25. Luka

4.6K 456 1
                                    

🍁  🍁  🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁  🍁  🍁

Meskipun tidak ada kejelasan tentang hubungan mereka, meskipun tidak ada kata yang terucap dari bibir laki-laki itu yang menyatakan bahwa 'We are officially in a relationship' seperti pasangan pada umumnya, namun semua tindakannya cukup membuat Alea yakin jika Atta juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Alea juga tidak ingin terlalu banyak berharap, tidak ingin terlalu banyak menuntut apa-apa. Biarlah Alea saja yang menambah stok kesabarannya dalam menghadapi sikap menyebalkan Atta. Mau perasaannya di balas atau tidak, rasanya sama saja. Atta tetap bersikap cuek, saking cueknya Alea masih ingat berapa kali Atta menunjukan perhatiannya dalam sebulan ini---semenjak kejadian saling melumat tempo hari. Hal-hal receh yang sebenarnya tidak terlalu penting namun cukup berarti bagi sebagian orang. Termasuk Alea.

Malam itu semesta seakan ikut berkonspirasi, hujan juga memaksanya terjebak bersama laki-laki itu di tengah minimnya pencahayaan Nightfall yang semakin larut. Momen yang paling di sukai Setan beserta teman-temannya. Di saat Alea tengah sibuk menenangkan detak jantungnya yang menggila karena rasa bahagia yang berlebihan, laki-laki itu justru terlihat biasa-biasa saja setelah memberikannya pengalaman 'best kiss ever' dengan suasana yang mendukung, mungkin baginya ciuman itu sudah biasa.

"Besok aku ke surabaya. Ada peresmian cabang Nightfall yang baru disana." Ujarnya di sela-sela kunyahannya. Entah sejak kapan Atta merubah cara bicaranya dari Lo-gue menjadi Aku-kamu.

Mereka memang lebih sering makan malam berdua di Apartemen Atta ketika laki-laki itu sedang sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, Alea juga baru tahu kalau ternyata Atta tidak sesantai yang terlihat. Atta benar-benar menata hidupnya dengan baik, dia bahkan mengatur list apa saja yang harus dia capai dalam tahun ini. Salah satu targetnya yang sedang in process adalah dua cabang Nightfall yang sebentar lagi akan di buka di beberapa kota, salah satunya di Surabaya.

"Berapa lama?"

Atta menelan kunyahan terakhirnya, meneguk airnya hingga tandas sebelum membuka suara, "Dua atau tiga hari... mungkin."

Alea terdiam menatap Atta yang kini fokus ke layar ponselnya, pemandangan yang sudah biasa namun tetap memberi rasa sesak di dadanya. Alea memilih bangkit, membawa piring kotor ke dapur. Membiarkan laki-laki itu sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kenapa?"

Alea berjengit kaget ketika tiba-tiba pemilik suara itu sudah berdiri di belakangnya, hampir saja dia menjatuhkan piring yang sedang di cucinya.

"Apanya yang kenapa?" Tanyanya kembali membilas piring terakhir lalu meletakkannya bersama alat makan yang lain di sisi kanannya.

"Aku bikin salah ya?" Atta berusaha mencegat tangannya ketika Alea hendak bergeser dari posisinya, tentu saja Atta tau Alea memang sedang mencoba menghindarinya. Bukan sekali dua kali, Alea diam-diam memandanginya dengan wajah sendu, perempuan itu pasti merasa terabaikan. Harusnya Alea marah, kesal dan memakinya. Bukannya diam, menelan kekesalannya bulat-bulat dan membiarkan Atta disiksa rasa bersalah.

Alea menghembuskan napasnya panjang, sejujurnya dia tidak ingin menambah beban pikiran laki-laki itu. Dia juga tidak ingin terkesan menuntut Atta menjadi seperti yang dia inginkan, tapi tetap saja rasanya sakit ketika terus-menerus di abaikan.

"Aku nggak ingin bicara kalo pada akhirnya apa yang aku katakan justru semakin membebani kamu, Ta. Jadi please..."

"No, just say it. Katakan semua yang ingin kamu katakan."

Alea menghembuskan napasnya panjang, "You never say you love me but I believe you feel it too, Aku bisa ngerti karena kamu bukan orang yang bisa dengan gampangnya bilang itu. Tapi kenapa aku masih ngerasa kalo... saat ini hanya aku yang lagi berjuang? untuk apa kita sama-sama tapi kamu seolah asik dengan duniamu sendiri?" Alea maju beberapa langkah, mengikis jarak di antara keduanya lalu menatap Atta penuh arti. "Bahkan di saat jarak kita sedekat ini... aku tetap ngerasa sendirian, Ta."

Atta tersenyum penuh arti, mengikis jarak di antara mereka lalu satu tangannya terangkat mengusap pipi perempuan itu dengan sayang. "First, I just want to say... sorry. Sorry for hurting you, ignoring you and making you feel like you're struggling alone. Tapi yang tadi itu, aku emang sengaja bikin kamu kesel, aku sengaja cuekin kamu, nggak liat muka kamu pas kamu ngomong bahkan saat kita lagi makanpun aku pura-pura sibuk sama Hp biar kamu makin ilfeel dan marah-marah." Raut wajah Atta berubah serius, "Kamu nggak harus selalu sabar dan pengertian sama laki-laki brengsek ini, kamu nggak harus menahan semua itu sendiri Aleanara. Kalo kamu ngerasa apa yang aku lakukan itu keterlaluan buat kamu... kamu boleh marah, kamu boleh maki-maki aku atau tampar sekalian biar aku-nya juga sadar." Napasnya memburu setelah semua isi kepalanya keluar begitu saja. Atta merengkuh tubuh Alea erat, sebuah kecupanpun mendarat di kening Alea. "Aku tau apa yang kamu takutkan. You feel that I don't love you, you think I'm not afraid of losing you, and you think I can leave if I feel bored with you."

Look at me, only me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang