Chapter 21 - Instagram

7.2K 655 28
                                    

Arsen keluar dari kamarnya diam-diam, dia memerhatikan sekitar kamarnya. Setelah merasa aman, dia keluar dari kamarnya lalu berlari kecil ke pintu depan. Tinggal beberapa langkah saja, dia bisa keluar dari rumahnya dengan aman dan tanpa ketahuan dari Bella dan Rey.

Senyum lebar Arsen terlihat ketika pintu terbuka. Akhirnya, dia bisa menyelinap ke rumah Ara tanpa ketahuan. Sebenarnya, ini sudah percobaaan kelima dirinya untuk kabur ke rumah Ara. Tapi, sayangnya kelima percobaan itu selalu gagal karena ketangkap oleh Rey, untuk malam ini Rey menjadi penjaga pintu.

Arsen bahkan sempat nekat ingin melompat dari jendela kamar agar bisa keluar ke rumah Ara, tapi bukannya melompat dengan layak, dia malah dikagetkan oleh Rey yang sudah berdiri di halaman sambil memegang tongkat golf dan menatapnya seperti 'jika kamu lompat, maka Papa akan memukul pantat mu pake tongkat ini' . Hal itulah yang mengurungkan niatnya untuk lompat.

Namun, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk berhenti ke rumah Ara, dia akhirnya menyusun rencana untuk menunggu Rey pergi ke kamar untuk menemani Bella tidur.  Dia sangat hafal perilaku Bella yang tidak bisa tidur tanpa Rey, jika Rey tidak ada maka Bella bisa uring-uringan tidurnya dan Rey tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi.

Maka, ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam, saat itu juga Arsen keluar dari kamarnya dan berusaha kabur, seperti saat ini.

Ketika pintunya sudah Arsen tutup dengan perlahan, dia tertawa kecil saat mengingat muka kaget Ara. Dia juga bisa menjamin Ara akan mengusirnya, tapi itu tidak akan dia biarkan. Dia akan memasang puppy eyes agar Ara enggan mengusirnya dan menerimanya dengan sukarela atau terpaksa. Dia tidak peduli, yang penting dia bisa tidur bersama Ara malam ini.

Senyumnya semakin lebar hingga tanpa sadar dia menggerakan kedua tangannya seperti gerakan yes yes. Tanpa dia sadari, ada seseorang yang memperhatikan tingkah konyolnya.

"Ngapain?"

Arsen menjerit keras saat dia mendengar suara di belakangnya, dengan cepat dia menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Kakaknya, Ken.

"Buat kaget gue aja." Arsen mengusap-usap pelan dadanya, hampir saja dia mati jantungan.

"Lo ngapain? Kayak orang tolol di depan pintu." Tanya Ken sadis.

Arsen meletakkan jari telunjuk di bibirnya, menyuruh Ken diam, "Kecilin dikit suara lo, ntar Papa sama Mama bangun." 

"Mereka di belakang lo kok." 

"WHATTT?" 

Benar saja, Rey dan Bella berada di depan pintu yang terbuka lebar. Rey bahkan memegang tongkat golfnya sedangkan Bella melipat kedua tangannya.

"Minggir, gue mau masuk." Ken mendorong tubuh Arsen lalu pergi meninggalkan Arsen sendirian. Dia tidak mau ikut campur urusan adik dan orang tuanya.

Arsen tertawa canggung, dia nampak seperti orang bodoh sekarang. Rey menatapnya tajam, lalu menjewer keras telinga Arsen hingga dia menjerit kesakitan.

"Pa, pa, sakit telinga Arsen." Ucapnya sok imut sambil memegang tangan Rey, berharap dilepaskan.

"Jangan sok imut kamu!" Ucap Rey tegas dan menariknya lebih keras.

Arsen berteriak kesakitan dan meminta ampun kepada Rey, Bella hanya bisa menggeleng kepalanya melihat putra keduanya dan Rey. Tak mau mengambil pusing, Bella memilih untuk masuk kembali ke kamarnya.

"MA, MAMA KOK NINGGALIN AKU SIH? AKU LAGI DIJEWER SAMA PAPA, MA!" Teriak Arsen keras hingga menggema di satu rumah.

Akhirnya, segala usaha Arsen gatot alias gagal total. Dia harus rela tidur bersama guling kesayangnya malam ini. Tidur bersama Ara? Biarkan itu menjadi bunga tidurnya. 

VECINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang