Arsen memijit pelan pelipisnya, dia berusaha mengabaikan jeritan Ara daritadi, Ara nampak tidak lelah menjerit. Sebelumnya, Arsen sudah mengabari Jennie kalau Ara akan menginap di apartemennya karena alasan tugas dan tentu saja dia berbohong sedikit bahwa mereka tidak menginap berdua doang, alias rame-rame. Dia menggunakan alasan yang sama untuk meminta ijin dari Bella.
Suara jeritan Ara terdengar lagi, Arsen memilih berdiri dan mendekati suatu ruangan dimana Ara berada. Dia menendang keras pintu itu hingga beberapa kali, tapi malah membuat jeritan Ara semakin keras.
"Ar-Arsen, please keluarin Ara." Teriak Ara keras, dia juga memukul pintu itu dari dalam.
"Nggak! Waktu kamu lagi lima belas menit." Ucap Arsen dingin.
"Please, Arsen. Ara minta maaf, jangan kurung Ara lagi."
Arsen tidak memperdulikannya, dia malah meninggalkan Ara sendiri lagi. Dia memilih untuk berbaring di ruangan tengah dan memainkan handphone Ara. Dia bisa melihat berapa lama Ara dan Tri bertelfon ria dan isi chat dari Jonathan, cowok itu juga mengirimkan chat kepada Ara dan bertanya dimana keberadaannya.
Jonathan juga sudah menghubungi Ara beberapa kali, tapi telfon itu ditolak terus oleh Arsen. Tangannya meremas kuat handphone Ara bahkan rasanya dia ingin membanting handphone Ara ketika nama Jonathan muncul lagi. Kali ini dia mengangkat telfon dari Jonathan.
"Ara, lo dimana? Ini udah pada ngumpul, lo lupa?"
"Hallo, Ara?"
"Ara nggak bakalan datang hari ini, dia lagi keluar sama gue, jadi berhenti ngehubungi cewek gue." Ucap Arsen dingin lalu mematikan telfon itu tanpa menunggu jawaban dari Jonathan. Nomor Jonathan diblock oleh dirinya.
Arsen melirik jam yang di handphone Ara, lima belas menit sudah berlalu. Dia mendekati ruangan tempat Ara berada. Dengan kunci yang ada disaku celana Arsen, dia membuka pintu itu. Dia menyalakan senter yang ada di handphone lalu menemukan Ara memeluk kedua lututnya dan memendamkan kepalanya di sana.
Arsen mendekati Ara lalu memeluknya, dia bisa merasakan tubuh Ara yang gemetaran, "Kita keluar dari sini." Ucapnya lalu menggendong Ara.
Arsen membawanya ke kamar dan menidurkan Ara ke kasur dengan hati-hati, Arsen duduk di tepi kasur sambil merapikan rambut-rambut yang menutupi wajah Ara. Setelah sudah tidak menutupi wajah Ara, Arsen bisa melihat bekas-bekas air mata yang membasahi pipi Ara, dia mengusap pipi Ara pelan.
"Jangan nangis lagi, kamu udah aman sama aku." Ucapnya menenangkan sambil terus mengusap pelan pipi Ara.
Ara yang masih terisak memegang ujung kaos Arsen, "J-jangan kurung Ara lagi. Ara takut." Ucapnya pelan.
"Jangan bandel makanya, kamu tidur aja dulu. Nanti sore aku bangunin." Kali ini Arsen mengusap rambut Ara dengan lembut sambil bersandung pelan. Dia menemani Ara hingga tertidur. Arsen tersenyum melihat wajah polos Ara yang terlihat cantik dan menggemaskan.
"Maafin aku, tapi kalo nggak begini caranya, kamu pasti berpaling dari aku."
Arsen mengingat kejadian tadi, dimana dia menarik paksa Ara untuk masuk ke dalam ruangan itu. Di apartemen miliknya, terdapat satu ruangan gelap dan kosong, ruangan itu memang sengaja dibuat oleh Arsen. Ruangan itu selalu menjadi saksi bisu ketika Arsen sudah mengeluarkan sifat kejamnya pada Ara. Ruangan itu juga yang selalu Arsen gunakan untuk menghukum Ara.
Arsen tidak segan-segan menghukum Ara, dia mengunci dan mengurung Ara di sana, waktunya juga tidak tentu, kadang bisa setengah jam atau satu jam. Ini sudah ketiga kalinya Arsen mengurung Ara di sana.
Bisa dibilang gila, tapi menurut Arsen, dia melakukan hal itu untuk membuat Ara tetap berada di sampingnya. Karena setelah dia mengurung Ara, gadis itu akan lebih menurut kepada Arsen. Tanpa dirinya peduli, apakah batin Ara tertekan atau tidak, dia hanya peduli bahwa Ara akan selalu di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VECINO
Teen FictionArsen, dia adalah tetangga Ara yang Ara benci. Sifat Arsen yang posesif ini membuat Ara harus berpikir dua kali untuk mengambil langkah. Semakin Ara berusaha melepaskan dirinya dari Arsen, maka semakin keras Arsen mengikat Ara untuk selalu dipelukan...