🍁 🍁 🍁
Perempuan bernama Dara itu hampir melayangkan tamparannya ke pipi Abdillah kalau saja tidak ada yang menahannya.
Abdillah yang sudah pasrah spontan menutup mata namun hingga beberapa detik berlalu, Abdillah akhirnya membuka matanya dan langsung terperangah begitu sadar Alea-lah yang telah menyelamatkan pipi mulusnya dari tamparan perempuan barbar.
Alea mencengkram kuat pergelangan tangan Dara, "Hey girl, please protect your attitude. Kalo sampe tangan lo nyentuh dia, lo bakal berurusan sama gue."
Wajah perempuan itu semakin memerah karena amarah, dia langsung menepis tangan Alea dengan kasar lalu menunjuk wajah Alea. "Sekarang lo boleh seneng karena Abdillah milih lo, tapi liat aja nanti. Lo juga bakalan di tinggalin kayak gue."
Alea terkekeh geli, menyilangkan tangannya di dada. "Lo tenang aja, gue jamin seumur hidup Abdillah nggak akan bisa ninggalin gue. Karena apa?" Alea memajukan wajahnya, menatap Dara tepat di manik matanya. "Karena gue kakaknya. Dan cewek-cewek kayak lo---" Alea mendorong dada Dara dengan jari telunjuknya, "Arogan, hobby-nya ngelabrak, dan main tangan di depan umum. Jangan mimpi bisa di terima di keluarga kita."
Dara terbelalak kaget, wajahnya berubah pias begitu mendengar pengakuan Alea. Di tempatnya Dara bergerak gelisah. "Abdi... di-dia beneran kakak kamu?" Tanyanya terbata-bata.
Abdillah yang sudah kepalang emosi hanya mengangguk malas, "Udah tau kan lo? Mendingan lo pergi deh sebelum gue seret lo keluar."
"Abdi kok kamu git---"
"Gue muak liat muka lo, ngerti nggak sih? Sikap barbar lo udah nggak bisa di toleransi, nilai lo minus. Nggak ada harapan lagi, gue udah keburu ilfeel sama lo." Persetan dengan sopan santun, perempuan di hadapannya ini tidak akan berhenti sebelum di sadarkan meskipun dengan cara yang sedikit kasar. Habis sudah kesabarannya.
Dengan berurai air mata, Dara langsung melenggang pergi meninggalkan dua kakak beradik yang kini telah kehilangan napsu makannya.
Abdillah menghembuskan napasnya panjang. Satu masalah berhasil terselesaikan, tinggal satu lagi masalah baru. Aleanara Wijaya, kakaknya yang saat ini sedang menatapnya tajam.
"Ini yang tadi lo bilang mau di omongin?" Tanya Alea yang sudah kembali duduk dengan kedua tangan yang dia silangkan di dada, menatap Abdillah datar.
Melihat itu Abdillah menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, lalu menyengir tanpa dosa. "I-iya, tapi gue nggak tau kalo bakalan ada adegan nyiram-nyiram kayak gitu. Gue berani sumpah Kak---" Dengan bersungguh-sungguh, Abdillah kembali mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, "Itu semua di luar prediksi gue."
Alea mendengus kesal. "Oh! Jadi tujuan lo ngajak gue makan itu karena mau jadiin gue tumbal? Gitu?" Tuduhnya langsung.
Buru-buru Abdillah menggeleng. "Ya nggak gitu juga, gue beneran kangen makan bareng lo kok. Ya ampun, nggak percayaan banget sih! sayang aja gue lagi nggak bawa Qur'an, kalo ada gue berani sumpah sekarang juga."
"Ya, makanya lo tuh jangan suka mainin cewek. Kalo pacaran ya serius, jangan siapa aja lo Php-in dan inget---" Alea menatapnya serius, "Cari cewek jangan yang cantiknya doang, attitude juga penting. Percuma cantik kalo sifatnya kayak tokoh antagonis di sinetron azab."
Abdillah terkekeh pelan lalu mengangguk patuh, "Iya, iya. Yang model kayak tadi udah gue blacklist, lagian rumah bakalan rame kalo Mama sampe ketemu calon mantu kayak dia."
"Kenapa?"
"Berasa nonton sinetron azab secara live. Tapi tokoh antagonisnya Mama, judulnya... Menantu yang teraniaya."
***
Pagi ini Alea memutuskan untuk mengikuti saran dari adiknya. Kemarin saat Abdillah mengantarnya pulang, Alea akhirnya menceritakan tentang Atta. Kakak kelas yang dulunya pernah dia suka dan sekarang kehadiran laki-laki itu mungkin akan kembali mengusik hatinya lagi. Awalnya Abdillah bersikap santai namun begitu tau perasaan Alea bertepuk sebelah tangan, Abdillah menjadi geram dan menyarankannya untuk memberikan Atta pelajaran. Dan Meskipun pada akhirnya Alea melakukan apa yang di sarankan adiknya, Alea tetap merasa malu karena kembali bersikap childish seperti beberapa tahun yang lalu hanya untuk menarik perhatian Atta.
"Percaya deh sama gue, gini-gini gue juga cowok. Kalo denger dari cerita lo, gue yakin seratus persen Bos lo ini memang tertarik sama lo. Tapi, nggak tau udah sayang apa belum."
"Nggak mungkin lah kalo dia tertarik sama gue, buktinya---"
"Cowok itu egonya tinggi, Kak. Walaupun dia sendiri sadar sama perasaannya, belum tentu juga dia mau ngakuin. Udahlah, lo nggak akan tau kalo nggak coba dulu."
Di satu sisi, akal sehatnya menolak percaya meskipun ada segelintir harapan yang menginginkan lebih. Dulu, ketika pertama kali Alea menjatuhkan harga dirinya demi menarik perhatian Atta, laki-laki itu tidak bereaksi apa-apa. Tidak menunjukan penolakan secara terang-terangan namun sikap acuhnya seakan tidak menganggap perasaan Alea itu penting dan patut di hargai. Bodohnya lagi Alea sama sekali tidak bisa menyalahkan Atta atas perasaannya. Dan Alea di usia lima belas tahun cukup berbahagia karena menyukai seorang Atthar Abimanyu.
Tapi sekarang, mereka bukan lagi anak belasan tahun yang belum tahu cara menggunakan otaknya dengan baik dan benar. Lalu apakah bertambahnya usia bisa merubah cara berpikir seseorang?
Apa tanggapan Atta akan tetap sama jika saat ini Alea kembali mengulang kegilaannya di masalalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at me, only me.
RomanceAtta yang terlalu menggampangkan urusan cinta, nyatanya telah jatuh karena mencintai Aleanara. Adik kelas yang dulu menyukainya diam-diam, menyampaikan rasa lewat kalimat-kalimat yang tanpa sadar sudah menarik perhatian Atta. Perempuan yang tanpa d...