LL'12 : Ada Kesempatan

1.1K 143 7
                                    

Sudah tiga hari Lovely dan Angga putus, Angga tak pernah lagi menyapa Lovely, tak pernah lagi mengirim pesan, dan tak pernah lagi menggodanya. Jujur, Lovely rindu dengan itu semua.

Sedangkan Angga? Cowok itu menjadi lebih rapuh, walau dari luar tampak biasa, namun dihatinya dia benar-benar rapuh, dia tak punya tempat untuk curhat lagi.

Angga berusaha untuk menjauh dari Lovely, bukan karna tak mau berjuang lagi, tapi Angga sadar luka yang dia perbuat itu sangat dalam. Semenjak putus dari Angga, tampilan Lovely berbeda. Jika biasanya dia akan bertampilan cupu dengan ramput kepang dua dan kaca mata bulat namun sekarang rambutnya digerai dan tak lagi memakai kaca mata.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu dan Angga baru bisa keluar dari sekolah, dan saat keluar dari gerbang dia melihat seorang gadis yang masih dia sayangi itu. Angga berusaha untuk tak perduli, dia melajukan motornya untuk pulang.

Ternyata hubungan kita memang cuma mainan ya Ngga, perasaan lo ke gue juga. Terus kenapa lo nggak mau gue putusin waktu awal kita putus? Lo egois Ngga. Batin Lovely.

Angga sudah sampai dipelataran rumahnya sekarang dan melihat mobil papahnya yang sudah terpakir didepan rumah. Tumben, pikirnya.

"Assalamualaikum," Angga membuka pintu, dan masuk kedalam rumah.

"Wa'alaikumsalam, eh den Angga sudah pulang mau bibi bikinin sesuatu?"

"Nggak usah bi, makasih. Angga kekamar dulu ya, oh iya mobil papah kok didepan? Papah udah pulang bi?"

"Udah den, kayanya teh tuan lagi sakit. Mukanya pucet pisan."

"Bibi serius? Ya udah biar Angga cek sendiri ya. Bibi tolong siapin air kompresan, teh hangat sama obat ya bi, kalo bisa sama bubur sekalian."

"Sip den."

Angga segera menuju kelantai dua, dimana itu adalah letak kamar papahnya. Dia membuka pintu kamar papahnya dan melihat papahnya tidur dengan muka pucat.

Khawatir, itulah perasaan Angga saat ini, walau papahnya selalu kasar dengannya namun rasa sayang Angga lebih besar.

Angga melihat wajah damai papahnya. Dia tak pernah melihat wajah ini sebelumnya karna semenjak dirinya lahir dia sudah dianggap anak pembawa sial dan papahnya tak pernah berhenti kasar padanya. Tak perduli saat itu Angga masih kecil.

Suara pintu terbuka melihatkan pembantu rumah tangga Angga yang sudah membawa semua yang diperintahkan Angga itu.

"Makasih bi."

"Sama-sama den, bibi keluar dulu ya," ucap pembantu itu keluar.

"Pah...bangun pah. Makan dulu yah," mata Irfan terbuka, dia melihat anaknya sudah disampingnya.

"Mau apa kamu anak pembawa sial," ucapan Irfan berhasil membuat Angga mengepalkan tanganya, namun Angga harus tetap bersabar Papahnya saat ini sedang sakit.

"Papah makan dulu ya. Supaya nggak tambah sakit."

"Saya nggak sudi makan makanan bikinan kamu."

"Ini bukan bikinan Angga kok pah, ini bikinan bibi. Kalau papah emang nggak mau Angga nemenin Papah Angga bisa pergi kok, tapi papah makan ya bubur dan obatnya jangan lupa diminum, teh angetnya juga," Angga melenggang pergi dari kamar papahnya. Dia juga lelah hari ini ingin beristirahat.

Love Lovely [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang