Chapter 15 - Resmi

14.4K 1.1K 106
                                    

Arsen menatap Ara tajam, mereka telah sampai di apartemen Arsen. Dia meminta Ara untuk duduk di sofa. Arsen tidak membiarkan Ara pulang begitu saja, dia sudah menelfon Jennie untuk meminta ijin. Tentu saja Arsen berbohong sedikit, dia mengatakan bahwa Ara akan menginap di rumah Winda tetapi Ara takut meminta ijin, alhasil Arsen yang meminta ijin.

"A-Ara nggak salah. Ara cuma mau main game aja, Sen." Ara menahan tangisannya saat Arsen berdiri di depannya sambil melipat kedua tangannya, belum lagi tatapan tajam Arsen yang seakan ingin memakan hidup-hidup Ara.

"Aku nggak suka. Aku udah bilang beberapa kali jangan pernah main game apa pun itu." Tekan Arsen di setiap ucapannya.

"Ara bosan dan Tri cuma minjemin Ara aja, Sen."

"Ah iya, aku nggak suka kamu terlalu dekat dengan Tri. Jauhi dia." Perintah Arsen.

Ara mendongkak kepalanya, "Nggak mau. Tri temen kamu dan Ara, nggak mungkin Ara jauhi dia gitu. Tri juga baik, Tri perhatian sama Ara, Tri-"

"BERHENTI NGOMONGIN DIA, SIALAN!" Bentak Arsen keras hingga membuat Ara terdiam.

Ara menangis, ini kali pertama Arsen membentaknya dengan keras. Arsen memang sering memarahinya, tapi dia tidak pernah mengumpat atau membentak Ara.

Arsen mengatur nafasnya pelan, dia bersimpuh dan menjajarkan dirinya dengan Ara, "Berhenti menangis. Aku terlalu emosi, maaf." Arsen menghapus air mata Ara, namun hal itu malah membuat Ara semakin menangis.

"Maaf, sayang. Aku cemburu kamu terlalu dekat sama Tri." Arsen memeluk dan mengelus rambut Ara pelan.

"Kamu tahu kenapa aku selalu ngelarang kamu deket sama cowok lain. Aku takut kamu pergi dari aku, Ara."

Arsen melepaskan pelukannya lalu memegang kedua pipi Ara dengan kedua tangannya, "Aku nggak mau kamu jatuh cinta dengan cowok lain, kamu cuma boleh jatuh cinta sama aku. Mulai sekarang, kamu pacar aku."

Ara mengerjapkan matanya berkali-kali, dia tidak salah dengerkan? Pacar? Hubungan mereka memang tidak jelas, semacam hts alias hubungan tanpa status.

Tapi, sejujurnya Ara belum siap menerima Arsen menjadi pacarnya. Bukan pacarnya saja sudah posesif setengah mati, apalagi jadi pacarnya? Bisa-bisa Ara jadi burung dalam sangkar.

"Aku nggak terima penolakan, mulai hari ini kita resmi pacaran." Arsen mencium bibir Ara dengan lembut, sedangkan Ara hanya bisa terdiam sambil mencerna apa yang barusan terjadi.

Keperawanan bibirnya telah direnggut oleh Arsen.

Seharusnya bibir Ara hanya untuk mencicipi bibir Oh Sehun, tapi Arsen dengan seenaknya mengambilnya.

Ara mendorong badan Arsen hingga ciuman mereka berhenti, "Arsen apa-apaan sih?! Itu ciuman pertama Ara! Harusnya Arsen nggak boleh ngambil!"

Arsen terkekeh saat melihat Ara marah, "Aku pacar kamu, jadi suka-suka aku dong."

Ara menatap Arsen tidak percaya, "Ara nggak terima Arsen." Ucapnya kesal.

"Terima atau nggak, aku nggak peduli. Yang aku mau sekarang kita pacaran." Ucap Arsen serius dan mutlak, Ara tidak bisa menolaknya. Ekspresi wajah Arsen datar dan dingin, mengisyaratkan bahwa Ara tidak boleh menolaknya.

"Aku mau mandi, kalo kamu mau mandi, ambil aja handuk baru di lemari bawah televisi." Ucap Arsen lalu meninggalkan Ara yang masih terbengong.

Ara mendesah lelah, kali ini dia tidak bisa kabur lagi dari Arsen. Arsen benar-benar telah mengklaim dirinya. Seharusnya ini tidak sah, mengingat dia belum menerima Arsen. Tapi, ucapan Arsen itu seakan-akan tidak menerima penolakan dari Ara.

VECINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang