Chapter 2 || ketegasan Nisya

31 6 0
                                    

Selagi saya berada pada jalan yang benar, saya tidak takut apa apa dan siapapun itu, saya akan menghadapinya.

-Nisya Alfiatul Alfa

______________________________

Selamat Membaca...

______________________________

"APAKAH ITU TATA KRAMA YANG DIBERIKAN OLEH SEKOLAH TERNAMA INI? TIDAK SOPAN PADA ORANG YANG LEBIH TUA?" suara lembut nan tegas terdengar nyaring sampai hampir semua orang merinding mendengar ketegasan disetiap kalimat yang diucapnya.

Ya, dia Nisya. Berjalan dengan wajah tegak dan mata fokus pada gadis yang menatap balik Nisya Tajam.

"Mbok, sebaiknya mbok bawa Adi pergi dan obati lukanya" nada suara Nisya berubah menjadi lembut.

"Nah Adi ganteng, kamu jangan nangis ya. Masa laki laki nangis sih?  Malu dong" tuturnya sambil mengusap kepala Adi yang dibalas dengan anggukkan.

Mbok Sumi langsung menggendong Adi menjauh dari tempat yang kini suasananya berubah tegang 180°.

Begitu menatap ketiga gadis didepannya, sorot mata Nisya berubah kembali menjadi tajam.

"So mau jadi pahlawan lo?!" ucap gadis disebelaki kiri angel yang bernama Mila.

"Lo anak mana sih?  So soal mau jadi pahlawan, gak pantes tau gak" tak ingin kalah wanita yang disebelah kanan Angel bernama Kira angkat suara.

"Maaf, saya bukan pahlawan dan sama sekali tidak berniat menjadi pahlawan" ucapnya santai tapi tetap dengan sorot mata yang tajam.

Angel maju dua langkah kedepan untuk mengikis jaraknya pada Nisya.

"Lo!" Angel mendorong bahu kiri Nisya dengan satu telunjuk.

Nisya yang diperlakukan demikian tetap tenang, tak ada ketahutan berhadapan dengan ketiga wanita dihadapannya. Nisya tebak, mereka adalah seniornya, entah kelas berapa Nisya kurang yakin.

Nisya meneliti ketiga wanita itu dari atas sampai bawah. Kaki yang tidak memakai kaos kaki, rok satu jengkal diatas lutut, baju yang sangat ketat dan jangan lupakan dengan riasan mereka, tidak pantas dibilang dengan riasan natural. Tapi jika dilihat dari cara berpakaian dan berprilakunya, mereka rasanya cukup populer. Bahkan hampir semua siswa yang disini bermimik seperti tegang dan ketakutan yang dipadukan menjadi satu.

Nisya mengusap-usap bahunya yang tadi didorong oleh Angel. Bukan karena sakit, tapi Nisya melakukan itu karena dirinya berharap bahwa tangan kotor yang baru saja berkontak fisik dengannya tidak meninggalkan debu pada bahunya.

Melihat reaksi Nisya yang biasa saja, Angel dan kedua antek anteknya merasa kesal bukan main. Seharusnya Nisya takut dan berlutut dihadapan mereka lalu meminta maaf, itu yang sering orang lain lakukan jika mereka berulah. Meski merka salah, tetap saja orang lain yang harus meminta maaf.

Angel melirik pita berwarna biru didada kanan Nisya, menandakan bahwa dirinya adalah juniornya.

"Lo anak baru disini?  Jangan so soan mau melawan kita. Sekali lo senggol, hidup lo gak akan tenang" ucap Angel serius dengan ucapannya.

"Kasihan adik itu, setelah ini pasti hidupnya gak tenang"

"Iya kasihan banget, padahal cantik lho"

"Kok malah gue yang takut ya?"

"Udah sih biarin aja, siapa suruh dia ngelawan Angel dan antek anteknya"

NISYA ALFIATUL ALFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang