Chapter 15 || Angga

6 2 0
                                    

"Semua itu perlu proses dan proses perlu waktu. Biarlah ia berproses  dan tak perlu diburu-buru.  Karena hasil terbaik juga memerlukan waktu."

-Nisya Alfuatul Alpa

_

_____________________________

Selamat Membaca...

______________________________

" Nisya, kok kayanya ban sepeda kamu kempes ya?" tanya Ranti.

Benar saja, ban sepeda Nisya kempes, padahal ini sudah sore. Apakah terkena paku?  Tapi bagaimana bisa?  Sedangkan semenjak pagi dirinya datang ke sekolah bannya baik baik saja.

"Sepertinya harus ditambal" gumam Nisya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kenapa kamu ngangguk ngangguk?"

"Ah tidak apa apa" seulas senyum tergambar dibibir Nisya.

"Gimana dong masa iya kamu harus dorong sepedanya?"

"Why not?"

"Yakin Nih?"

Nisya kembali menganggukkan kepalanya.

"Yakin?"

"Iya yakin" jawab Nisya cepat.

Lantas Ranti pergi meninggalkan Nisya yang mulai melangkahkan kakinya sambil mendorong sepedanya itu.

Saat ditaman Nisya berhenti karena melihat ada seorang lelaki, sepertinya baru SMP, karena lelaki itu masih memakai baju putih birunya.

Bukan soal pakaian yang menjadi perhatian Nisya. Tapi wajahnya yang mengadah ke atas dan matanya terpejam seolah ia sedang menikmati sensasi angin sekitar.

Saat mata itu terbuka, terlihat jelas lelaki itu menatap kosong kearah pasangan yang sedang bercanda gurau yang tak jauh dari tempatnya terduduk. Kemudian lelaki itu tersenyum miris.

Nisya bisa melihat lelaki itu karena ia tak jauh dari tempat Nisya berdiri. nisya memutuskan untuk menghampiri lelaki itu.

"Pemisi,  de?"

Lelaki itu langsung menengok pada Nisya, tak lupa senyuman yang ia perlihatkan pada Nisya.

"Boleh saya duduk?"

Lelaki itu tersenyum, seolah mengiyakan atas ucapan Nisya.

"Kamu sedang ada masalah?" tanya Nisya to the point.

Lelaki itu mengangkat satu alisnya, dirinya kebingungan, mengapa dia bisa tahu atas apa yang dirinya hadapi. Bukankan dirinya dengan orang yang sedang ada dihadapannya ini baru bertemu?

Nisya tersenyum melihat ekspresi yang ditunjukkan padanya. Sesuai dengan prediksi Nisya.

"Mungkin kamu bingung kenapa orang lain seperti saya bisa langsung mengetahui sesuatu yang sedang kamu rasakan. Tapi percayalah, saya baru melihat kamu"

"Kamu tahu?  Kamu tak terlalu pandai menyembunyikan apa yang kamu rasakan.  Kamu harus belajar bagaimana menyembunyikan hal itu."

"Mungkin yang ada dibenak kamu adalah dengan kamu memperlihatkan apa yang kamu rasakan maka akan banyak yang peduli. Tapi kamu harus pandai melihat sesuatu yang kadang membuat mata kita buta. Maksudnya adalah tidak semua orang yang memperlihatkan rasa kepeduliannya itu benar benar peduli. Ada kalanya mereka hanya menjadikan peduli itu tameng untuk memenuhi rasa penasaran mereka. Ingat, penasaran dan peduli sangat berbeda jauh" tutur Nisya panjang lebar.

NISYA ALFIATUL ALFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang