Hallo, apa kabar semuanya? Setelah menghilang dari wattpad beberapa hari, akhirnya aku balik lagi mulai hari ini. Aku mau ucapin banyak terima kasih untuk semua yang udah ngedukung aku dan nyemangatin aku, tanpa kalian mungkin aku bukan apa-apa 😭❤
Jadi, karena aku udah kembali nih, boleh dong aku minta vote+komentarnya dari kalian semua lagi ❤
Jangan pada kaget untuk chapter ini, jangan jadi sider juga ya, tinggalin jejak kalian untuk aku dan cerita ini ❤
Selamat membaca, guys❤
🐾🐾🐾
"Lo berdua udah kayak cewek tau nggak sih, berantem diem-dieman. Najis bener gue punya temen kayak lo berdua." Agam memutar matanya malas lalu duduk di lantai kamarnya. Dia melihat Arsen dan Tri secara bergantian, lihatlah betapa jauhnya jarak mereka berdua duduk. Arsen di dekat jendela sambil sibuk menatap ke arah jalanan, sedangkan Tri duduk di tepi kasurnya, sibuk memainkan game. Persis seperti cewek.
Agam secara sengaja mengajak Tri dan Arsen untuk bertemu di rumahnya. Tentu saja dengan drama-drama yang dia buat, dia bilang bahwa dia jatuh di kamar mandi hingga tidak bisa bangun, terlebih lagi tidak ada orang di rumahnya. Awalnya baik Tri atau Arsen sama-sama tidak percaya di chat, namun ketika dia memfoto dirinya tiduran di kamar mandi sambil membuat darah dari saos tomat yang dia ambil di dapur, barulah Tri dan Arsen percaya. Entah dalam artian percaya beneran atau terpaksa percaya.
"Please deh ya, lo berdua itu bukan cewek, kalo berantem tuh malah diem-dieman gini. Kita cowok, bro, harusnya baku hantam bukan diem-dieman."
Tidak ada respon, hanya suara motor dan mobil yang menyahuti perkataan Agam.
Agam yang kesal berdiri hingga menendang kursi di sebelahnya, hal itu membuat Tri dan Arsen menatap datar Agam.
"Sinilah lo berdua, kita bertiga baku hantam aja sekarang." Agam sudah bersiap dengan kuda-kudanya, dia berusaha tetap berdiri tegak, padahal jari-jari kakinya sudah kenyut-kenyut minta dioles pake minyak.
"Udah siap lo?" Tanya Tri yang sudah melempar handphonenya ke kasur.
"Siap apaan?"
"Gue gebukin sekarang."
"Memang bangsat kamu, nak." Ucap Agam kesal, dia kembali duduk sambil mengelus-elus jari-jari kakinya.
Arsen mendekati Agam dan dengan santainya dia malah menendang kaki Agam yang sakit itu. Rasa kenyut-kenyut mulai terasa terasa kembali dsn ini lebih sakit lagi.
"Bangsat emang kau, Rey."
"Mampus kau, Santoso."
"Sialan, Santoso nama bapak gue, nyet." Sahut Tri.
"Masa? Gue ingetnya itu bapaknya Agam." Balas Arsen.
"Nama bapaknya Sastra, anjir."
"Anjing, siapa yang peduli nama bapak-bapak kita sih, nggak jelas banget lo berdua."
Mereka bertiga tiba-tiba terdiam, ada benarnya juga perkataan Agam. Tak lama kemudian, mereka terbahak bersama, rasa amarah dan perselisihan mulai sirna sedikit demi sedikit. Pertemanan antar para laki-laki memang terbilang sangat unik, mereka bisa berselisih dengan sangat tajam tapi cara berbaikan mereka bisa dibilang juga cepat.
Puas terbahak, akhirnya mereka sama-sama terdiam, Arsen berdeham sebentar lalu dia mengulurkan tangannya ke arah Tri.
"Gue minta maaf, gue akui selama ini sikap gue kayak anak kecil, nggak pernah mikirin perasaan Ara dan cemburu nggak jelas sama lo." Ucap Arsen serius.
![](https://img.wattpad.com/cover/182018146-288-k881686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VECINO
Novela JuvenilArsen, dia adalah tetangga Ara yang Ara benci. Sifat Arsen yang posesif ini membuat Ara harus berpikir dua kali untuk mengambil langkah. Semakin Ara berusaha melepaskan dirinya dari Arsen, maka semakin keras Arsen mengikat Ara untuk selalu dipelukan...