Chapter 6 - Marah

16.1K 1.2K 81
                                    

Ara tidak mengerti, dia merasa dirinya tidak berbuat kesalahan hari ini. Tapi, mengapa Arsen membawanya ke apartemennya?

Seperti sekarang ini, Arsen menatap tajam dan dingin ke Ara yang sedang duduk di pinggir kasur. Karena hal itu, Ara gugup hingga menggengam rok sekolahnya dengan erat. Dia bahkan bisa merasakan tangannya basah dan dingjn, padahal cuaca di luar panas dan Arsen tidak menyalakan AC.

"Siapa Jonathan?" Tanya Arsen setelah beberapa menit mereka berdiam.

Ara menatap Arsen bingung, Jonathan siapa yang dibicarakan oleh Arsen? Perasaan Ara, dia tidak punya teman namanya Jonathan.

Arsen memasukkan tangannya ke dua saku celananya, "Aku tanya sekali lagi, siapa Jonathan, Ara?" Arsen meninggikan nada suaranya.

"A-Ara nggak tau, nggak kenal." Ucap Ara terbata-bata, dia benar-benar gugup.

"Udah berani bohong sama aku?" Tanya Arsen sinis, Ara menggeleng.

Arsen mengeluarkan handphone dan memberikan kepada Ara. Dia mengambil dan melihat isi handphone Arsen.

"Siapa yang nyuru kamu buat follow cowok yang nggak kamu kenal?"

"Ar-Arsen, aku-"

"GUE NGGAK PERNAH NYURU LO BUAT FOLLOW-FOLLOWAN SAMA COWOK YANG NGGAK GUE KENAL, ARA!!!" Bentak Arsen lalu melempar gelas yang di atas meja hingga menimbulkan bunyi yang keras.

Ara menutup kedua matanya saat mendengar suara nyaring gelas yang dilempar oleh Arsen. Dia ketakutan, Arsen sekarang benar-benar marah kepadanya. Sialnya, dia tidak bisa melihat Arsen seperti ini, dia juga tidak bisa menenangkan Arsen. Dia butuh Bella, mama Arsen untuk menenangkan Arsen.

Arsen mengambil salah satu serpihan gelas lalu mendekati Ara. Ara yang merasa dirinya terancam, turun dari kasur dan menjauhi Arsen.

"Kemari, Ara." Arsen mengulurkan tangannya ke Ara.

"Ng-nggak." Ara menggeleng, dia masih sayang nyawa.

"Ck, berani ngelawan?"

"Oke, aku yang ngedekat kalo gitu."

Arsen kembali mendekati Ara, sedangkan Ara sudah berlari ke arah pintu kamar Arsen, dia terus berusaha membuka pintu itu tapi pintunya terkunci.

Ara menatap Arsen horror, Arsen sudah tepat di depannya.

"Percuma kan kabur? Kamu malah menambah hukuman mu." Bisik Arsen di telinga Ara.

"Ar-Arsen, please." Ara menangis, dia takut. Benar-benar takut.

"Lo udah ngelanggar perintah gue dari kemarin, boros, berani beli novel dan sekarang follow-followan dengan cowok yang nggak gue kenal."

Setelah mengatakan hal itu, Arsen menggores pelan tangan Ara dengan serpihan gelas tadi. Walaupun tidak dalam tapi tetap saja Ara merasakan perih.

"Gue nggak suka lo jadi pembangkang, Ara."

"Gue nggak suka ketika lo nggak nurut semua kata gue."

Setiap Arsen berbicara, setiap itu pula tangan Ara terluka.

"Dan gue nggak suka liat lo dekat sama cowok lain. Siapa pun itu."

Ara tidak salah dengar, bukan? Apa Arsen sekarang sedang cemburu? Jika iya, berarti Arsen sangat menyeramkan jika sedang cemburu.

"Ar-Arsen, maaf. Ak-aku janji nggak akan ngulangin lagi." Mohon Ara ketika Arsen berhenti melakukan hal gila itu.

"Ini sudah berapa kali kamu ngelanggar janji mu?" Tanya Arsen sinis.

Ara menggeleng, "Aku janji. Serius. Berhenti ya? Lengan aku berdarah sama sakit." Pinta Ara dengan muka memelas.

Arsen tidak menjawab, dia masih terdiam sambil menatap lantai. Ara pun memberanikan diri untuk memeluk Arsen dan Arsen membalasnya.

"Kamu punya aku, Ra. Selamanya begitu."

"Jangan harap bisa lihat dunia luar lagi, kalo kamu masih berani dekat dengan cowok lain, terutama Jonathan itu." Bisik Arsen pelan dan menyeramkan.

Ini ancaman atau gertak cabe doang sih? Ara harap ini cuma gertakan kecil agar Ara menurut kepada Arsen. Begitulah harapan Ara.

"Aku serius."

Dua kata itu, berhasil mematahkan harapan Ara.

🐾🐾🐾

Ara merintih sakit ketika Arsen mengobati lukanya. Bahkan sekarang kedua matanya berkaca-kaca, menahan air matanya.

"Tahan, Ara." Ucap Arsen sambil mengobati luka Ara dengan serius.

Ara menggerutu dalam hatinya, memang gara-gara siapa tangannya luka begini? Ara bahkan nggak kenal dengan Jonathan itu, dan dia juga tidak memberikan id line atau wa-nya.

"Sakit, tau. Kamu lukai aku." Ucap Ara pelan dan masih bisa didengar oleh Arsen.

"Maaf, aku cemburu." Balas Arsen lalh mencium luka Ara, dan hal itu sukses membuat pipi Ara panas dan memerah.

"N-nggak jelas cemburunya. Aku bahkan nggak kenal siapa dia."

"Tapi, kamu follow dia."

"Iya dia kan minta follow back, masa aku cuekin."

Ara menjerit ketika Arsen dengan sengaja menekan lukanya.

"Arsen!"

"Siapa suruh ngelawan." Setelah mengatakan hal itu, Arsen membereskan kotak p3knya.

Ara menatap Arsen jengkel, sudah dia yang buat luka masih aja ditekan lukannya. Dia menghela nafasnya, kali ini alasan apa yang harus dia berikan kepada orang tuanya?

Dia bisa saja bilang bahwa ini kelakuannya Arsen, tapi orang tuanya pasti tidak percaya. Menyedihkan.

"Jangan ke kamar dulu, aku belum beresin itu." Ucap Arsen sambil memberikan Ara semangkuk mie.

Ara berbinar menatap mie tersebut, ini indomie, makanan sejuta rakyat Indonesia. Entah sudah berapa Ara tidak merasakan indomie ini. Arsen melarang Ara untuk memakan mie sejuta umat ini.

"Aku boleh makan?" Tanya Ara tidak percaya.

Arsen mengangguk, "Sebagai ucapan maaf aku, aku udah lukai kamu."

Ara mengangguk puas, dia tidak peduli lagi dengan lukanya, yang penting sekarang adalah indomienya. Dia bahkan menitikan air mata saking kangen dengan indomie.

Ah, betapa murahnya Ara, hanya dengan indomie, Arsen dimaafkan begitu saja.

🐾🐾🐾

Hello!!!

Siapa siapaaa yang nunggu kelanjutan Vecino?

Kurang sweet apa coba Arsen? Ada yang mau sama Arsen? Barang kali ada yang minat wkwkwk

Kita bakalan ketemu lagi dengan adegan-adegan yang lebih aduhai lagi.


So, jangan lupa komentar dan votenya yaaaaaa

See u!!!!

VECINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang