Ara menghela nafasnya panjang, hingga membuat Zaskia dan Winda menatapnya. Saat ini, mereka berada di kelas walaupun jam istirahat. Mereka memilih menghabiskan istirahat keduanya di kelas daripada di kantin. Sumpek dan ramai.
"Lo kenapa, sih? Dari tadi gue perhatiin hela nafas mulu." Tanya Zaskia.
Ara menatap Zaskia dan Winda dengan mata berkaca-kaca dan membuat Zaskia dan Winda semakin heran.
"Kenapa, Ra? Ada masalah sama Zico? Sini cerita sama kita." Ucap Winda pelan agar tidak menarik perhatian teman kelasnya.
"Pokoknya Ara benci Arsen." Ucap Ara tiba-tiba sambil menutup wajahnya di atas meja.
"Kenapa lagi?" Tanya Zaskia.
Ara mengangkat wajahnya yang sudah berlinang air mata, "Arsen jahat sama Ara."
Winda memberikan tisu kepada Ara, "Jangan nangis, gue sama Zaskia masih sayang nyawa."
Winda mengatakan hal itu karena Arsen tidak akan membiarkan siapa pun yang membuat Ara menangis hidup dengan tenang, kecuali dirinya.
"Cerita sama kita, dia ngapain lagi."
"Dompet Ara disita, kartu atm sama uang Ara disita sama Arsen. Dia cuma ngasi Ara uang dua puluh ribu buat jajan." Jelas Ara yang masih berlinang air mata.
"Kok bisa?"
Ara pun menceritakan kejadian beberapa hari lalu, bagaimana Arsen menangkap basah dirinya yang boros, hingga bertemu dengan cewek yang dia tidak kenal.
"Gila. Lo ngapain juga belanja segitu banyak? Kalo gue jadi Arsen, gue juga udah sita semua duit lo kali." Ucap Zaskia dan membuat Ara cemberut.
"Kok Zaskia malah bela Arsen? Kan Ara udah bilang, kalo Ara bosen dan memang mau beli novel. Novel Ara udah dibuang semua sama Arsen, makanya Ara beli yang baru."
"Arsen kayak gitu karena dia sayang sama lo, Ra. Dia nggak mau lo jadi cewek yang boros, terus juga keseringan begadang. Lo lupa berapa kali lo telat dulu gara-gara begadang buat ngabisin novel lo itu?" Ucap Zaskia panjang hingga membuat Ara mengingat-ingat kembali.
Memang benar yang dibilang Zaskia, Ara kadang kelewatan batas kalo sudah menyangkut hal-hal kesukaannya, lupa daratan pokoknya.
"Mau gimana lagi? Ara kan lupa dan keasikan, kapan lagi Ara bisa jalan sama belanja sepuasnya tanpa Arsen?" Sergah Ara.
"Tapi, tetap aja lo harus tau batasan, Ara." Nasehat Zaskia yang membuat Ara semakin cemberut, niatnya mau dapat belaan malah makin disalahin. Nasib.
"Yaudah, untuk kali ini anggap aja lo salah, Ra. Arsen nggak marah kan sama lo?" Tanya Winda.
Ara memutar matanya,"Kalo Arsen nggak marah, nggak mungkin sekarang dompet Ara disita sama dia, Winda sayang."
"Oh iya, lupa." Winda terkekeh dengan kelemotannya, Winda memang lemot terkadang, makanya membuat Zaskia dan Ara gemas sendiri.
"Btw, gue denger di kelas sebelah anak murid baru." Zaskia memulai gosipnya.
"Cewek atau cowok? Kok gue nggak tau ya?" Balas Winda.
"Cewek. Cantik banget, bih cowok-cowok di kelas kita aja ampe ke kelas sebelah buat liatin tuh cewek."
"Penasaran gue, coba liat yuk." Ajak Winda, Zaskia mengangguk setuju.
"Ikutan nggak, Ra? Kepo nih kita." Ucap Zaskia karena cuma Ara yang masih duduk sedangkan mereka sudah berdiri.
"Males ah, Ara mau tidur aja disini." Mengingat ada waktu lagi lima belas menit, Ara mau memanfaatin waktunya dengan baik untuk tidur. Kemarin dia tidur larut karena galau memikirkan novelnya yang tidak jadi dibeli dan juga masalah dompet miliknya yang disita Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
VECINO
Teen FictionArsen, dia adalah tetangga Ara yang Ara benci. Sifat Arsen yang posesif ini membuat Ara harus berpikir dua kali untuk mengambil langkah. Semakin Ara berusaha melepaskan dirinya dari Arsen, maka semakin keras Arsen mengikat Ara untuk selalu dipelukan...