Chapter 23 - Egois

7.6K 692 111
                                    

Ara menghela nafasnya kembali, Arsen ngambek parah kepada dirinya. Arsen kan cuma salah paham dan juga dia sudah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Tapi, cowok itu tetap mogok bicara kalo keinginan tidak mau Ara penuhi.

Emangnya Arsen tidak puas apa setelah menonjok Jonathan begitu saja? Tanpa permisi, ketika Ara diturunkan oleh Jonathan, Arsen langsung menonjok keras Jonathan hingga dia melukai bibir cowok itu. Untungnya saja Adam dan Sandy menahan Arsen agar tidak memukul Jonathan kembali. 

Arsen yang marah langsung menyuruh mereka semua pulang dari rumah Ara termasuk Zaskia dan Winda, padahal lusa Jennie dan Marco baru pulang. Dia tidak lupa memperingati Jonathan untuk tidak mendekati atau menyentuh Ara. 

"Mau sampai kapan diem? Ara capek tau bujuknya." Ucap Ara sebal, ngambeknya Arsen mengalahkan cewek yang lagi pms, parah banget.

Ara menarik-narik kaos Arsen, tapi Arsen tetap sibuk dengan game di handphonenya. Merasa terus diabaikan, Ara berdiri lalu merebut handphone Arsen. 

"Arsen mau sampe kapan ngambeknya? Sampe tahun depan? Dikira Ara nggak capek bujuknya apa." 

Ara melimpahkan kekesalannya, dia bahkan sengaja memesan makanan kesukaan Arsen, yaitu Nasi Padang. Dia juga membuatkan Arsen es jeruk agar Arsen bisa menikmati makananya, tapi nyatanya Arsen tidak menyentuh sama sekali makanan dan minuman yang disajikan. 

Arsen menatapnya datar, "Lo kira gue nggak sakit hati apa ngeliat lo digendong sama cowok brengsek itu?" 

Lihat, Arsen benar-benar marah pada Ara, dia bahkan mengganti aku-kamu jadi lo-gue. Belum lagi tatapan Arsen membuat Ara menelan ludahnya berkali-kali. Dia sudah lama tidak melihat Arsen seperti ini lagi.

"Ara kan udah jelasin, kalo tadi itu Jonathan-"

"JANGAN SEBUT NAMA DIA LAGI, SIALAN!" Bentak Arsen, dia bahkan melempar bantal sofa ke meja hingga membuat nasi padang dan es jeruk berjatuhan ke lantai.

Arsen berdiri lalu mengcengkram kuat kedua bahu Ara hingga membuatnya meringis, "Jangan pernah sebut nama dia lagi di depan gue. Kalo lo nggak mau gue sakiti lagi, ngerti?"

Ara menatap Arsen berkaca-kaca, dia tidak menyangka Arsen akan berlaku kasar kembali, "Kenapa? Kenapa Ara nggak boleh sebut nama dia atau cowok lain di depan Arsen? Kenapa Ara nggak boleh deket-deket sama cowok lain? Kenapa?" Tanya Ara menahan isakannya.

"Karena lo milik gue! Cuma gue yang boleh nyentuh lo!" 

"Egois." 

"Apa?" 

"Arsen egois! Arsen cowok egois yang pernah Ara kenal! Arsen boleh jalan-jalan, ketawa ketiwi, atau dekat-dekat sama Echa di depan Ara tanpa mikirin perasaan Ara! Ara bahkan ngeliat gimana Arsen seneng bawa Echa ke rumah Arsen tadi! Ara nggak marah ketika Arsen telat cuma gara-gara Echa, Ara nggak pernah marah sama Arsen gara-gara Arsen selalu menomor satukan Echa daripada Ara, Ara nggak pernah-"

"CUKUP ARA!" Bentak Arsen keras hingga membuat Ara terdiam.

"Echa itu sepupu gue, apa pernah gue ngelarang lo deket-deket sama sepupu gue sendiri? Pernah?" Tanya Arsen dingin.

Ara tidak menjawab, air matanya sudah menguasai dirinya. Dia sakit hati atas perilaku Arsen hari ini, cewek mana sih yang suka dibentak? Apalagi sama cowok yang dia sayang.

"Gue pernah bilang kan, kalo gue benci diabaikan." Tangan Arsen mengcengkram dagu Ara hingga Ara melihat dirinya, hati dia sedikit terenyuh ketika melihat air mata Ara, tapi dia mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu, dia terlalu termakan amarahnya.

"Jawab Ara." Tekan Arsen.

"N-nggak."

"Lusa, bilang sama Tante Jennie dan Om Marco kalo kamu mau tunangan sama aku. Aku akan bilang hal ini sama Mama, aku nggak bakalan nunggu kita tamat lagi. Aku mau kita adain tunangan kita secepatnya. Ngerti?"

VECINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang