap Alea dengan satu alis terangkat, "Siapa?"
"Hah?" Lagi-lagi Alea di buat melongo karena pertanyaan Atta. Apa ini termasuk sesi wawancara atau Atta hanya sekedar kepo? Pikir Alea.
"Kamu mirip kakak kelas saya."
Dan kayaknya kamu beneran kakak kelas itu. Batin Alea.
"Jadi, kapan saya bisa di interview?" Tanya Alea, enggan meneruskan sesi tanya jawab seputar seseorang dan aib memalukan di masa lalunya.
"Sejak kamu masuk."
"Really? While standing here?" Tanpa sadar, suaranya meninggi. Sedetik kemudian Alea mulai gelagapan menyadari kebodohannya. "Sorry---Maksud saya, nggak di suruh duduk dulu?"
Atta meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sorry, silahkan duduk." Perintahnya yang kemudian langsung di sesali karena dalam jarak sedekat ini, posisi keduanya hanya terhalang meja kerja Atta. Atta bisa lebih leluasa meneliti wajah Alea dengan jelas, perempuan itu memiliki mata yang indah, bulu matanya yang panjang dan lentik terlihat menggemaskan ketika dia mengedipkan matanya berkali-kali. Dan bibir itu---Shit! Atta memaki dirinya dan pikiran-pikiran liar yang baru saja terlintas di kepalanya.
Atta berdehem cukup keras, berusaha mengembalikan akal sehatnya. "Karena kamu belum punya pengalaman kerja, kita skip bagian itu. So... Aleanara, why do business management graduates want to work as waiters at this Cafe? Padahal kamu punya peluang besar untuk jadi pekerja kantoran."
"This is my first step to becoming a successful entrepreneur."
"By being a waitress?" Tanya Atta lagi, terkesan menuntut penjelasan lebih lanjut.
Alea mengangguk mantap, "Untuk menjadi Bos seperti kamu, saya perlu belajar dari titik terbawah kan?"
Untuk beberapa saat, Atta terpaku. Dan sepertinya perempuan bernama Aleanara ini telah berhasil menarik perhatian Atta.
***
Setelah interview singkat tadi, Alea di berikan waktu untuk menyesuaikan diri dengan tempat kerjanya yang baru. Hari kerjanya memang terhitung mulai besok. Karena itulah dia putuskan untuk sedikit berkeliling. Beruntungnya, Oji dengan senang hati menemaninya dan mengenalkannya pada karyawan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at me, only me.
RomanceAtta yang terlalu menggampangkan urusan cinta, nyatanya telah jatuh karena mencintai Aleanara. Adik kelas yang dulu menyukainya diam-diam, menyampaikan rasa lewat kalimat-kalimat yang tanpa sadar sudah menarik perhatian Atta. Perempuan yang tanpa d...