:::::::::::::::::::
Jennie Kim
X
Kim Jisoo:::::::::::::::::::
Anak itu berjalan menyusuri jalan setapak hutan, matanya melirik ke sana-kemari, mencari petunjuk arah untuk pulang. Bibirnya merapat, matanya tetap berusaha terlihat tegar. Dia tidak akan menangis. Dia sudah besar jadi tidak boleh lagi menangis.
Usianya baru tujuh tahun. Dia tidak terlalu paham apa yang terjadi. Pulang sekolah, dia dijemput oleh supir dan beberapa orang suruhan sang ayah. Tapi tiba-tiba mobilnya dikejar, lalu ditabrak dari samping sampai mobil yang dia naiki terlempar ke dalam hutan.
Dia selamat karena dipeluk pengasuhnya, lalu tiba-tiba dipangku dan dibawa lari memasuki hutan lebih dalam. Yang dia dengar hanya suara tembak di kejauhan. Lalu tiba-tiba pengasuhnya jatuh, dengan darah yang mengalir dipunggungnya.
"Nona harus pulang. Lari sejauh mungkin, jangan percaya pada siapa pun selain mama dan papa nona."
Anak itu hanya berbekal satu botol air yang tersisa setengah saat pulang sekolah, dan beberapa camilan didalam sakunya. Siang beranjak sore, dengan seluruh keberanian yang dia kumpulkan, pipi tebalnya menegang. Dia berkata pada dirinya sendiri.
"Jichu harus pulang. Jichu harus selamat."
.
"Naik-naik.. kepuncak gunung.. Tinggi-tinggi sekali!" Ia bernyanyi dengan keras. "Naik-naik... ke puncak gunung. Tinggi-tinggi sekali.."
"Kiri.. kanan. Ku lihat saja. Banyak pohon-pohonnyaa.. aa..."
"Kiri.. Kanan. Kulihat saja.. banyak pohon-pohonnya..."
Jisoo melihat sekeliling. Rasanya tempat ini tidak ada bedanya dengan tempat yang tadi ia lewati. Jisoo merogoh kalungnya. Papa bilang, Jisoo tidak boleh melepaskan kalung itu. Kalau Jisoo hilang, Papa akan mencarinya secepat mungkin. Tapi sejak tadi Jisoo berjalan, hari juga sudah nyaris beranjak malam, tapi papa masih belum menemukannya.
Kretek.
Jisoo mundur saat merasa menginjak sesuatu. Ranting pohon yang sudah rapuh. Jisoo menelan ludah, ia melihat ke sekitarnya. Gelap. Sangat gelap. Hanya sedikit cahaya rembulan yang menyusup nakal melewati celah-celah dedaunan. Suara hewan malam mulai berkumandang.
Jisoo... ketakutan.
"Harus berani!" Tegas Jisoo pada diri sendiri. Dia mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Sebenarnya daritadi ia sudah berusaha menelpon orang tuanya, tapi di hutan tidak ada sinyal. Jisoo memilih menggunakan senter dari ponselnya untuk memastikan dia tidak menginjak sesuatu yang berbahaya.
Jisoo melawan ketakutannya sambil bernyanyi dengan suara lebih keras."Mama bilang Jichu itu cantik~ cantik sekali!"
"Papa bilang Jichu itu hebat~ hebat sekali!"
"Kakek bilang Jichu itu kuat, tapi kakek udah lama mati~" Jisoo mulai bernyanyi ngawur. "ada kucing makan tikus, kucingnya dimakan tikus. Ada anjing makan kucing, anjingnya dimakan kucing."
"Oh teganya~" Nyanyinya fales. "Untung Jichu anak baik~"
Jisoo berhenti berjalan saat mendengar geraman dari sampingnya. Sejak tadi ia sendirian, kini kian ketakutan. Karena itu ia menyorotkan senternya ke arah suara berasal. Mendapati seekor 'anjing' dengan bulu putih dan abu-abu, Jisoo mengukir cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi OS
Short Story☝️ Jennie: Top/Seme/Dominant - Girl's ☝️ Jika kamu tidak nyaman dengan books ini, dipersilahkan untuk meninggalkan books ini dengan segera. ☝️ Tidak menerima komentar jahat/menjatuhkan/bully dsb. ✍️ All copyright by following authors.