"Namun terkadang paras yang menawan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan."Author
______________________________
Selamat Membaca...
______________________________
Seluruh murid kelas X IPA 1 tepatnya kelas Nisya sedang menggerakkan badannya sesuai intruksi dari pak Iman selaku guru olahraga.
Pak Iman membagi beberapa kelompok untuk dibentuk 6 tim; lelaki dua tim dan perempuan empat tim.
Kali ini volleyball yang dilipih pak iman.
Dengan penuh energi semua murid perempuan bersorak kesana kesini tanpa memperdulikan dengan siapa mereka bergabung. Yang mereka cari hanya kesenangan.
Tapi berbeda dengan Nisya, dirinya sama sekali tak mengeluarkan suara. Nisya mengangkat tangannya untuk menutupi telinganya, akibat terlalu berisik.
Bahkan ketika Nano memberikan gerakan tangan yang dibentuk love padanya, hanya direspon dengan wajah datar. Tak ada rasa ketertarikan pada Nano, baginya Nano hanya sebatas teman sekelasnya, tidak lebih.
Seketika suasanya menjadi semakin ramai ketika Nano dengan sengaja melakukan gerakan itu pada Nisya.
Apakah mereka tidak memikirkan bagaimana kondisi tenggorokannya ketika berteriak? Pikir Nisya.
Ranti terus saja menyenggol-nyenggol bahu Nisya dengan sengaja. Menjahili Nisya yang raut wajahnya sama sekali tidak berubah, datar.
Kadang Ranti dan teman sekelas lainnya merasa heran, apakah Nisya tidak punya hati hanya sekedar untuk melirik Nano.
Siapapun akan sangat beruntung jika mereka ada diposisi Nisya. Didekati oleh Nano yang sangat tampan,bahkan ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Nano menjadi lelaki terganteng seangkatannya. Tapi tetap saja masih tampan Lion, Alvin, dan Kevin yang sudah tidak diragukan lagi wajah dan pesonan yang terpancar dari tubuhnya.
Namun terkadang paras yang menawan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan.
Nisya beranjak pergi meninggalkan keramaian itu. Dirinya melangkahkan kakinya dengan lunglai, tiba tiba saja perutnya sakit, apakah dirinya akan datang bulan. Nisya pergi ke kamar mandi setelah menerima ijin dari Pak Iman.
Dan benar saja, hari ini Nisya datang bulan. Oh bagaimana bisa, bahkan Nisya tidak membawa pembalut. Nisya dibuat kelabakan karena hal itu.
Tak lama Nisya melihat seseorang yang menyodorkan kantung plastik tepat didepan wajah Nisya, tentu saja hal itu membuat Nisya terkejut. Tapi dengan cepat Nisya merubah wajah terkejutnya itu dengan wajah andalannya,datar.
"Apa ini?" tanya Nisya pada Lion yang menatapnya tajam.
Tadi saat Lion kembali dari kantor dirinya melihat Nisya yang dijahili teman sekelasnya ketika Nano membentuk love ditangannya. Tanpa disangka dalam sekejap mood Lion berubah buruk, entah apa penyebabnya Lion sendiri pun tidak tahu.
Hingga tatapannya jatuh pada celana olahraga yang berwarna biru muda itu ada sebercak darah. Apakah gadis itu tidak sadar? Pikir Lion.
Entah mendapat dorongan dari mana, Lion melangkahkan kakinya untuk pergi kekantin, membeli pembalut. Kemudian menunggu Nisya keluar dari kamar mandi untuk memberikan apa yang dirinya beli. Lalu pergi ke kelasnya untuk mengambil jaket.
Sebenarnya Lion merasa malu, pasti Nisya akan berfikir lain jika dirinya memberikan pembalut itu.
Tapi disatu sisi dirinya merasa kasihan pada Nisya. Ingat, hanya sebatas kasihan, tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISYA ALFIATUL ALFA
Novela JuvenilHidup dalam kesederhanaan bukan perkara mudah. Sudah pasti banyak cacian, hinaan, tatapan merendahkan dan hal hal lainnya. Namun itu tidak dapat membuat Nisya bergeming. Hatinya sudah dibangun tembok besar dan tinggi agar tatapan merendahkan itu tid...