26. The power of love part I

4.8K 465 2
                                    

🍁 🍁 🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁 🍁 🍁

Tidak ada yang salah dengan perempuan itu. Selain fisik, Alea selalu terlihat cantik dengan caranya sendiri, dia tahu cara menempatkan diri dan menjadi sosok yang menyenangkan untuk orang di sekelilingnya.

Sampai saat ini kenyataan bahwa Aleanara adalah adik dari Arkana Wijaya, seniornya di kampus dulu masih sulit di terima oleh akal sehatnya. Selama berteman dengan Arkana, Atta sudah sering datang ke rumah keluarga Wijaya dan tidak pernah menemukan adanya tanda-tanda Alea sampai beberapa bulan yang lalu---Arkana tiba-tiba menghubunginya. Apalagi sejak dia tahu kalau Alea-lah adik kelas yang pernah dengan gilanya mengiriminya surat cinta. Hidupnya semakin bertambah runyam ketika rasa asing itu hadir dan mengusik ketenangannya, semakin mencoba denial, semakin kuat pula perasaannya untuk Alea.

Ya, Atta mencintainya.

Meskipun dia tahu siapa yang harus dia hadapi ketika memutuskan untuk menyeret Alea masuk ke dalam hidupnya. Arkana tidak akan ragu melenyapkannya dari muka bumi jika tahu dengan siapa adik perempuannya itu berhubungan.

Seketika Atta menyesali apa yang pernah dia lakukan bersama Arkana di masa lalu. Tingkat kebejatannya mereka bahkan berada di level yang sama, tentu Arkana tidak mungkin membiarkan adik perempuannya jatuh ke tangan yang salah.

***

"Are you still a virgin? at twenty-four years old? seriously, Aleanara?" Oji berseru heboh, memandang lawan bicaranya dengan takjub.

Seperti biasa, hal yang wajib di lakukan setelah menyelesaikan tugas terakhir adalah membicarakan hal-hal receh sambil menunggu Nima mengecek stok kopi di gudang. Saat ini tersisa Oji, Reza, Rani dan Alea yang memenuhi meja makan khusus staf dapur.

Alea meringis malu, melirik Rani dan Reza yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang sama. Tanpa mereka sadari, ada sosok lain yang juga berada disana. Dengan santainya menyender di pintu kulkas dengan kedua tangannya tersilang di dada, mengamati keempat orang itu dengan tenang.

"Emang ada yang salah kalo gue masih perawan?" Tanyanya ragu-ragu, memandang satu persatu lawan bicaranya penuh tanya.

"Lo pernah pacaran nggak sih, Al?" Tanya Reza penasaran.

Alea mengangguk meskipun terlihat bingung, "Pernah. Kenapa?"

"Ngapain aja lo selama pacaran?" Tanyanya lagi.

Alea mengerutkan dahinya, mencoba mengingat kembali, "Ya... like any other normal couple, holding hands, watching, eating dinner and---"

"Itu doang? Sumpah demi apa?" Sela Rani tidak kalah heboh, lalu menggeleng tidak percaya.

"Ini kenapa sih, pada ngeliatin gue kayak gitu? Emang ada yang aneh sama omongan gue?" Alea berdecak gemas.

"Ya anehlah! Mana ada laki-laki normal yang pacaran tanpa grepe-grepe?" Sembur Oji langsung, "Kecuali lo pacarannya pas masih bocah---Eh! Tapi sekarang anak SD aja pacarannya udah pada manggil Ayah-Bunda loh!"

"Apalagi punya pacar secantik dan sebohay lo mah, udah gue bungkus langsung bawa pulang." Tambah Reza lalu di sambut gelak tawa Oji dan Rani.

"Jadi masalahnya dimana?" Tanya Alea dengan tampang polos, masih tidak mengerti letak permasalahannya dimana.

"Mantan lo pasti belok. Turn on-nya sama yang batangan kali." jelas Oji penuh keyakinan.

"Bisa jadi." sambung Reza.

"Emang mantan lo ada berapa sih?" Tanya Rani pada akhirnya.

"Satu."

"Hah?" Ketiganya berseru kompak, menatap Alea tidak percaya.

Alea mendengus keras, "Kenapa lagi sih? Aneh ya, kalo mantan gue cuma satu?"

Reza tiba-tiba mendekat, menggenggam kedua tangan Alea dengan tatapan serius. "Lo selama ini kemana aja sih, Al? Kenapa gue baru ketemu sama lo sekarang?"

Kerutan di dahinya semakin dalam, belum sempat dia membalas seseorang sudah lebih dulu menarik paksa tangannya dari genggaman Reza. Sontak Alea dan Reza langsung menoleh ke arah si pelaku, entah sejak kapan sosok itu berdiri tepat di samping mereka dengan wajah datar dan tatapan tajamnya terkesan mengancam.

"Eh! Mas Atta belum pulang?" sapa Oji terdengar ramah, berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa mencekam.

Atta hanya mengangguk singkat tanpa memutuskan tatapannya.

Di samping itu bulu kuduk Reza meremang dengan alasan yang tidak jelas, tidak menyadari tatapan tajam yang sedari tadi tertuju padanya. Alea yang mulai paham, tiba-tiba merasa tidak enak dan takut secara bersamaan.

Alea berdehem pelan, lalu bangkit dari duduknya dengan canggung. "Gu-gue balik duluan ya!" Tanpa semua orang sadari, Alea yang sudah berdiri di samping Atta diam-diam mengusap punggung laki-laki itu dengan lembut, mencoba meredakan emosi Atta.

"Tunggu di mobil."

Alea membelalak kaget, semua tatapan penuh tanya itu seakan mencekiknya. "A-aku bisa---"

"I said... wait-in-the-car." Ucapnya penuh penekanan lalu menatap Alea tajam, "Which part do you not understand, Aleanara?"

Alea menelan ludahnya susah payah, tamat sudah riwayatnya. Setelah ini ketiga manusia kepo itu pasti akan memberondongnya dengan rentetan pertanyaan yang terlihat jelas dari sorot mata ketiganya, seakan berkata 'Habis ini lo harus jelasin sejelas-jelasnya ke kita.'

Ragu-ragu Alea menyentuh pergelangan tangan Atta, "Please keep being nice, hm?"

Meskipun berat, Atta akhirnya mengangguk.

Look at me, only me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang