27. The power of love part II

4.6K 431 3
                                    

🍁 🍁 🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁 🍁 🍁

Hingga mobilnya melaju meninggalkan parkiran Nightfall-pun, Atta masih belum membuka mulutnya. Tatapan Atta lurus ke depan, enggan menatap Alea sejak dia duduk di balik kemudi. Hingga mobil itu tiba-tiba berhenti di sebuah taman yang tidak jauh dari Kosan Alea.

Alea tidak mengerti kenapa Atta tiba-tiba menghentikan mobilnya disini, mengingat taman ini terkenal angker karena di kelilingi oleh pohon-pohon besar yang katanya ada penunggunya. Alea bergindik ngeri, apa jangan-jangan Atta ingin menurunkannya disini?

Dengan cemas Alea menatap Atta, "Kita ngapain disini?" tanyanya pelan, nyaris berbisik. Masih tidak ada jawaban dan itu cukup membuat Alea ketakutan, "Ka-kamu nggak berniat turunin aku disini kan? Aku minta maaf ka---"

"Kenapa tiba-tiba mikir gitu?" Setelah sekian lama terdiam, Atta akhirnya membuka suara. Laki-laki itu kini menatap Alea dalam.

"Gimana aku nggak mikir kayak gitu kalo kamu tiba-tiba berhenti disini, apalagi kamu juga lagi marah---"

"Aku nggak marah sama kamu." Sela Atta cepat.

"Tapi dari tadi kamu diemin aku, Ta." Alea bisa merasakan suaranya bergetar, matanya kini memanas. Entah apa yang membuatnya ingin menangis sekarang, "Kamu yang bilang kalo ada apa-apa jangan diem aja, kamu yang bilang---"

"Aku nggak suka Reza megang-megang tangan kamu. Aku nggak suka cara dia ngeliatin kamu. Aku nggak suka ada laki-laki lain yang bisa sedekat itu sama kamu."

Mata Alea membola mendengar penuturan Atta, ada rasa percaya dan tidak percaya.

Dengan gerakan cepat, Alea mengecup bibir Atta sekilas, laki-laki itu langsung menoleh dengan ekspresi kaget---lebih kelihatan syok sebenarnya. Sadar akan reaksi Atta, Alea tersenyum manis.

"Kamu sadar nggak, ini pertama kalinya kamu cemburu sama aku?"

Atta menelan ludahnya susah payah, kedua tangannya yang sejak tadi memegang kemudi sudah berpindah ke wajah Alea. Tatapannya jatuh pada kedua mata Alea, hidung lalu berhenti di bibir.

"Dan kamu sadar nggak, kalo tindakan kamu barusan udah mancing aku."

"Mancing ap---"

Atta tidak ingin menyianyiakan waktu lebih banyak lagi, dengan segera dia membungkam bibir Alea dengan ciuman yang menuntut. Seakan sudah terbiasa dengan itu, Alea menyambutnya dengan senang hati, membiarkan laki-laki itu memimpin permainan. Atta benar-benar berbahaya. Dia terlalu pandai dalam bersilat lidah dan tahu betul cara menyenangkan lawan. Di tengah-tengah pergumulan panas itu, tiba-tiba Alea penasaran... siapa saja perempuan beruntung yang pernah merasakan ciuman panas Atta? Atau lebih tepatnya, berapa banyak perempuan di luar sana yang pernah merasakan ada di posisinya saat ini, sedekat ini hingga tubuh mereka nyaris menempel. Rasa kesal membuatnya tiba-tiba menarik diri dan membiarkan Atta menggeram kesal.

Alea buru-buru menahan dada Atta, ketika laki-laki itu bergerak ingin kembali menciumnya.

"Damn it! Kenapa sih?" tanyanya frustasi.

"Aku penasaran." Alea menatap Atta dalam, "Berapa banyak perempuan yang udah kamu cium?"

Mata Atta melebar tidak percaya, "Seriously, Aleanara? Kamu beneran mau tau?" Tanya Atta dengan satu alis terangkat.

Alea mengerjap beberapa kali, terlihat ragu dan terlalu takut dengan jawaban Atta.

"Nggak deh! Lupain aja. Aku pasti kepikiran dan nggak bisa tidur kalo denger jawaban kamu." Putus Alea pada akhirnya.

Diam-diam Atta menahan senyumnya. "Kamu nggak perlu cemburu. Aku bahkan nggak ingat sama nama mereka."

"Saking banyaknya ya?"

Atta terkekeh geli, lalu menarik Alea kedalam pelukannya. "Aku nggak akan mengelak, kalo kenyataannya aku yang dulu memang sebrengsek itu." Atta mengeratkan pelukannya ketika Alea mencoba menarik diri, "Dengerin dulu... kalo kamu tanya berapa banyak? Ya, banyak. Sebagian dari mereka hanya perempuan random yang nggak sengaja ketemu di Club, aku bahkan nggak ingat nama mereka setelah bangun." Atta mengecup pelipis Alea cukup lama, "Yang harus kamu tau, kamu adalah perempuan pertama yang bisa sejauh ini sama aku."

"Hanya itu?"

Atta tersenyum hangat lalu mengecup bibir Alea singkat, "You are the first woman to drive me crazy, the first woman I want to protect, and I just want to say... I love you, Aleanara."

***

"Assalamualaikum Papa..."

Herman terkekeh di seberang sana, "Waalaikumsalam beautifull girl. Semangat banget, kamu gimana kabarnya?"

Alea tersenyum meskipun matanya memanas, rasa rindunya tiba-tiba menguap begitu saja. "I'm fine, Pa. Aku pikir Papa lupa kalo punya satu anak lagi disini."

Mendengar itu, Herman menghembuskan napasnya panjang. "You are my little princess, you know that you are always in my heart, Lea. Kamu anak Papa yang kuat, Papa tau meskipun kamu banyak mengeluh tapi kamu itu nggak mudah menyerah."

"I know, I'm really that strong. Aku harap bisa ketemu Papa secepatnya."

"Semangat, Lea! Kurang dari tiga bulan lagi ini semua akan selesai. Dan Papa akan jadi orang pertama yang akan menyambut kamu di rumah ini."

Alea tersenyum haru, tidak lagi dapat membendung tangisnya. "I know, Pa. You know I love you right?"

"Ya! and you have always been my beloved daughter. Take care of your health, see you at home, Dear."

"Yoo to, Pa."

Alea menarik lalu menghembuskan napasnya panjang. Tiga bulan lagi ya... Batin Alea.

Look at me, only me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang